Jumat, 22 November 2024

Indonesia Raih Satu Perunggu dari Nomor Lead Putri

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Di nomor speed, tidak ada yang berani membantah kehebatan para pemanjat tebing Indonesia. Namun, pada dua nomor lain, lead dan boulder, yang terjadi adalah sebaliknya. Kita masih kalah bersaing dengan Jepang maupun Korea Selatan.

Hal itu tampak dalam final Asian Championship (atau Kejuaraan Asia) 2019 di Stadion Pakansari, Bogor, tadi malam. Tim Merah Putih gagal menambah perolehan emas.

- Advertisement -

Pada nomor lead putri, Ragil Kharisma Rakasiwi hanya bisa mengais perunggu. Dia gagal mencapai puncak dan hanya menyentuh angka 32. Medali emas diperoleh Seo Chae-hyun dari Korea Selatan yang memanjat sempurna hingga puncak. Climber Indonesia yang lain, Fujiyanti Widia, hanya menempati urutan keempat. Ragil bersyukur bisa meraih medali. Tetapi, dia tidak puas.

Baca Juga:  Brazil Kembalikan Harga Diri

"Menurut aku, penampilan tadi belum maksimal karena salah baca jalur," kata Ragil sambil mengelus lengan kirinya.

Climber asal Gresik, Jawa Timur, itu nyaris mencapai puncak yang lebih tinggi. Ketika berusaha mengaitkan tali, Ragil terpeleset. Tubuhnya membentur dinding.

- Advertisement -

Di nomor boulder putra, Indonesia hanya meloloskan Fatchur Roji ke putaran final. Itu pun dia gagal bersaing dengan empat pemanjat Jepang yang menjadi pesaingnya. Katsura Konishi, Kokoro Fuji, Rei Kawamata, dan Yoshiyuki Ogata berturut-turut menempati poisisi empat besar. Roji mengakui, dirinya (dan tim Indonesia yang lain) masih kalah dalam hal kedisiplinan dan ketahanan saat latihan.

"Jauh lah kalau dibandingkan tim Jepang. Tim lawan kebiasaan sering uji jalur," ucap dia.

"Dari segi persiapan, juga jauh. Soalnya, kami sendiri di pelatnas sakit dikit masih banyak ngeluh. Padahal, negara lain (latihannya) ada yang lebih parah. Semoga ke depannya banyak training camp di luar negeri buat perbanyak coba jalur," ucap Roji.

Baca Juga:  Jarang Dimainkan MU, Van de Beek Dibela Ferdinand

Kegagalan meraih emas dari lead dan boulder ini sebenarnya sudah diperkirakan tim pelatih. Ketertinggalan kita juga disadari sejak lama. Upaya menggembleng atlet juga sudah dilakukan, tepatnya setelah Asian Games 2018.

"Atlet sudah maksimal. Ini prestasi terbaik yang bisa kami dapatkan. Setelah sekian lama, kami bisa naik podium untuk lead putri," papar Yudistiro, pelatih timnas panjat tebing.

"Di nomor boulder, memang berat untuk kami jadi juara karena dominasi Jepang," tambah dia.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Di nomor speed, tidak ada yang berani membantah kehebatan para pemanjat tebing Indonesia. Namun, pada dua nomor lain, lead dan boulder, yang terjadi adalah sebaliknya. Kita masih kalah bersaing dengan Jepang maupun Korea Selatan.

Hal itu tampak dalam final Asian Championship (atau Kejuaraan Asia) 2019 di Stadion Pakansari, Bogor, tadi malam. Tim Merah Putih gagal menambah perolehan emas.

- Advertisement -

Pada nomor lead putri, Ragil Kharisma Rakasiwi hanya bisa mengais perunggu. Dia gagal mencapai puncak dan hanya menyentuh angka 32. Medali emas diperoleh Seo Chae-hyun dari Korea Selatan yang memanjat sempurna hingga puncak. Climber Indonesia yang lain, Fujiyanti Widia, hanya menempati urutan keempat. Ragil bersyukur bisa meraih medali. Tetapi, dia tidak puas.

Baca Juga:  Brazil Kembalikan Harga Diri

"Menurut aku, penampilan tadi belum maksimal karena salah baca jalur," kata Ragil sambil mengelus lengan kirinya.

- Advertisement -

Climber asal Gresik, Jawa Timur, itu nyaris mencapai puncak yang lebih tinggi. Ketika berusaha mengaitkan tali, Ragil terpeleset. Tubuhnya membentur dinding.

Di nomor boulder putra, Indonesia hanya meloloskan Fatchur Roji ke putaran final. Itu pun dia gagal bersaing dengan empat pemanjat Jepang yang menjadi pesaingnya. Katsura Konishi, Kokoro Fuji, Rei Kawamata, dan Yoshiyuki Ogata berturut-turut menempati poisisi empat besar. Roji mengakui, dirinya (dan tim Indonesia yang lain) masih kalah dalam hal kedisiplinan dan ketahanan saat latihan.

"Jauh lah kalau dibandingkan tim Jepang. Tim lawan kebiasaan sering uji jalur," ucap dia.

"Dari segi persiapan, juga jauh. Soalnya, kami sendiri di pelatnas sakit dikit masih banyak ngeluh. Padahal, negara lain (latihannya) ada yang lebih parah. Semoga ke depannya banyak training camp di luar negeri buat perbanyak coba jalur," ucap Roji.

Baca Juga:  Rapat Tertutup PSSI-Shin Tae Yong, Wartawan Dilarang Wawancara

Kegagalan meraih emas dari lead dan boulder ini sebenarnya sudah diperkirakan tim pelatih. Ketertinggalan kita juga disadari sejak lama. Upaya menggembleng atlet juga sudah dilakukan, tepatnya setelah Asian Games 2018.

"Atlet sudah maksimal. Ini prestasi terbaik yang bisa kami dapatkan. Setelah sekian lama, kami bisa naik podium untuk lead putri," papar Yudistiro, pelatih timnas panjat tebing.

"Di nomor boulder, memang berat untuk kami jadi juara karena dominasi Jepang," tambah dia.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari