Selasa, 17 September 2024

Desiner Pierre Cardin Meninggal, Ini Jejak Kariernya

PARIS (RIAUPOS.CO) – Perancang busana terkenal Prancis, Pierre Cardin, meninggal dunia di usia 98 tahun pada Selasa (29/12/2020).  Semasa hidupnya, nama Cardin begitu masyhur lantaran menjadi desainer pertama yang “menjual” namanya sebagai merek untuk berbagai produk, mulai dari mobil hingga parfum. 

Sepanjang kariernya selama lebih dari 60 tahun, Cardin menuai cemoohan dan pujian dari sesama perancang busana karena naluri bisnisnya yang luar biasa. Semasa hidupnya, lelaki itu menegaskan, dia membangun kerajaan bisnisnya tanpa pernah meminta pinjaman dari bank.

Cardin adalah desainer pertama yang menjual koleksi pakaian di department store pada akhir 1950-an. Dia juga desainer pertama memasuki bisnis perizinan untuk produk parfum, aksesori, dan bahkan makanan. Cara bisnis Cardin itu kini terbukti menjadi “mesin utama” bagi banyak rumah mode untuk meraup keuntungan. 

Baca Juga:  Sengsarakan Rakyat, Pakar Hukum Dukung Vonis Mati Mafia Migor

“Itu semua sama bagi saya, apakah saya membuat lengan baju untuk gaun atau pun kaki meja,” ungkap Cardin sambil berseloroh lewat sebuah kutipan di situsnya yang ditulis ulang Reuters, Selasa (29/12/2020). 

- Advertisement -

Tanpa inisiatif Cardin, rasanya sulit membayangkan berbagai nama merek fashion bisa dikawinkan dengan bisnis atau barang industri lainnya, beberapa dekade kemudian. Hari ini, masyarakat dunia bisa menemukan cokelat Armani, Hotel Bulgari, dan kacamata hitam Gucci —yang semuanya bermula dari kesadaran Cardin bahwa pesona merek fashion memiliki potensi merchandising yang tak ada habisnya. 

Selama bertahun-tahun, nama Cardin dibubuhkan pada silet, peralatan rumah tangga, dan aksesori norak —bahkan celana pendek boxer berharga “recehan” sekalipun. 

- Advertisement -

Para pengkritiknya pernah menuduh Cardin telah merusak nilai merek yang dia bangun, di samping menghancurkan gagasan tentang kemewahan secara umum. Akan tetapi, desainer kelahiran Italia itu tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik semacam itu.

Baca Juga:  Evakuasi Pasien Covid-19 ke Stanum

“Saya punya sense (kepekaan, red) untuk memasarkan nama saya,” kata Cardin kepada surat kabar Jerman, Sueddeutsche Zeitung, pada 2007.  

“Apakah uang merusak ide seseorang? Saya tidak memimpikan uang sama sekali. Tetapi ketika saya bermimpi, saya menghasilkan uang. Jadi ini sama sekali bukan tentang uang,” ujarnya. 

Lahir di dekat Venesia pada 2 Juli 1922, dari orangtua berkewarganegaraan Prancis keturunan Italia, Cardin dibesarkan di Kota Saint Etienne yang tidak terlalu glamor. 

Dia awalnya bekerja untuk seorang penjahit di dekat wilayah Vichy pada usia 17 tahun. Dia pernah bercita-cita menjadi seorang aktor. Cardin pun sempat bekerja sebagai model dan penari profesional. 

Sumber: Reuters/News/People
Editor: Hary B Koriun

PARIS (RIAUPOS.CO) – Perancang busana terkenal Prancis, Pierre Cardin, meninggal dunia di usia 98 tahun pada Selasa (29/12/2020).  Semasa hidupnya, nama Cardin begitu masyhur lantaran menjadi desainer pertama yang “menjual” namanya sebagai merek untuk berbagai produk, mulai dari mobil hingga parfum. 

Sepanjang kariernya selama lebih dari 60 tahun, Cardin menuai cemoohan dan pujian dari sesama perancang busana karena naluri bisnisnya yang luar biasa. Semasa hidupnya, lelaki itu menegaskan, dia membangun kerajaan bisnisnya tanpa pernah meminta pinjaman dari bank.

Cardin adalah desainer pertama yang menjual koleksi pakaian di department store pada akhir 1950-an. Dia juga desainer pertama memasuki bisnis perizinan untuk produk parfum, aksesori, dan bahkan makanan. Cara bisnis Cardin itu kini terbukti menjadi “mesin utama” bagi banyak rumah mode untuk meraup keuntungan. 

Baca Juga:  Gubri Syamsuar Apresiasi Kemajuan Pekanbaru

“Itu semua sama bagi saya, apakah saya membuat lengan baju untuk gaun atau pun kaki meja,” ungkap Cardin sambil berseloroh lewat sebuah kutipan di situsnya yang ditulis ulang Reuters, Selasa (29/12/2020). 

Tanpa inisiatif Cardin, rasanya sulit membayangkan berbagai nama merek fashion bisa dikawinkan dengan bisnis atau barang industri lainnya, beberapa dekade kemudian. Hari ini, masyarakat dunia bisa menemukan cokelat Armani, Hotel Bulgari, dan kacamata hitam Gucci —yang semuanya bermula dari kesadaran Cardin bahwa pesona merek fashion memiliki potensi merchandising yang tak ada habisnya. 

Selama bertahun-tahun, nama Cardin dibubuhkan pada silet, peralatan rumah tangga, dan aksesori norak —bahkan celana pendek boxer berharga “recehan” sekalipun. 

Para pengkritiknya pernah menuduh Cardin telah merusak nilai merek yang dia bangun, di samping menghancurkan gagasan tentang kemewahan secara umum. Akan tetapi, desainer kelahiran Italia itu tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik semacam itu.

Baca Juga:  Sengsarakan Rakyat, Pakar Hukum Dukung Vonis Mati Mafia Migor

“Saya punya sense (kepekaan, red) untuk memasarkan nama saya,” kata Cardin kepada surat kabar Jerman, Sueddeutsche Zeitung, pada 2007.  

“Apakah uang merusak ide seseorang? Saya tidak memimpikan uang sama sekali. Tetapi ketika saya bermimpi, saya menghasilkan uang. Jadi ini sama sekali bukan tentang uang,” ujarnya. 

Lahir di dekat Venesia pada 2 Juli 1922, dari orangtua berkewarganegaraan Prancis keturunan Italia, Cardin dibesarkan di Kota Saint Etienne yang tidak terlalu glamor. 

Dia awalnya bekerja untuk seorang penjahit di dekat wilayah Vichy pada usia 17 tahun. Dia pernah bercita-cita menjadi seorang aktor. Cardin pun sempat bekerja sebagai model dan penari profesional. 

Sumber: Reuters/News/People
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari