JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Maisarah Kalsum Adnan tak sabar menunggu datangnya Idulfitri. Dia dan tiga saudaranya akhirnya bisa berkumpul di rumah orang tua mereka yang berada di Kedah tanpa pembatasan. Mereka tak bisa bertemu pada dua hari raya sebelumnya karena pandemi Covid-19.
"Hari raya tahun ini akan menjadi sangat spesial bagi keluarga kami karena kami bisa merayakannya tanpa ada berbagai larangan," ujar Maisarah.
Pemerintah Malaysia mencabut hampir semua aturan pembatasan pencegahan penularan Covid-19. Pencabutan aturan itu berlaku per 1 Mei nanti atau sehari sebelum Lebaran. Penduduk tak lagi diwajibkan memakai masker di luar ruangan. Tapi, di dalam ruangan seperti pusat perbelanjaan serta transportasi umum, masker tetap wajib dipakai. Masker di dalam ruangan boleh dibuka saat makan, berpidato, atau tampil dalam suatu acara.
Jaga jarak tak lagi berlaku. Artinya, tidak ada lagi batasan kapasitas untuk tempat umum seperti restoran, bioskop, dan kafe. Khusus kelab malam baru boleh buka pada 15 Mei. Penduduk juga tidak perlu lagi check in di aplikasi My Sejahtera jika ingin memasuki suatu gedung.
Orang yang masuk Malaysia juga tidak perlu lagi tes Covid-19. Baik sebelum berangkat ataupun saat tiba di negeri jiran tersebut. Itu berlaku untuk mereka yang sudah divaksin lengkap dan anak-anak di bawah usia 12 tahun. Turis asing juga tidak perlu lagi membayar asuransi pengobatan Covid-19. Masa karantina untuk mereka yang positif Covid-19 diperpendek. Mereka boleh keluar jika hari keempat sudah negatif atau jika tidak, karantina selama tujuh hari.
Saat Lebaran, tak ada batasan tamu yang boleh berkumpul dalam satu rumah. Artinya, acara-acara open house bisa kembali diadakan. Pemerintah menyarankan agar acara tersebut digelar di luar rumah. Jika di dalam rumah, tetap harus memakai masker.
"Ada lebih banyak pelonggaran, tapi jangan berasumsi bahwa tidak ada bahaya di sekitar kita. Covid-19 masih ada dan kita tidak punya pilihan selain hidup berdampingan dengannya. Karena itu, kita harus tetap waspada," ujar Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri Yaakob seperti dikutip Malay Mail, Kamis (28/4).
Ismail tetap menyarankan agar penduduk memakai masker di luar ruangan jika lokasinya padat orang. Misalnya, di area pemakaman. Seperti di Indonesia, penduduk Malaysia berbondong-bondong mengunjungi makam para mendiang keluarga.
Sejak awal pandemi, ada lebih dari 4,4 juta kasus Covid-19 di Malaysia dan sekitar 35.500 kematian. Mereka bisa percaya diri hidup berdampingan dengan virus SARS-CoV-2 karena angka vaksinasi penduduk yang tinggi. Sebanyak 97,6 persen penduduk sudah divaksin. Dari jumlah tersebut, sekitar 81,5 persen sudah menerima setidaknya dua dosis. Penduduk yang mendapatkan booster mencapai 68,1 persen.
Berbeda dengan Malaysia yang sudah hidup mendekati normal, Cina justru sebaliknya. Mereka tetap memegang teguh prinsip nol kasus Covid-19. Sejak gelombang penularan baru tahun ini, setidaknya ada 27 kota di 14 provinsi yang diperintahkan lockdown.
Rabu (27/4) malam, pemerintah Hangzhou mengumumkan bakal mendirikan sekitar 10 ribu tempat tes Covid-19. Tes gratis itu dilakukan pada sebagian besar penduduk yang berada di pusat kota setiap 48 jam. "Tujuannya, virus tidak memiliki tempat untuk bersembunyi atau menetap," bunyi pernyataan pemerintah Hangzhou.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi