Art for Healing

Covid-19 membuat segala suasana berubah. Mulai dari gaya hidup hingga sangat berdampak pada perekonomian masyarakat. Bandar Serai Festival 2022 yang dilaksanakan selama satu pekan, membuat suasana yang lusuh kembali segar, yang sakit menuju sehat. Maka, iven seni ini diniatkan hadir dengan tema khusus, yakni Art for Healing.

(RIAUPOS.CO) – LAMAN Bujang Mat Syam atau halaman besar Bandar Seni Raja Ali Haji, dalam beberapa hari terakhir ini, lebuk-lebak, riuh dan ramai. Macam-macam seni dipertontonkan secara terbuka. Ada tari, musik, band, lagu, pameran seni rupa dan sebagainya. Bukan hanya itu, di sana roda pereko­nomian juga berputar melalui pameran UMKM yang dibuka untuk seluruh masyarakat Riau.

- Advertisement -

Semua bentuk kegiatan ini dibungkus dalam helat akbar yang diberi nama Bandar Serai Festival (BaSF) 2022. BaSF merupakan salah satu dari 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) di seluruh Indonesia. Selain BaSF, Riau juga mendapat dua KEN lainnya yakni Pacu Jalur dan Kenduri Riau. Yayasan Begawai Riau Independen, merupakan pelaksana iven BaSF ini.

Uniknya, pelaksana kegiatan ini mengusung tema Art for Healing, yakni seni untuk penyembuhan. Artinya, masyarakat sembuh dalam segala hal setelah Covid-19 melanda. Sembuh kegiatan se­ninya yang selama ini sepi menjadi ramai, dan sembuh ekono­minya dengan pameran UMKM. Yang lebih penting lagi, BaSF menjadi tempat hiburan tersendiri bagi masyarakat yang selama ini di rumah saja, susah keluar dan lama tidak melihat pertunjukan kesenian secara langsung.

- Advertisement -

Apa yang diniatkan dan di konsepkan ini memang tepat. Setiap malam halaman Bandar Serai dikunjungi banyak masyarakat. Dari Pekanbaru bahkan luar Pekanbaru. Datang untuk melihat pertunjukan, atau belanja UMKM yang dibuat oleh masyarakat dari berbagai daerah di Riau. Bukan hanya itu, tempat ini juga berubah menjadi pusat kuliner. Makanan apa saja bisa ditemukan di sini. Sambil melihat pertunjukan, sambil cari kuliner sesuai selera, sambil juga belanja-belanja barang unik. Asyik sekali.

Ada juga pertunjukan teater yang digelar di dalam gedung pertunjukan, tepatnya pada hari ke empat. Pertunjukan teater ini persembahan Teater Selembayung berjudul Raja Besiung, naskah Fedli Aziz dan sutradara Rina Nazaruddin Entin ini menghadirkan teater khas Melayu Riau. Ratusan pengunjung memadati gedung teater Anjungan Seni Idrus Tintin.

Pertunjukan ini menceritakan tentang seorang raja yang tamak dan tergila-gila. Ia akan menyiksa rakyat serta juru masaknya. Pertunjukan ini pun berhasil mencuri hati para penonton yang hadir pada malam itu. Hal ini dituturkan oleh salah satu pengunjung, Suherni yang sangat asyik dan mengaku terhibur dengan pertunjukan tersebut.

“Teater ini sangat bagus, menambah edukasi seni bagi masyarakat Pekanbaru untuk teater serta membangkitkan kembali jiwa Melayu warga Pekanbaru,’’ ungkapnya usai menonton pertunjukan tersebut.

Pada hari ke empat BaSF ini juga tampil penyanyi, band, penari memeriahkan panggung utama. Di antaranya, tari modern dance, tarian seni Melayu Seni Jinjit Seontak, tari Rumah Seni Balai Proco, tari Nini Gondrong Aceh, lalu ada juga penampilan band Lumiere, Senandung Rokan, Balimbuk, Ais Project dan Iproject.

Selanjutnya, ada Art Exhibition, sebuah pameran seni rupa tiga dimensi dan dua dimensi yang digelar di Galeri Hang Nadim, lantai dua anjungan Kampar, ternyata banyak menyedot kunjungan masyarakat.

Di lantai satu digelar pula pa­meran foto anggota Komunitas Fotografi Pekanbaru (KFP). Sebuah foto berjudul Nenek Anggun adalah satu dari 16 foto yang dipamerkan.

Salah seorang pendiri KFP, Arza Aibonotika menyampaikan, KFP berdiri pada 25 April 2006 atas prakarsa beberapa fotografer muda Pekanbaru. Di Indonesia, saat itu merupakan fase peralihan dari teknologi kamera analog yang menggunakan film sebagai media rekamnya ke era digital, sebuah era yang telah mengubah cara berkreasi dan berinteraksi visual kita.

‘’Setelah lama pandemi, semoga BaSF 2022 ini bisa menjadi obat bagi masyarakat Riau, baik secara material maupun moral. Ya, lama tidak melihat hiburan, semoga BaSF bisa menjadi hiburan, Bandar Serai bisa menjadi pusat hiburan. UMKM yang dilaksanakan, semoga menjadi peluang perekomian yang lebih baik bagi masyarakat. Di BSF juga ada pameran seni rupa, kuliner dan masih banyak lainnya,’’ jelas Festival Director, Benie Riaw.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

Covid-19 membuat segala suasana berubah. Mulai dari gaya hidup hingga sangat berdampak pada perekonomian masyarakat. Bandar Serai Festival 2022 yang dilaksanakan selama satu pekan, membuat suasana yang lusuh kembali segar, yang sakit menuju sehat. Maka, iven seni ini diniatkan hadir dengan tema khusus, yakni Art for Healing.

(RIAUPOS.CO) – LAMAN Bujang Mat Syam atau halaman besar Bandar Seni Raja Ali Haji, dalam beberapa hari terakhir ini, lebuk-lebak, riuh dan ramai. Macam-macam seni dipertontonkan secara terbuka. Ada tari, musik, band, lagu, pameran seni rupa dan sebagainya. Bukan hanya itu, di sana roda pereko­nomian juga berputar melalui pameran UMKM yang dibuka untuk seluruh masyarakat Riau.

Semua bentuk kegiatan ini dibungkus dalam helat akbar yang diberi nama Bandar Serai Festival (BaSF) 2022. BaSF merupakan salah satu dari 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) di seluruh Indonesia. Selain BaSF, Riau juga mendapat dua KEN lainnya yakni Pacu Jalur dan Kenduri Riau. Yayasan Begawai Riau Independen, merupakan pelaksana iven BaSF ini.

Uniknya, pelaksana kegiatan ini mengusung tema Art for Healing, yakni seni untuk penyembuhan. Artinya, masyarakat sembuh dalam segala hal setelah Covid-19 melanda. Sembuh kegiatan se­ninya yang selama ini sepi menjadi ramai, dan sembuh ekono­minya dengan pameran UMKM. Yang lebih penting lagi, BaSF menjadi tempat hiburan tersendiri bagi masyarakat yang selama ini di rumah saja, susah keluar dan lama tidak melihat pertunjukan kesenian secara langsung.

Apa yang diniatkan dan di konsepkan ini memang tepat. Setiap malam halaman Bandar Serai dikunjungi banyak masyarakat. Dari Pekanbaru bahkan luar Pekanbaru. Datang untuk melihat pertunjukan, atau belanja UMKM yang dibuat oleh masyarakat dari berbagai daerah di Riau. Bukan hanya itu, tempat ini juga berubah menjadi pusat kuliner. Makanan apa saja bisa ditemukan di sini. Sambil melihat pertunjukan, sambil cari kuliner sesuai selera, sambil juga belanja-belanja barang unik. Asyik sekali.

Ada juga pertunjukan teater yang digelar di dalam gedung pertunjukan, tepatnya pada hari ke empat. Pertunjukan teater ini persembahan Teater Selembayung berjudul Raja Besiung, naskah Fedli Aziz dan sutradara Rina Nazaruddin Entin ini menghadirkan teater khas Melayu Riau. Ratusan pengunjung memadati gedung teater Anjungan Seni Idrus Tintin.

Pertunjukan ini menceritakan tentang seorang raja yang tamak dan tergila-gila. Ia akan menyiksa rakyat serta juru masaknya. Pertunjukan ini pun berhasil mencuri hati para penonton yang hadir pada malam itu. Hal ini dituturkan oleh salah satu pengunjung, Suherni yang sangat asyik dan mengaku terhibur dengan pertunjukan tersebut.

“Teater ini sangat bagus, menambah edukasi seni bagi masyarakat Pekanbaru untuk teater serta membangkitkan kembali jiwa Melayu warga Pekanbaru,’’ ungkapnya usai menonton pertunjukan tersebut.

Pada hari ke empat BaSF ini juga tampil penyanyi, band, penari memeriahkan panggung utama. Di antaranya, tari modern dance, tarian seni Melayu Seni Jinjit Seontak, tari Rumah Seni Balai Proco, tari Nini Gondrong Aceh, lalu ada juga penampilan band Lumiere, Senandung Rokan, Balimbuk, Ais Project dan Iproject.

Selanjutnya, ada Art Exhibition, sebuah pameran seni rupa tiga dimensi dan dua dimensi yang digelar di Galeri Hang Nadim, lantai dua anjungan Kampar, ternyata banyak menyedot kunjungan masyarakat.

Di lantai satu digelar pula pa­meran foto anggota Komunitas Fotografi Pekanbaru (KFP). Sebuah foto berjudul Nenek Anggun adalah satu dari 16 foto yang dipamerkan.

Salah seorang pendiri KFP, Arza Aibonotika menyampaikan, KFP berdiri pada 25 April 2006 atas prakarsa beberapa fotografer muda Pekanbaru. Di Indonesia, saat itu merupakan fase peralihan dari teknologi kamera analog yang menggunakan film sebagai media rekamnya ke era digital, sebuah era yang telah mengubah cara berkreasi dan berinteraksi visual kita.

‘’Setelah lama pandemi, semoga BaSF 2022 ini bisa menjadi obat bagi masyarakat Riau, baik secara material maupun moral. Ya, lama tidak melihat hiburan, semoga BaSF bisa menjadi hiburan, Bandar Serai bisa menjadi pusat hiburan. UMKM yang dilaksanakan, semoga menjadi peluang perekomian yang lebih baik bagi masyarakat. Di BSF juga ada pameran seni rupa, kuliner dan masih banyak lainnya,’’ jelas Festival Director, Benie Riaw.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya