Pemotretan untuk bayi yang baru lahir (newborn) ngetrend beberapa tahun terakhir. Sebagai model utama, bayi didandani maksimal sesuai tema yang dipilih ayah dan bunda. Ada tema polisi mini, kepompong, ballerina dan lainnya. Hasilnya dijamin bikin gemas. Mulai dari artis hingga semua kalangan kini tak mau melewatkan untuk mengabadikan momen awal kehidupan bayi mereka melalui sesi pemotretan newborn.
(RIAUPOS.CO) – Tepatnya sejak tahun 2017, foto newborn mulai masuk ke Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Sebelumnya, foto bayi baru lahir ini sebenarnya udah ada sih di sini. Tapi, baru sebatas foto sekadarnya yang disiapkan oleh rumah sakit setelah sang bunda melahirkan bayi. Hasil foto dan propertinya juga belum sevariatif sekarang.
Nah, sejak tren itu masuk, salah seorang fotografer di Pekanbaru, Akhmad Maxi pun merasa tertarik untuk mendalami seni memotret bayi ini. Ia pun mulai mempelajari seluk-beluk foto newborn yang memiliki banyak perbedaan dari pemotretan model pada umumnya. ‘’Perlu observasi dulu sebelum mengadopsi konsep foto ini,’’ ujarnya saat ditemui Riau Pos di studio foto miliknya.
Berdasarkan pengalamannya sekitar 4 tahun menggeluti dunia foto newborn, ada beberapa hal yang menjadi perhatian orang tua sebelum memutuskan untuk memotret bayinya pada fotografer newborn. Hal-hal tersebut di antaranya ialah, orang tua harus mem-booking terlebih dahulu jasa foto newborn jauh hari sebelum bayi dilahirkan.
Menurut Akhmad Maxi, minimal di usia kehamilan 8 bulan atau 9 bulan. Sebab, foto newborn ini nggak bisa dadakan. Nggak bisa hari ini booking, hari ini foto. Banyak hal yang harus dibahas dan didiskusikan dulu biar hasilnya maksimal. ‘’Memang nggak bisa dadakan ya. Kita harus sampaikan dulu ke orang tua bayi tentang syarat dan ketentuan foto dari jauh hari. Mulai dari usia ideal bayi saat difoto, konsep foto dan lainnya,’’ paparnya.
Terkait usia tadi, ada pakem usia khusus untuk pemotretan bayi kategori newborn. Dikatakan Akhmad Maxi, pihaknya sendiri memutuskan untuk mengkategorikan bayi newborn sebagai bayi yang berumur 7 hingga 24 hari.
Usia tersebut dipilih, karena dalam rentang itu, bayi masih memasuki fase deep sleep. Sehingga, bayi masih banyak waktu tidur lelap dan tidak mudah terusik. ‘’Kita memanfaatkan fase deep sleep itu. Karena, di atas usia ini, semua sensor sudah hidup. Sehingga bayi gampang terusik,’’ jelasnya.
Dari segi medis sendiri, fase deep sleep ditandai dengan keadaan bayi yang sangat santai, relaks, berbaring tenang dengan detak jantung dan tarikan nafas yang teratur dan hampir tidak bermimpi. Ini dijelaskan langsung oleh dokter spesialis anak, dr Dewi Shandi Laila MKed (Ped) SpA.
‘’Pada usia tersebut, bayi masih lebih banyak tidur. Sehingga akan lebih memudahkan pemotretan. Dalam beberapa hari pertama, rata-rata bayi baru lahir tidur antara 16-18 jam sehari. Pada empat pekan, bayi baru lahir rata-rata tidur sekitar 14 jam. Beberapa bayi berusia empat pekan tidur hanya 9 dari 24 jam. Yang lain tidur selama 19 jam sehari,’’ papar dokter dari Kota Pekanbaru ini.
Menurutnya, sulit membangunkan bayi dalam fase tidur ini. Di fase ini pula hormon pertumbuhan dilepaskan. Pada fase deep sleep ini, bayi akan sangat fleksibel melakukan berbagai pose. Termasuk miring ke kiri atau kanan, tengkurap, telentang.
‘’Apabila pemotretan dilakukan saat bayi sudah lebih dari 1 bulan, maka selain ia sudah semakin aktif bergerak, bayi biasanya juga mulai mengerti konsep orang asing dan mudah menangis. Sehingga memerlukan waktu yang lama untuk berdaptasi,’’ jelasnya lagi.
Nah, fase inilah yang membuat bayi bisa diatur dan dipakaikan beragam properti tanpa terusik. Kalau sampai terusik, alamatlah sesi foto akan berlangsung lebih lama. ‘’Kalau misalnya bayi terbangun saat pemotretan, biasanya kita meminta sang bunda untuk menyusui bayi. Menggendong hingga bayi tenang dan tertidur. Momen ini biasanya cukup lama. Ada yang satu jam bahkan 6 jam. Makanya fotografer newborn harus esktra sabar,’’ tambah Akhmad Maxi.
Untuk mengindari hal itu, disarankan pemotretan dilakukan di pagi hari. Saat di mana bayi masih terlelap tidur. Cahaya di pagi hari juga masih bagus. Sehingga nggak perlu pakai lighting tambahan yang berisiko membuat bayi terusik.
‘’Kenapa kita sarankan di pagi hari, ya karena di pagi hari bayi masih lelap tidur. Studio juga masih kosong dan steril. Available light-nya juga masih bagus. Jadi, nggak perlu pakai cahaya tambahan. Tapi, kalaupun harus pakai cahaya tambahan, kita atur sedemikan rupa agar tidak mengganggu bayi dan tidak diarahkan langsung pada bayi. Amanlah,’’ jelasnya.
Ia juga menyarankan kepada orang tua untuk membawa pendamping saat proses foto berlangsung. Bisa suami, nenek si bayi dan lainnya. Namun, lebih disarankan jika membawa nenek si bayi. Karena menurut Akhmad Maxi, nenek cenderung lebih tenang dan bisa menenangkan si bayi.
‘’Ada juga tipe orang tua biasanya Ayah yang nggak sabar dan protektif kalau bayinya dipegang. Kalau sudah begitu, biasanya kita diminta berhenti dan hasil fotonya jadi nggak maksimal. Karena itu dalam syarat dan ketentuan kita cantumkan pendamping yang disarankan adalah pendamping yang kooperatif. Karena motret bayi ini perlu ekstrasabar dan waktunya nggak sebentar,’’ lanjutnya.
Hal yang tidak kalah penting lainnya ialah penentuan tema foto. Ini biasanya dibicarakan jauh hari. Stylish akan memberikan beberapa tema yang bisa dipilih oleh orang tua. Untuk yang lagi digemari saat ini adalah tema rustic yang ada unsur kayu-kayu alami. ‘’Mungkin karena pengaruh anak artis banyak yang foto tema seperti itu ya. Jadi, sekarang banyak yang request tema rustic. Minim warna dan juga simpel,’’ terangnya.
Namun, ada juga yang memilih tema bercerita. Misalnya si bayi berkostum polisi mini atau memegang Alquran. Ayah bunda bisa bebas memilih dan berkekspresi. Semua properti akan disiapkan oleh fotografer.
Menurut Akhmad Maxi, tidak sulit untuk mempersiapkan properti foto bayi sendiri. Karena bayi bertubuh mungil, jadi ornamen yang digunakan pun tidak begitu banyak. Bicara soal biaya, Akhmad Maxi mematok range harga dari Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta per temanya.(das)
Laporan SITI AZURA, Pekanbaru