PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Baku tembak yang tidak biasa antara aparat kepolisian dengan bandar narkoba menghebohkan Kota Pekanbaru. Ini menjadi bukti, kota ini salah satu target peredaran narkoba. Kriminolog Universitas Islam Riau (UIR) Dr Syahrul Akmal Latief, MSi mengatakan, ini terjadi karena latar belakang Riau menjadi transit narkoba.
Ini dipengaruhi faktor drag economy. Artinya dengan begitu agresifnya para bandar dan kurir melakukan berbagai upaya untuk menghadirkan resolusi daripada kekayaan, maka mereka akan sangat bergairah keep and math request. Pun sangat welcome dan bergairah ditambah lagi ketika hukum tidak bisa memberi shock teraphy bagi mereka.
“Mengapa Riau menjadi transit narkoba. Pertama, begitu mudahnya dijangkau dengan sistem pelabuhan tikus yang luar biasa. Saat ini tercatat hampir 400 destinasi jalur tikus yang dapat dimasuki oleh mereka. Itu baru skala kecil,†jelas Wakil Direktur II Pascasarjana UIR itu.
Dikatakan Syahrul, jika barang haram itu banyak didapat dari Malaysia, maka Indonesia harus berani menyelidikinya. “Apakah di Malaysia hanya transit saja atau bagaimana. Sebab, di Melaka kan pusat berlabuhnya kapal dari berbagai penjuru. Indonesia yang negara maritim masa bisa meloloskan barang seperti itu,†ujarnya.
Dalam skala besar, ujar Syahrul, bisa dilihat mereka sedang mendapat tempat dari permintaan luar biasa, dari adanya keterlibatan oknum-oknum di lokasi. Pun ini akan menjadi tugas berat.
“Saya tidak yakin betul pihak seperti polisi akan memberantas, kalau masyarakat tidak terlibat secara aktif. Maka ini akan menjadi masalah sosial yang luar biasa,†sebutnya.
Di mana itu akan menjadi target untuk mata pencaharian yang diakibatkan dari drag economy yang mana suatu pekerjaan yang menghasilkan uang dan mudah serta menjanjikan. Itulah yang sebenarnya harus menjadi upaya komprehensif.(*3)
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Baku tembak yang tidak biasa antara aparat kepolisian dengan bandar narkoba menghebohkan Kota Pekanbaru. Ini menjadi bukti, kota ini salah satu target peredaran narkoba. Kriminolog Universitas Islam Riau (UIR) Dr Syahrul Akmal Latief, MSi mengatakan, ini terjadi karena latar belakang Riau menjadi transit narkoba.
Ini dipengaruhi faktor drag economy. Artinya dengan begitu agresifnya para bandar dan kurir melakukan berbagai upaya untuk menghadirkan resolusi daripada kekayaan, maka mereka akan sangat bergairah keep and math request. Pun sangat welcome dan bergairah ditambah lagi ketika hukum tidak bisa memberi shock teraphy bagi mereka.
- Advertisement -
“Mengapa Riau menjadi transit narkoba. Pertama, begitu mudahnya dijangkau dengan sistem pelabuhan tikus yang luar biasa. Saat ini tercatat hampir 400 destinasi jalur tikus yang dapat dimasuki oleh mereka. Itu baru skala kecil,†jelas Wakil Direktur II Pascasarjana UIR itu.
Dikatakan Syahrul, jika barang haram itu banyak didapat dari Malaysia, maka Indonesia harus berani menyelidikinya. “Apakah di Malaysia hanya transit saja atau bagaimana. Sebab, di Melaka kan pusat berlabuhnya kapal dari berbagai penjuru. Indonesia yang negara maritim masa bisa meloloskan barang seperti itu,†ujarnya.
- Advertisement -
Dalam skala besar, ujar Syahrul, bisa dilihat mereka sedang mendapat tempat dari permintaan luar biasa, dari adanya keterlibatan oknum-oknum di lokasi. Pun ini akan menjadi tugas berat.
“Saya tidak yakin betul pihak seperti polisi akan memberantas, kalau masyarakat tidak terlibat secara aktif. Maka ini akan menjadi masalah sosial yang luar biasa,†sebutnya.
Di mana itu akan menjadi target untuk mata pencaharian yang diakibatkan dari drag economy yang mana suatu pekerjaan yang menghasilkan uang dan mudah serta menjanjikan. Itulah yang sebenarnya harus menjadi upaya komprehensif.(*3)
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin