Empat mahasiswa Riau yang menempuh Studi di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina tampak sumringah. Bisa pulang ke Tanah Air sudah menjadi anugerah di kala tempat menempuh pendidikannya menjadi bermulanya virus corona yang menggemparkan dunia. Namun, rencana kembali ke Kota Pelajar Wuhan untuk melanjutkan studi belum ada titik terang.
(RIAUPOS.CO) — SELAMA empat hari mendarat di Riau, beragam aktivitas dilakukan para mahasiswa yang menempuh studi di Wuhan. Mereka menghabiskan waktu di kampung halaman Pekanbaru dengan santai. Beragam kesibukan dilalui. Mulai dari kumpul dengan keluarga dan kerabat, mengisi talk show hingga menjadi narasumber di stasiun televisi.
Belum diketahui secara pasti sampai kapan mereka akan menikmati “angin segar” di Tanah Air. Namun, berada di sini membuat mereka bertanya-tanya soal keberlangsungan pendidikan di Wuhan.
“Kami belum tahu kapan balik ke sana. Yang jadi kendala soal transportasi dan beasiswa penuh yang diberikan pemerintah Cina itu terhenti sementara. Nanti ketika sudah balik ya berlanjut lagi (beasiswa, red), dengan registrasi ulang,” kata Langen Nidhana Meisyalla kepada Riau Pos, Kamis (20/2) di Pekanbaru.
Aleph, sapaan akrabnya bersama para kerabatnya itu, Rio Alfi, Rizo Budi, Riza Delviani, dan Raffifatu Rayya Rabbani anak dari Rio Alfi yang masih berusia 5 tahun tampak menikmati masa bebas dari ancaman virus corona. Semasa berada di Wuhan, kebebasan yang didapat tidak seperti di kampung halaman. Kala itu, kota tempat mereka menempuh pendidikan itu di-lock down, akses transportasi ditutup dan persediaan makanan juga terbatas. Sehingga tak banyak yang bisa diperbuat mereka di sana.
“Tapi komunikasi kami saat itu tetap lancar, baik ke KBRI, PPI Wuhan maupun ke mahasiswa lain dengan aplikasi WeChat,” jelasnya.
Di kala situasi yang serba rumit dan genting di kota itu, bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau terhadap mahasiswa membuat tenang para WNI ini sejenak. Tapi sayang, untuk kembali ke Wuhan guna melanjutkan studi, mereka belum mendapatkan kepastian yang jelas.
“Saat itu respons Pemprov Riau luar biasa, Pak Gubernur dari Makkah langsung menelepon, dan memberikan bantuan kepada kami. Alhamdulillah sangat terbantu,” kata Aleph senada dengan Rio Alfi.
Mereka juga mengapresiasi langkah Gubernur Riau Syamsuar yang cepat tanggap. Sehingga hal itu memicu daerah lain untuk turut membantu para mahasiswanya yang tengah berpasrah di Negeri Tirai Bambu. Menurut mereka, Kota Wuhan adalah pusat pendidikan di Cina. Ibarat Jogjakarta yang dijuluki kota pendidikan. Di sana, ada sekitar 200 lebih universitas.
“Wuhan adalah kota pelajar internasional terbanyak di Cina. Ada mahasiswa dari beragam negara, bahkan mahasiswa dari negara bagian Afrika juga ada,” ungkapnya.
Dipulangkan ke Tanah Air
Kecemasan yang dialami para mahasiswa Indonesia, khususnya Riau kini berakhir. Total 237 mahasiswa telah kembali ke Tanah Air. Sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing, mereka mesti menempuh proses observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Proses yang panjang, bahkan selain mahasiswa, para awak pesawat termasuk pilot, co-pilot dan para pramugari yang menjemput mereka dari Wuhan juga turut ikut diobservasi selama 14 hari. Di sana, mereka diberi asupan makanan, vitamin yang cukup dan kontrol kesehatan secara rutin.
“Pagi sore dicek, di situ kami dijaga ketat oleh 3 matra, kabar kemarin ada 1.600 tentara yang menjaga. Bahkan Kemenkes juga berkantor di sana,” jelasnya.
Selama menjalani proses observasi di Natuna. Banyak kisah yang dilalui mereka, mulai dari penjagaan ketat berlapis-lapis. Hingga ditemani para pilot dan pramugari yang menjemput mereka dari Wuhan. Selepas itu, para WNI yang rata-rata adalah mahasiswa ini diberi Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) dan surat keterangan pemeriksaan yang dikeluarkan Kemenkes RI. Jadi, sudah dipastikan mereka sehat dan bebas dari virus corona.
“Setelah menjalani observasi 14 hari dan dijamin sehat, kami dipulangkan dan diberi surat kewaspadaan kesehatan,” ujarnya.
Hingga saat ini, mahasiswa Wuhan yang berasal dari Riau masih menunggu keputusan dan langkah selanjutnya terkait keberlangsungan proses studinya di Wuhan. Seperti tadi, mereka inginkan adanya langkah dari pemerintah.
“Kendalanya soal transportasi dan kepastian (soal virus corona di Wuhan, red) ,” tuturnya.(*1)
Laporan MUSLIM NURDIN, Pekanbaru