JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Cukup tidur bisa meningkatkan kesehatan tubuh. Sebaliknya, kurang tidur akan berdampak buruk bagi kesehatan, salah satunya kesehatan jantung.
Penelitian dalam European Heart Journal-Digital Health mengungkapkan hubungan antara tidur dan jantung yang sehat. Studi itu menunjukkan bahkan mungkin ada waktu yang optimal, antara kesehatan tubuh dan jam tidur.
“Jadi, siapa pun yang kesulitan tidur harus mencari bantuan medis,” kata penelitian itu seperti dilansir dari Science Alert, Ahad (21/11).
Menurut peneliti, tertidur antara pukul 10-11 malam tampaknya merupakan titik yang tepat untuk sistem kardiovaskular yang sehat. Namun terlalu cepat tidur pun tak sehat bagi jantung.
“Tubuh memiliki jam internal 24 jam, yang disebut ritme sirkadian, yang membantu mengatur fungsi fisik dan mental,” kata psikolog University of Exeter, David Plans.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tidur lebih awal atau lebih lambat lebih mungkin mengganggu jam tubuh, dengan konsekuensi buruk bagi kesehatan jantung. Menganalisis data akselerometer yang dikenakan di pergelangan tangan dari 88 .026 peserta dalam studi Biobank Inggris, tim peneliti mampu membandingkan waktu tidur selama periode tujuh hari dengan hasil kesehatan selanjutnya. Tim ini dipimpin oleh penulis pertama Shahram Nikbakhtian dari perusahaan perawatan kesehatan digital Huma Therapeutics AI.
Dataset termasuk 3.172 kasus penyakit kardiovaskular, selama hampir enam tahun melacak peserta. Tim menemukan bahwa tidur setelah tengah malam atau sebelum pukul 10 malam, keduanya dikaitkan dengan sekitar 25 persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dibandingkan dengan tertidur antara pukul 10-11 malam.
Peningkatan risiko ini turun menjadi 12 persen bagi mereka yang tertidur antara 11-12 malam. “Waktu paling berisiko adalah setelah tengah malam,” kata Plans.
Tren ini tetap ada dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, durasi tidur, menjadi early bird atau night owl, status merokok, berat badan, diabetes, tekanan darah, kadar kolesterol, dan status sosial ekonomi.
“Mungkin ada perbedaan jenis kelamin dalam cara sistem endokrin merespons gangguan ritme sirkadian,” saran Plans.
Akan tetapi, studi semacam ini tidak dapat menyimpulkan secara umum, apakah waktu tidur itu sendiri berkontribusi terhadap penyakit jantung. Mungkin ada risiko perilaku lain yang terkait dengan begadang, miras, dan stres.
“Jika temuan kami dikonfirmasi dengan penelitian lain, waktu tidur akan menjadi target kesehatan masyarakat yang murah untuk menurunkan risiko penyakit jantung,” kata Plans.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman