JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ada banyak yang harus dilawan oleh tak kurang dari sejuta warga Hongkong yang berkumpul di Victoria Park pada aksi demonstrasi akhir pekan ke-11 Ahad (18/8). Polisi, hujan, dan hujatan setelah adanya kericuhan bandara pekan lalu.
Banyak yang khawatir bahwa aksi tersebut bakal kehilangan daya tarik. Setelah para demonstran membuat keributan di bandara, Tiongkok berhasil menggaet simpati publik internasional. Sedangkan pengunjuk rasa yang dulu simpatik kini berubah citra menjadi pembuat onar.
Namun, Hongkongers – sebutan penduduk Hongkong – belum menyerah. Mereka tetap beraksi menolak RUU Ekstradisi. "Kami sudah merasa lelah. Tapi, melihat banyak orang yang berbaris di hujan untuk Hongkong, itu menguatkan saya," ujar Danny Tam, seorang pendemo, kepada Agence France-Presse.
Menurut Civil Human Rights Front, penyelenggara demo, antusiasme penduduk Hongkong justru meningkat. Menurut mereka, warga yang hadir dalam aksi solidaritas itu mencapai 1,7 juta. Angka tersebut hampir menyamai rekor demo pada pertengahan Juni lalu yang dihadiri hampir 2 juta demonstran.
Warga Hongkong punya tujuan khusus dalam demonstrasi kali ini. Tema yang dipilih adalah Hongkongers Berkumpul: Pendemo Damai, Rasional, Anti Kekerasan Ayo Berdiri. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka bukanlah penjahat seperti yang ditudingkan pemerintah Tiongkok.
"Beberapa orang memang mempunyai pandangan ekstrem. Tapi, sebagian besar melakukan aksi damai," ujar Ray Cheng, warga Hongkong yang ikut beraksi.
Awal pekan lalu kelompok demonstran anti pemerintah akhirnya mendapatkan kritik pertama. Mereka diprotes setelah menghalangi pengoperasian Bandara Hongkong dan mengeroyok dua orang yang dituding sebagai mata-mata polisi. Salah seorang yang dikeroyok ternyata wartawan Global Times Fu Guohao.
Tiongkok pun langsung menyudutkan kubu pengunjuk rasa. Mereka mengatakan bahwa penduduk Hongkong main hakim sendiri dan ingin memberontak dari pemerintah yang sah.
"Sekarang banyak jurnalis Tiongkok yang takut dengan pendemo radikal," ujar Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin kepada CNN.
Kemarin sebagian massa sebenarnya sudah mundur teratur pukul pada 19.00 waktu setempat. Namun, masih ada ribuan demonstran yang bertahan.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi