Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Teliti Vaksin Virus Corona, Ahli China Lakukan Uji Coba Terhadap Monyet

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Para ilmuwan terus meneliti pembuatan dan uji coba vaksin virus corona jenis baru. Maklum saja, virus tersebut semakin tak terbendung meluas ke lintas negara. Peneliti mencoba mengembangkan vaksin dengan menginfeksi monyet Coronavirus. Peneliti menemukan bahwa monyet yang pulih dari COVID-19 bisa mengembangkan kekebalan efektif (antibodi) dari penyakit ini. Ini menjadi indikator penemuan penting yang berpotensi untuk mengembangkan vaksin virus corona.

Akan tetapi, para peneliti juga menemukan bahwa hewan dapat terinfeksi melalui mata mereka. Artinya, seseorang yang mengenakan masker mungkin tidak cukup untuk melindunginya dari penyakit yang menyerang pernapasan ini.

Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (17/3), para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin dan uji klinis pertama. Bahkan dapat dilakukan di China dan AS dalam waktu sebulan. Meski begitu, tingkat kekambuhan pada manusia saat ini berkisar antara 0,1 persen hingga 1 persen secara nasional. Namun, di beberapa provinsi seperti Guangdong hingga 14 persen dari pasien yang pulang telah dilaporkan masuk lagi ke rumah sakit. Artinya, jika ternyata pasien tertular lagi oleh virus yang sama, maka vaksin tidak akan terbukti efektif.

Akan tetapi, percobaan pada monyet yang dilakukan oleh tim dari Akademi Ilmu Kedokteran China dapat membantu menghilangkan kekhawatiran itu. Rincian percobaan dibuat Sabtu lalu di BioRxiv, sebuah situs web untuk studi.

Baca Juga:  10 Nama Capim KPK Diserahkan Senin

Profesor Qin Chuan menulis bahwa tim risetnya menginfeksi empat monyet rhesus dengan jenis COVID-19 dan hewan-hewan itu mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit tiga hari kemudian. Mereka terserang demam, mulai berjuang untuk bernapas, dan kehilangan nafsu makan serta berat badan.

Pada hari ketujuh percobaan, Qin menidurkan salah satu monyet dan menemukan virus telah menyebar ke seluruh tubuhnya dari hidung ke kandung kemih dengan kerusakan nyata pada jaringan paru-paru. Monyet yang tersisa, pulih secara bertahap dan akhirnya berhenti menunjukkan gejala.

Sekitar sebulan kemudian, setelah tes dilakukan, hasilnya negatif. Dan sinar-X menunjukkan organ dalam monyet itu telah pulih sepenuhnya. Dua monyet itu diberi lagi dosis virus melalui mulut. Para ilmuwan mencatat kenaikan suhu sementara, tetapi gejala lainnya semuanya tampak normal.

Otopsi dilakukan pada dua monyet itu sekitar dua minggu kemudian, dan para peneliti tidak menemukan jejak virus di tubuh mereka. Sementara itu, tingkat antibodi yang sangat tinggi terdeteksi setelah minggu kedua, menunjukkan bahwa sistem kekebalan siap untuk melawan penyakit.

“Implikasi ini penting dalam mengevaluasi pengembangan vaksin,” kata Qin.

Para peneliti berpendapat pasien pulih lalu tertular lagi mungkin disebabkan beberapa faktor lain. Bisa jadi karena salah saat deteksi awal. “Ini mungkin karena hasil negatif awalnya,” tuturnya.

Baca Juga:  Syahrini Akan Berkeliling Dunia Habiskan Tahun Baru

Eksperimen pada hewan ini mendukung pengamatan yang dilakukan oleh beberapa dokter di garis depan dalam perang melawan penyakit COVID-19. Profesor Zhong Nanshan, seorang ilmuwan pemerintah terkemuka, mengatakan di Guangzhou pekan lalu, pihaknya telah menemukan adanya antibodi yang kuat pada pasien yang pulih, yang berarti virus tidak lagi dapat menggunakannya sebagai pembawa lagi.

Meski demikian, pemerintah Tiongkok masih mengambil tindakan pencegahan dengan ketat. Mulai 5 Maret, semua pasien yang sudah keluar dari rumah sakit harus tinggal di fasilitas karantina selama dua minggu. Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit umum di Beijing merawat pasien COVID-19, mengatakan percobaan itu memberikan informasi berharga karena monyet secara genetik dekat dengan manusia tetapi apa yang terjadi pada monyet tidak selalu berhasil pada manusia.

Dokter juga mengatakan bahwa kasus baru-baru ini bahwa ada pasien 70 tahun di Jepang yang telah pulih dirawat di rumah sakit lagi, ternyata mengalami gejala COVID-19 lagi seperti demam dan kesulitan bernapas. Dalam percobaan terpisah yang melibatkan tiga monyet, Qin dan rekannya juga menemukan bukti yang menunjukkan bahwa orang dapat terinfeksi melalui mata. Berdasar itu, kebenaran antibodi seseorang yang sembuh bisa membuat kebal dari virus dan uji coba pada monyet tersebut masih terus diteliti oleh para ilmuwan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Para ilmuwan terus meneliti pembuatan dan uji coba vaksin virus corona jenis baru. Maklum saja, virus tersebut semakin tak terbendung meluas ke lintas negara. Peneliti mencoba mengembangkan vaksin dengan menginfeksi monyet Coronavirus. Peneliti menemukan bahwa monyet yang pulih dari COVID-19 bisa mengembangkan kekebalan efektif (antibodi) dari penyakit ini. Ini menjadi indikator penemuan penting yang berpotensi untuk mengembangkan vaksin virus corona.

Akan tetapi, para peneliti juga menemukan bahwa hewan dapat terinfeksi melalui mata mereka. Artinya, seseorang yang mengenakan masker mungkin tidak cukup untuk melindunginya dari penyakit yang menyerang pernapasan ini.

- Advertisement -

Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (17/3), para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin dan uji klinis pertama. Bahkan dapat dilakukan di China dan AS dalam waktu sebulan. Meski begitu, tingkat kekambuhan pada manusia saat ini berkisar antara 0,1 persen hingga 1 persen secara nasional. Namun, di beberapa provinsi seperti Guangdong hingga 14 persen dari pasien yang pulang telah dilaporkan masuk lagi ke rumah sakit. Artinya, jika ternyata pasien tertular lagi oleh virus yang sama, maka vaksin tidak akan terbukti efektif.

Akan tetapi, percobaan pada monyet yang dilakukan oleh tim dari Akademi Ilmu Kedokteran China dapat membantu menghilangkan kekhawatiran itu. Rincian percobaan dibuat Sabtu lalu di BioRxiv, sebuah situs web untuk studi.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bupati Optimistis Kode Kepenghuluan Segera Terbit

Profesor Qin Chuan menulis bahwa tim risetnya menginfeksi empat monyet rhesus dengan jenis COVID-19 dan hewan-hewan itu mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit tiga hari kemudian. Mereka terserang demam, mulai berjuang untuk bernapas, dan kehilangan nafsu makan serta berat badan.

Pada hari ketujuh percobaan, Qin menidurkan salah satu monyet dan menemukan virus telah menyebar ke seluruh tubuhnya dari hidung ke kandung kemih dengan kerusakan nyata pada jaringan paru-paru. Monyet yang tersisa, pulih secara bertahap dan akhirnya berhenti menunjukkan gejala.

Sekitar sebulan kemudian, setelah tes dilakukan, hasilnya negatif. Dan sinar-X menunjukkan organ dalam monyet itu telah pulih sepenuhnya. Dua monyet itu diberi lagi dosis virus melalui mulut. Para ilmuwan mencatat kenaikan suhu sementara, tetapi gejala lainnya semuanya tampak normal.

Otopsi dilakukan pada dua monyet itu sekitar dua minggu kemudian, dan para peneliti tidak menemukan jejak virus di tubuh mereka. Sementara itu, tingkat antibodi yang sangat tinggi terdeteksi setelah minggu kedua, menunjukkan bahwa sistem kekebalan siap untuk melawan penyakit.

“Implikasi ini penting dalam mengevaluasi pengembangan vaksin,” kata Qin.

Para peneliti berpendapat pasien pulih lalu tertular lagi mungkin disebabkan beberapa faktor lain. Bisa jadi karena salah saat deteksi awal. “Ini mungkin karena hasil negatif awalnya,” tuturnya.

Baca Juga:  Gugus Tugas Fokus di Jatim

Eksperimen pada hewan ini mendukung pengamatan yang dilakukan oleh beberapa dokter di garis depan dalam perang melawan penyakit COVID-19. Profesor Zhong Nanshan, seorang ilmuwan pemerintah terkemuka, mengatakan di Guangzhou pekan lalu, pihaknya telah menemukan adanya antibodi yang kuat pada pasien yang pulih, yang berarti virus tidak lagi dapat menggunakannya sebagai pembawa lagi.

Meski demikian, pemerintah Tiongkok masih mengambil tindakan pencegahan dengan ketat. Mulai 5 Maret, semua pasien yang sudah keluar dari rumah sakit harus tinggal di fasilitas karantina selama dua minggu. Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit umum di Beijing merawat pasien COVID-19, mengatakan percobaan itu memberikan informasi berharga karena monyet secara genetik dekat dengan manusia tetapi apa yang terjadi pada monyet tidak selalu berhasil pada manusia.

Dokter juga mengatakan bahwa kasus baru-baru ini bahwa ada pasien 70 tahun di Jepang yang telah pulih dirawat di rumah sakit lagi, ternyata mengalami gejala COVID-19 lagi seperti demam dan kesulitan bernapas. Dalam percobaan terpisah yang melibatkan tiga monyet, Qin dan rekannya juga menemukan bukti yang menunjukkan bahwa orang dapat terinfeksi melalui mata. Berdasar itu, kebenaran antibodi seseorang yang sembuh bisa membuat kebal dari virus dan uji coba pada monyet tersebut masih terus diteliti oleh para ilmuwan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari