WHAKATANE (RIAUPOS.CO) — Misi selesai. Enam jenazah korban letusan gunung berapi White Island, Selandia Baru, dievakuasi Jumat (13/12). Keberhasilan tim khusus yang diterbangkan dengan dua helikopter dari bandara Whakatane itu menuai banyak pujian. Sebab, misi mereka sangat berbahaya. Gunung tersebut berpotensi kembali meletus kapan pun.
"Mereka menunjukkan keberanian sejati demi memastikan enam jenazah itu pulang ke orang-orang yang mereka cintai," ujar Komisioner Polisi Mike Bush sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Enam orang yang ditugaskan ke lokasi menggunakan baju dan perlengkapan pernapasan khusus. Peralatan itu menghambat gerak mereka. Karena itu, meski lokasinya sudah diketahui, proses evakuasi membutuhkan waktu hingga 4 jam.
Saat militer melakukan evakuasi, keluarga korban berada di perahu dekat gunung berapi. Mereka melakukan pemberkatan sesuai dengan adat Maori. Penduduk setempat juga melantunkan karakia, semacam doa, di daratan. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga memantau jalannya evakuasi. Dia ikut merasakan kecemasan yang sama dengan orang-orang lainnya.
Masih ada dua jenazah lagi yang belum ditemukan. Pencarian masih dilakukan. Kepolisian mengerahkan para penyelam untuk mencari di perairan dekat gunung berapi. Pada Selasa (10/12), tampak sesosok jenazah mengambang di laut dekat area letusan. Sebelumnya, pencarian dilakukan di Bay of Plenty. Mereka akan melakukan pencarian lagi ke lokasi tersebut ketika situasinya sudah lebih aman.
Ledakan gunung berapi pada Senin (9/12) itu mengakibatkan 16 korban tewas dan sekitar 20 orang lainnya dirawat di rumah sakit karena luka bakar. Sebagian besar korban tewas adalah warga Australia. Proses evakuasi jenazah sempat tertunda lantaran gas beracun terus keluar.(sha/c14/dos/jpg)
WHAKATANE (RIAUPOS.CO) — Misi selesai. Enam jenazah korban letusan gunung berapi White Island, Selandia Baru, dievakuasi Jumat (13/12). Keberhasilan tim khusus yang diterbangkan dengan dua helikopter dari bandara Whakatane itu menuai banyak pujian. Sebab, misi mereka sangat berbahaya. Gunung tersebut berpotensi kembali meletus kapan pun.
"Mereka menunjukkan keberanian sejati demi memastikan enam jenazah itu pulang ke orang-orang yang mereka cintai," ujar Komisioner Polisi Mike Bush sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
- Advertisement -
Enam orang yang ditugaskan ke lokasi menggunakan baju dan perlengkapan pernapasan khusus. Peralatan itu menghambat gerak mereka. Karena itu, meski lokasinya sudah diketahui, proses evakuasi membutuhkan waktu hingga 4 jam.
Saat militer melakukan evakuasi, keluarga korban berada di perahu dekat gunung berapi. Mereka melakukan pemberkatan sesuai dengan adat Maori. Penduduk setempat juga melantunkan karakia, semacam doa, di daratan. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga memantau jalannya evakuasi. Dia ikut merasakan kecemasan yang sama dengan orang-orang lainnya.
- Advertisement -
Masih ada dua jenazah lagi yang belum ditemukan. Pencarian masih dilakukan. Kepolisian mengerahkan para penyelam untuk mencari di perairan dekat gunung berapi. Pada Selasa (10/12), tampak sesosok jenazah mengambang di laut dekat area letusan. Sebelumnya, pencarian dilakukan di Bay of Plenty. Mereka akan melakukan pencarian lagi ke lokasi tersebut ketika situasinya sudah lebih aman.
Ledakan gunung berapi pada Senin (9/12) itu mengakibatkan 16 korban tewas dan sekitar 20 orang lainnya dirawat di rumah sakit karena luka bakar. Sebagian besar korban tewas adalah warga Australia. Proses evakuasi jenazah sempat tertunda lantaran gas beracun terus keluar.(sha/c14/dos/jpg)