MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Mayoritas jemaah dari Kloter 4 ESolo (SOC4) harus membongkar ulang kopernya. Bagaimana tidak, hasil deteksi X-ray menunjukkan 297 di antara 360 koper jemaah berisi air zamzam. Padahal, sudah ada larangan membawa cairan di dalam bagasi.
Airgate, perusahaan yang digandeng maskapai Garuda Indonesia untuk pemeriksaan bagasi, akhirnya membawa koper-koper tersebut ke Hotel Kiswah, tempat jemaah dari kloter SOC4 menginap. Pada akhirnya, jemaah hanya bisa menertawakan ulah mereka sendiri yang ketahuan itu. "Sebetulnya mau buat anak cucu, tapi ketahuan hehe…" kata Maemunah sembari membongkar kopernya.
Ada 10 botol air mineral berisi zamzam di koper Maemunah. Meski dilapisi lakban cokelat, botol-botol itu tetap terdeteksi mesin X-ray. "Sudah kapok, nggak lagi (masukkan zamzam ke koper)," ujar dia.
Kepala Seksi Pelayanan Kedatangan dan Kepulangan PPIH Daker Bandara Edayanti Dasril menjelaskan, keputusan mengembalikan koper yang terindikasi membawa air zamzam tersebut sekaligus sebagai pelajaran. Sebab, jumlahnya terlampau banyak. "Ini di luar dugaan kami. Sudah kelewatan. Maka, kami kembalikan ke jemaah untuk dibongkar sendiri," tegas Edayanti.
Keputusan mengembalikan koper ke jemaah juga dipastikan tidak mengganggu jadwal penerbangan kloter SOC4. Sesuai dengan jadwal, kloter tersebut terbang menuju Tanah Air, Ahad (17/7) dari Bandara King Abdulaziz, Jeddah. "Kami masih punya spare waktu. Setelah (air zamzam) dikeluarkan, koper diangkut lagi untuk diperiksa dan dibawa ke bandara," terang dia.
Sementara itu, setelah pelepasan kepulangan jemaah haji Kloter 2 Embarkasi Solo di Jeddah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan telah berdiskusi dengan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F. Al Rabiah untuk persiapan haji 1444 H/2023. Sejumlah catatan perbaikan, baik dari sisi Indonesia maupun Saudi, sudah disampaikan. "Kami sepakat membuat task force (satuan tugas) atau tim bersama untuk membahas persiapan haji tahun depan agar lebih baik," kata Yaqut.
Salah satu catatan tersebut berkaitan dengan pelayanan di masyair (Arafah, Muzdalifah, Mina) yang dinilai belum seimbang dengan biaya. Dengan kenaikan harga yang signifikan, menurut Menag, seharusnya pelayanan yang diberikan bisa lebih baik.
Sebagaimana diketahui, pertengahan Mei lalu pemerintah Saudi memutuskan menaikkan biaya pelayanan masyair. Nilainya SAR 5.656,87 atau setara Rp21,76 juta per jemaah.
Imbasnya, Pemerintah Indonesia harus menyiapkan tambahan biaya mencapai Rp1,5 triliun. "Nanti tim berdiskusi bersama agar masalah yang ditemukan di lapangan yang dihadapi jemaah bisa diperbaiki di masa yang akan datang," terang Yaqut.
Dari Jakarta, Plh Kepala Biro Humas, Informasi, dan Data Kemenag Wawan Djunaedi mengatakan, dalam fase pemulangan, ada protokol kesehatan yang wajib diketahui jemaah. Di antaranya, pengecekan suhu tubuh setelah keluar dari pesawat terbang. Jika ditemukan jemaah dengan gejala demam, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Termasuk dilakukan tes usap antigen.(*/wan/c19/cak/jpg)