Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Presiden Afghanistan Lari ke Tajikistan Setelah Kabul Dikepung Taliban

KABUL (RIAUPOS.CO) – Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, dilaporkan kabur ke Tajikistan pada Ahad (15/8/2021), setelah gerilyawan Taliban mengepung ibukota negara, Kabul.

Seperti dilansir Reuters, kabar itu disampaikan oleh seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan. Namun, dia tidak memberikan keterangan rinci mengenai keberadaan Ghani.

"Saya tidak bisa berbicara lebih banyak mengenai keberadaan Ashraf Ghani karena alasan keamanan," kata sumber itu.

Menurut sumber di Istana Kepresidenan Afghanistan, sebelum kabur Ghani sempat berdialog dengan juru runding Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad, dan sejumlah pejabat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Menurut Pelaksana Tugas Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Sattar Mirzakawal, pengalihan kekuasaan dari pemerintah bakal diserahkan kepada pemerintahan sementara.

Baca Juga:  Kasus Positif Bertambah 52 Orang, Meninggal 5 Pasien

"Tidak akan ada serangan terhadap ibu kota, sudah disepakati pengalihan kekuasaan akan berlangsung damai," cuit Mirzakawal melalui Twitter.

Taliban mengepung ibu kota Kabul dari segala arah. Akan tetapi menurut Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mereka tidak terlibat pertempuran dan menunggu di pinggiran Kabul sambil berunding dengan pemerintah Afghanistan.

"Gerilyawan Taliban siaga di seluruh jalur masuk Kabul sampai perundingan peralihan kekuasaan disepakati," kata Zabihullah.

Saat ini perwakilan Taliban dan pemerintah Afghanistan tengah berunding di Qatar. Agenda perundingan itu membahas pengalihan kekuasaan dan utusan Amerika Serikat juga dilibatkan.

Banyak penduduk Afghanistan khawatir jika Taliban kembali berkuasa maka kehidupan mereka bakal dikekang, terutama bagi kaum perempuan. Saat berkuasa pada 1990-an Taliban menerapkan syariat Islam.

Baca Juga:  Singapura Ciptakan Alat Uji PCR Covid-19 Portabel

Akan tetapi, juru bicara Taliban, Shuhail Shaheen, menyatakan mereka berjanji bakal melindungi hak-hak perempuan dan prinsip kebebasan pers.

"Kami memastikan kepada rakyat, terutama di Kabul, bahwa nyawa dan harta benda mereka aman," kata Shaheen.

Serangan Taliban yang gencar setelah pasukan koalisi AS dan NATO ditarik semakin gencar dan terbukti tidak mampu dibendung oleh militer Afghanistan.

Sejumlah negara sudah menutup kedutaan besar mereka di Afghanistan menghindari pertumpahan darah.

Di Tajikistan saat ini terdapat pangkalan militer milik Rusia. Pangkalan itu menjadi pusat komando ketika Uni Soviet menyerbu Afghanistan pada 1979 sampai 1989.

Sumber: Reuters/News/Asia News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

 

KABUL (RIAUPOS.CO) – Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, dilaporkan kabur ke Tajikistan pada Ahad (15/8/2021), setelah gerilyawan Taliban mengepung ibukota negara, Kabul.

Seperti dilansir Reuters, kabar itu disampaikan oleh seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan. Namun, dia tidak memberikan keterangan rinci mengenai keberadaan Ghani.

- Advertisement -

"Saya tidak bisa berbicara lebih banyak mengenai keberadaan Ashraf Ghani karena alasan keamanan," kata sumber itu.

Menurut sumber di Istana Kepresidenan Afghanistan, sebelum kabur Ghani sempat berdialog dengan juru runding Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad, dan sejumlah pejabat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

- Advertisement -

Menurut Pelaksana Tugas Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Sattar Mirzakawal, pengalihan kekuasaan dari pemerintah bakal diserahkan kepada pemerintahan sementara.

Baca Juga:  Penyerang Novel hanya Dijerat Pasal Pengeroyokan

"Tidak akan ada serangan terhadap ibu kota, sudah disepakati pengalihan kekuasaan akan berlangsung damai," cuit Mirzakawal melalui Twitter.

Taliban mengepung ibu kota Kabul dari segala arah. Akan tetapi menurut Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mereka tidak terlibat pertempuran dan menunggu di pinggiran Kabul sambil berunding dengan pemerintah Afghanistan.

"Gerilyawan Taliban siaga di seluruh jalur masuk Kabul sampai perundingan peralihan kekuasaan disepakati," kata Zabihullah.

Saat ini perwakilan Taliban dan pemerintah Afghanistan tengah berunding di Qatar. Agenda perundingan itu membahas pengalihan kekuasaan dan utusan Amerika Serikat juga dilibatkan.

Banyak penduduk Afghanistan khawatir jika Taliban kembali berkuasa maka kehidupan mereka bakal dikekang, terutama bagi kaum perempuan. Saat berkuasa pada 1990-an Taliban menerapkan syariat Islam.

Baca Juga:  Buruh Siap Gelar Aksi Besar-besaran Tolak RUU Cipta Kerja

Akan tetapi, juru bicara Taliban, Shuhail Shaheen, menyatakan mereka berjanji bakal melindungi hak-hak perempuan dan prinsip kebebasan pers.

"Kami memastikan kepada rakyat, terutama di Kabul, bahwa nyawa dan harta benda mereka aman," kata Shaheen.

Serangan Taliban yang gencar setelah pasukan koalisi AS dan NATO ditarik semakin gencar dan terbukti tidak mampu dibendung oleh militer Afghanistan.

Sejumlah negara sudah menutup kedutaan besar mereka di Afghanistan menghindari pertumpahan darah.

Di Tajikistan saat ini terdapat pangkalan militer milik Rusia. Pangkalan itu menjadi pusat komando ketika Uni Soviet menyerbu Afghanistan pada 1979 sampai 1989.

Sumber: Reuters/News/Asia News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari