PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dosen Universitas Riau (Unri), Dr Desi Heltina, ST MT beserta Tim Abdimas Unri 2021 memberikan demonstrasi mengenai produksi pakan ikan menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) atau dikenal dengan istlah Maggot kepada masyarakat di Kelurahan Muara Fajar Timur Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Selasa (27/7/2021).
Maggot BSF (Black Soldier Fly) adalah larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Meski dikelompokkan sebagai lalat, BSF tidak hinggap di sampah dan tidak membawa penyakit. Larva BSF yang disebut maggot juga berbeda dengan belatung lalat hijau dan lalat hitam yang menyebarkan penyakit.
Demonstrasi atau penyuluhan ini merupakan salah satu dari program yang dicanangkan oleh Desi Heltina dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau (LPPM UNRI) yang bermitra dengan Kelurahan Muara Fajar Timur. Program ini adalah program lanjutan dari sosialisasi yang telah dilakukan agar masyrakat dapat melihat langsung bagaimana proses produksi pakan ikan menggunakan maggot ini.
“Demonstrasi ini bertujuan agar masyarakat dapat melihat langsung bagaimana proses budidaya pakan ikan menggunakan maggot ini, karena pada dasarnya budidaya maggot ini cukup mudah dan sederhana siapa saja bisa melakukannya,” ucap Desi Heltina saat memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Saat penyuluhan Desi Heltina dan dua dosen lainnya, dibantu oleh Tim Abdimas Unri 2021 yang beranggotakan 10 orang, yang sebelumnya juga membantu dalam pembuatan kandang dan media penyemaian maggot.
Demonstrasi ini dimulai pukul 14.00-16.00 WIB diikuti sekitar 20 orang. Antusias masyarakat terhadap kegiatan ini sangat besar dimana mereka tidak henti-henti bertanya mengenai pembudidayaan maggot ini. Karena memang budidaya maggot ini belum banyak dikembangkan ditengah masyarakat.
Alat yang digunakan untuk demonstrasi ini seperti kandang lalat BSF, media penyemaian dan lainya nantinya akan diberikan kepada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakam) di Kelurahan Muara Fajar Timur agar nantinya alat ini bisa digunakan sebaik mungkin dan dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memulai budidaya maggot ini.
“Kalau bagi saya kegiatan ini sangat bermanfaat karena saya punya kolam ikan dan sempat tertarik untuk menggunakan maggot ini sebagai pakan tapi saya masih belum tahu bagaimana prosesnya, karena kalau pelet lumayan juga harganya. Jadi dengan adanya demonstrasi ini saya bisa melihat dan bertanya langsung,” ucap Regar saat diwawancarai oleh Tim Abdimas.
Maggot BSF dipilih menjadi program pengabdian karena maggot BSF merupakan inovasi yang menggembirakan dan menguntungkan bagi para peternak, petani, dan masyarakat secara luas. Maggot BSF bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan ternak unggas. Penggunaan maggot sebagai pakan ikan bisa semakin menggairahkan budidaya ikan konsumsi karena harganya yang relatif murah. Untuk pakan ternak, maggot bisa mempercepat kenaikan bobot ternak karena mengandung protein 42 persen. Maggot BSF ini juga bisa membantu permasalahan sampah organik.
Sekitar 750 kg maggot BSF mampu mengurai sekitar 2 ton sampah organik hanya dalam kurun waktu 2-3 minggu. Ini menjadikan usaha budidaya maggot sebagai alternatif usaha yang menjanjikan dimasa pandemi ini. Apalagi masa panennya relatif cepat, sekitar 21 hari.(c)
Editor: Eka G Putra