- Advertisement -
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Gejala awal penyakit hepatitis misterius umumnya menyerang saluran pencernaan ditandai dengan mual, muntah, diare, disertai demam. Jika sudah muncul gejala seperti itu sebaiknya anak segera dibawa ke dokter agar gejala tidak berlanjut. Sebab rata-rata pasien hepatitis misterius yang terlambat dibawa ke RS umumnya sudah mengalam kondisi yang buruk.
Direktur RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso (RSPI) dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan, Jumat (13/5) mengatakan, dari data pasien yang meninggal hampir semua dirujuk keterlambatan sampai di RS. Rata-rata pasien sudah mengalami kondisi yang sulit ditangani.
- Advertisement -
"Pasien datang dengan kondisi kejang dan dalam kesadaran yang sudah menurun," jelas dr Syahril.
Akibatnya hanya sedikit waktu bagi dokter untuk menolong. Pasien harus masuk ICU dalam kondisi seperti itu.
"Jika sudah kejang dan kesadaran sudah menurun, di RS tak bisa melakukan pertolongan lebih lanjut. Kami mengingatkan hepatitis ini cepat sekali ya (perburukannya), kita tak boleh menunda. Jangan menunggu tak sadar dan kejang-kejang, harus lebih cepat ditangani," katanya.
- Advertisement -
Sedikitnya sejauh ini secara resmi menurut data Kemenkes ada 18 pasien yang dikaitkan dengan hepatitis akut misterius, dan 7 di antaranya meninggal. Ketika ditanya soal kesiapan NICU PICU, ia menegaskan bed rumah sakit siap dari segi kapasitas jumlah.
"Saya kira terkait ICU, NICU, PICU untuk anak cukup ya untuk menangani kasus ini. Mudah-mudahan kalau saat dibawa tak dalam kondisi sangat berat, masih mungkin diberi pertolongan," jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Gejala awal penyakit hepatitis misterius umumnya menyerang saluran pencernaan ditandai dengan mual, muntah, diare, disertai demam. Jika sudah muncul gejala seperti itu sebaiknya anak segera dibawa ke dokter agar gejala tidak berlanjut. Sebab rata-rata pasien hepatitis misterius yang terlambat dibawa ke RS umumnya sudah mengalam kondisi yang buruk.
Direktur RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso (RSPI) dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan, Jumat (13/5) mengatakan, dari data pasien yang meninggal hampir semua dirujuk keterlambatan sampai di RS. Rata-rata pasien sudah mengalami kondisi yang sulit ditangani.
- Advertisement -
"Pasien datang dengan kondisi kejang dan dalam kesadaran yang sudah menurun," jelas dr Syahril.
Akibatnya hanya sedikit waktu bagi dokter untuk menolong. Pasien harus masuk ICU dalam kondisi seperti itu.
- Advertisement -
"Jika sudah kejang dan kesadaran sudah menurun, di RS tak bisa melakukan pertolongan lebih lanjut. Kami mengingatkan hepatitis ini cepat sekali ya (perburukannya), kita tak boleh menunda. Jangan menunggu tak sadar dan kejang-kejang, harus lebih cepat ditangani," katanya.
Sedikitnya sejauh ini secara resmi menurut data Kemenkes ada 18 pasien yang dikaitkan dengan hepatitis akut misterius, dan 7 di antaranya meninggal. Ketika ditanya soal kesiapan NICU PICU, ia menegaskan bed rumah sakit siap dari segi kapasitas jumlah.
"Saya kira terkait ICU, NICU, PICU untuk anak cukup ya untuk menangani kasus ini. Mudah-mudahan kalau saat dibawa tak dalam kondisi sangat berat, masih mungkin diberi pertolongan," jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi