WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki Turki, Hakan Sukur, sangat marah dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Karena Erdogan, Sukur kini menjadi pelarian politik dan tinggal sebagai pengungsi di Amerika Serikat (AS). Bahkan, Sukur kini hidup sangat sederhana sebagai sopir taksi online, Uber.
Bukan hanya mantan pemain yang sangat ditakuti oleh banyak klub itu yang memutuskan pergi dari Turki. Ada pula atlet basket asal Turki, Enes Kanter, yang menegaskan tak akan kembali ke Turki selama Erdogan masih berkuasa.
Hakan Sukur baru-baru ini mengungkapkan perjuangannya menjadi sopir taksi online di Washington, AS. Dia melakukan itu karena seluruh asetnya di Turki telah dibekukan Erdogan.
"Tak ada lagi yang tersisa, Erdogan mengambil semuanya: kebebasan saya, kebebasan berekspresi, dan hak untuk bekerja," kata Sukur.
"Saya merasa tidak melakukan hal yang melawan hukum. Saya bukan pengkhianat atau teroris. Mungkin saya musuh pemerintah, tapi bukan musuh negara Turki," ujar Sukur kepada Welt am Sonntag dikutip dari Football Italia.
Setelah pensiun sebagai pesepakbola, mantan kapten timnas Turki itu terjun ke dunia politik praktis. Dia kemudian masuk dalam barisan oposisi pemerintah di bawah Erdogan. Hakan Sukur memilih menetap di AS setelah kerap mendapatkan perlakuan buruk dari pemerintah Turki.
Di masa masih aktif sebagai pemain, Sukur adalah penyerang yang paling ditakuti bagi lawan-lawan Galatasaray maupun timnas Turki. Setelah matang di Galatasaray, Sukur pindah ke Italia dan bermain untuk Inter Milan, juga AC Parma. Meski tak terlalu cemerlang di Inter, tetapi saat di Parma, Sukur pernah meraih gelar juara Coppa Italia 2002.
Sukur tercatat dalam sejarah sebagai pencetak gol tercepat di Piala Dunia. Saat mengantarkan Turki juara ketiga Piala Dunia 2002 di Korea Jepang dengan mengalahkan Korsel, Sukur mencetak gol pertama dalam waktu 10,8 detik setelah kick-off. Hingga kini belum ada yang mampu melampaui rekor Sukur ini.
Setelah berpetualang di klub-klub luar Turki seperti Inter Milan, Parma, dan Blackburn Rovers, dia kembali ke Galatasaray pada 2003. Galatasaray pun menjadi klub terakhir Hakan Sukur sebelum pensiun. Hakan Sukur memutuskan pensiun pada 2008.
"Saya sangat mencintai negara saya. Setelah tak mendukung Erdogan, saya kerap mendapat ancaman. Toko istri saya diserang, anak-anak saya dilecehkan, ayah saya dipenjara, dan semua aset saya dibekukan."
"Kemudian saya pindah ke Amerika Serikat. Saya sempat buka kafe di California, namun beberapa kali orang mencurigakan menyatroni saya. Sekarang saya jadi pengemudi Uber dan menjual buku-buku," kata Hakan Sukur.
Sukur berharap rezim Erdogan segera berakhir agar dia bisa pulang ke negaranya dengan tenang. Sebab, hingga saat ini, jika dia pulang ke Turki, penjara akan langsung menjadi rumahnya. Melihat banyak penentang Erdogan yang dihukum mati, Sukur menganggap hal itu sangat keterlaluan.(football italia/cnn/berbagai sumber)
Editor: Hary B Koriun