Jumat, 20 September 2024

Terungkap, Tidak Ada Bukti Saudi Terlibat dalam Serangan 11 September

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Keinginan korban serangan 11 September 2001 di World Trade Center (WTC) terkabul. Bertepatan dengan peringatan 20 tahun tragedi tersebut, pemerintah Amerika Serikat mendeklasifikasi dokumen milik FBI.

Tidak semuanya secara langsung, tapi bertahap. Rilis pertama ini hanya sebanyak 16 halaman. Deklasifikasi selanjutnya dilakukan enam bulan lagi.

Para keluarga korban dan penyintas serangan tersebut sudah lama meminta agar memo milik FBI itu diungkap ke publik. Mereka curiga bahwa pemerintah Arab Saudi sejatinya sudah tahu terkait rencana serangan tersebut, tapi tidak berbuat apa pun.

Tapi tiga pemerintahan sebelum Presiden AS Joe Biden menolak permintaan deklasifikasi itu. Ada indikasi mereka tidak ingin hubungan AS-Saudi hancur. Washington memiliki banyak kepentingan dengan Riyadh, salah satunya adalah ekspor senjata.

- Advertisement -

”Rilis pertama ini menandai berakhirnya bergantungnya Arab pada AS untuk menutupi peranan mereka dalam serangan 11 September,” tegas Jim Kreindler, pengacara keluarga para korban seperti dikutip Agence France-Presse.

Dalam dokumen tersebut memang tidak ada bukti secara langsung yang mengaitkan pemerintah Saudi dalam serangan yang merenggut 2.996 nyawa tersebut. Namun, ia memperkuat kecurigaan keterlibatan resmi Saudi dengan para pembajak pesawat yang dipakai menyerang menara kembar WTC tersebut. Terlebih 15 dari 19 pembajak adalah warga negara Saudi.

- Advertisement -
Baca Juga:  Kembangkan Potensi Muslimah

Memo bertanggal 4 April 2016 itu menunjukkan hubungan antara Omar Bayoumi dengan dua agen Al Qaeda. Bayoumi adalah mahasiswa yang diduga sebagai agen intelijen Saudi. Berdasarkan wawancara FBI tahun 2009 dan 2015 dengan sumber yang identitasnya dirahasiakan, terungkap tentangan rincian kontak dan pertemuan antara Bayoumi dan dua pembajak yaitu Nawaf al Hazmi dan Khalid al Midhar. Dua pembajak itu kemudian menerima dukungan logistik yang signifikan dari Bayoumi.

Sumber FBI itu menegaskan bahwa di luar identitas resminya sebagai mahasiswa, Bayoumi memiliki kedudukan penting di konsulat Saudi. Itu diperkuat dengan fakta bahwa Bayoumi kerap berkunjung ke konsulat Saudi di Los Angeles meski saat itu statusnya hanya sebagai mahasiswa.

”Bantuan Bayoumi untuk Hamzi dan Midha antara lain berupa penerjemahan, transportasi, penginapan dan pembiayaan.” Demikian bunyi memo tersebut.

Bayoumi juga dilaporkan kerap bercerita tentang jihad. Telepon milik Bayoumi juga memiliki rekam jejak pernah dipakai berkominikasi dengan imam konservatif di Masjid King Faad, Los Angeles Fahad al Thumairy, dan ulama kelahiran AS Anwar al Alaki. Dia adalah sosok penting bagi Al Qaeda sebelum tewas oleh drone di Yaman pada 2001.

Baca Juga:  Mahasiswa Riau di Wuhan Kirim Surat ke Gubernur Ucapkan Terima Kasih

Saudi di lain pihak memberikan pernyataan sebelum dokumen yang masuk deklasifikasi itu keluar. Mereka menyambut baik pengungkapan memo FBI tersebut, tapi sekaligus juga menampik terlibatan mereka dalam serangan mematikan tersebut. Saudi menyebut itu adalah tuduhan palsu dan keji.

Dokumen-dokumen itu dirilis hanya beberapa jam setelah Biden memperingati 20 tahun serangan 11 September. Mantan Presiden Barack Obama dan George W. Bush ikut hadir di dalamnya.

Keluarga korban sebelumnya sempat mengancam bahwa kedatangan Biden tidak akan disambut jika dokumen penyelidikan FBI itu tetap menjadi rahasia. ”Adanya informasi baru mempercepat pencarian kami akan kebenaran dan keadilan,” tegas Brett Eagleson, salah satu keluarga korban yang kehilangan ayahnya, Bruce, di tragedi tersebut.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Keinginan korban serangan 11 September 2001 di World Trade Center (WTC) terkabul. Bertepatan dengan peringatan 20 tahun tragedi tersebut, pemerintah Amerika Serikat mendeklasifikasi dokumen milik FBI.

Tidak semuanya secara langsung, tapi bertahap. Rilis pertama ini hanya sebanyak 16 halaman. Deklasifikasi selanjutnya dilakukan enam bulan lagi.

Para keluarga korban dan penyintas serangan tersebut sudah lama meminta agar memo milik FBI itu diungkap ke publik. Mereka curiga bahwa pemerintah Arab Saudi sejatinya sudah tahu terkait rencana serangan tersebut, tapi tidak berbuat apa pun.

Tapi tiga pemerintahan sebelum Presiden AS Joe Biden menolak permintaan deklasifikasi itu. Ada indikasi mereka tidak ingin hubungan AS-Saudi hancur. Washington memiliki banyak kepentingan dengan Riyadh, salah satunya adalah ekspor senjata.

”Rilis pertama ini menandai berakhirnya bergantungnya Arab pada AS untuk menutupi peranan mereka dalam serangan 11 September,” tegas Jim Kreindler, pengacara keluarga para korban seperti dikutip Agence France-Presse.

Dalam dokumen tersebut memang tidak ada bukti secara langsung yang mengaitkan pemerintah Saudi dalam serangan yang merenggut 2.996 nyawa tersebut. Namun, ia memperkuat kecurigaan keterlibatan resmi Saudi dengan para pembajak pesawat yang dipakai menyerang menara kembar WTC tersebut. Terlebih 15 dari 19 pembajak adalah warga negara Saudi.

Baca Juga:  Australia Tolak Perubahan Besar

Memo bertanggal 4 April 2016 itu menunjukkan hubungan antara Omar Bayoumi dengan dua agen Al Qaeda. Bayoumi adalah mahasiswa yang diduga sebagai agen intelijen Saudi. Berdasarkan wawancara FBI tahun 2009 dan 2015 dengan sumber yang identitasnya dirahasiakan, terungkap tentangan rincian kontak dan pertemuan antara Bayoumi dan dua pembajak yaitu Nawaf al Hazmi dan Khalid al Midhar. Dua pembajak itu kemudian menerima dukungan logistik yang signifikan dari Bayoumi.

Sumber FBI itu menegaskan bahwa di luar identitas resminya sebagai mahasiswa, Bayoumi memiliki kedudukan penting di konsulat Saudi. Itu diperkuat dengan fakta bahwa Bayoumi kerap berkunjung ke konsulat Saudi di Los Angeles meski saat itu statusnya hanya sebagai mahasiswa.

”Bantuan Bayoumi untuk Hamzi dan Midha antara lain berupa penerjemahan, transportasi, penginapan dan pembiayaan.” Demikian bunyi memo tersebut.

Bayoumi juga dilaporkan kerap bercerita tentang jihad. Telepon milik Bayoumi juga memiliki rekam jejak pernah dipakai berkominikasi dengan imam konservatif di Masjid King Faad, Los Angeles Fahad al Thumairy, dan ulama kelahiran AS Anwar al Alaki. Dia adalah sosok penting bagi Al Qaeda sebelum tewas oleh drone di Yaman pada 2001.

Baca Juga:  Toyota Fortuner 2.8 Legender AT 4WD Dibanderol Rp824 Juta

Saudi di lain pihak memberikan pernyataan sebelum dokumen yang masuk deklasifikasi itu keluar. Mereka menyambut baik pengungkapan memo FBI tersebut, tapi sekaligus juga menampik terlibatan mereka dalam serangan mematikan tersebut. Saudi menyebut itu adalah tuduhan palsu dan keji.

Dokumen-dokumen itu dirilis hanya beberapa jam setelah Biden memperingati 20 tahun serangan 11 September. Mantan Presiden Barack Obama dan George W. Bush ikut hadir di dalamnya.

Keluarga korban sebelumnya sempat mengancam bahwa kedatangan Biden tidak akan disambut jika dokumen penyelidikan FBI itu tetap menjadi rahasia. ”Adanya informasi baru mempercepat pencarian kami akan kebenaran dan keadilan,” tegas Brett Eagleson, salah satu keluarga korban yang kehilangan ayahnya, Bruce, di tragedi tersebut.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari