Harian Kompas telah resmi ditinggalkan dua pendirinya untuk selama-lamanya. Sebelumnya Petrus Kanisius (P.K.) Ojong meninggal di Jakarta 31 Mei 1980 lalu. Selang 40 tahun kemudian, tepatnya kemarin (9/9) pukul 13.05 WIB, Jakob Oetama menyusul meninggalkan Kompas dan insan pers Tanah Air pada umumnya.
Laporan: JPG (Jakarta)
DIREKTUR Komunikasi Kompas Gramedia Rusdi Amral menuturkan, Jakob Oetama sempat kritis dan koma sejak Ahad (6/9) sore lalu. "Dan rupayanya Tuhan lebih senang memanggil beliau. Pukul 13.05 berpulang ke pangkuan-Nya," katanya.
Selaku juru bicara keluarga, dia juga menyampaikan bahwa keluarga sangat ikhlas melepas Jakob. Dia menyampaikan keluarga mengucapkan terima kasih atas doa, simpati, empati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Khusus bagi para karyawan Kompas Gramedia yang tersebar di seluruh Indonesia.
Rusdi mengatakan, kemarin adalah hari yang bersejarah bagi keluarga besar Kompas Gramedia dan insan pers di Indonesia. "Kita tahu meskipun beliau mengembangkan banyak usaha, tetapi tidak pernah meninggalkan identitas sebagai wartawan," jelasnya. Identitas itu adalah kejujuran, integritas, raya syukur, dan humanisme atau jiwa kemanusiaan.
Menurut dia, nilai-nilai yang ditanamkan Jakob itu tidak akan pernah mati. Mereka semua di lingkungan Kompas Gramena akan terus menghidupkan nilai itu. Untuk memberikan kesempatan kepada kolega, jenazah Jakob disemayamkan di kantor Kompas Gramedia di Palmerah, Jakarta. Rencananya hari ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Dia menjelaskan Jakob Oetama pernah mendapatkan gelar Bintang Mahaputera.
Kondisi Jacob memburuk sejak dua pekan lalu. Dia dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. "Pada saat masuk Bapak Jacob dalam kondisi kritis," ucap dokter RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Felix Prabowo Salim.
Pada diagnosa awal, kondisi memburuknya Jacob dikarenakan gangguan multiorgan. Felix menyatakan bahwa usia dan penyakit komorbit yang mempengaruhi kesehatan Jacob turun.
Dokter pun memberikan perawatan. "Kondisi naik turun," ujarnya. Felix menegaskan bahwa dalam dua pekan dirawat, Jacob sempat menunjukkan perbaikan. Namun kondisi tersebut tak berlangsung lama.
Tak hanya perawatan, tim medis juga melakukan swab. Jacob dua kali menjalani tes tersebut. "Hasilnya negatif," ungkapnya. Artinya tak ada Covid-19 dalam tubuh pendiri Harian Kompas itu.
Presiden Joko Widodo kemarin turut menyampaikan duka cita atas berpulangnya Jakob. Bagi Jokowi, Jakob bukan sekadar tokoh pers yang juga pendiri harian Kompas. Dia menyebut Jakob sebagai tokoh bangsa.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengenang Jakob sebagai jurnalis sejati. Dengan semangat juang dan daya kritis tinggi, juga pandangan yang selalu bernuansa kemanusiaan. "Ia selalu menyampaikan pandangan dan kritiknya itu dalam bahasa yang halus dan santun," tulis Jokowi di akun media sosial resminya. Dalam kesempatan itu pula, Jokowi mengapresiasi warisan dan jasa Jakob untuk pers dan bangsa Indonesia.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga turut menyampaikan rasa duka cita atas meninggalnya Jakob Oetama. "Beliau merupakan teladan dalam dunia jurnalisme di Indonesia," kata dia. Ma’ruf menjelaskan Jakob adalah seorang jurnalis dan pendiri media ternama. Selain itu Jakob juga menunjukkan sosok yang tekun dan bekerja keras.
Kepada seluruh jajaran Kompas Gramedia, Ma’ruf berharap dapat meneladani ketekunan dan kerja keras Jakob Oetama. Selain itu juga terus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik yang tinggi dalam setiap berita. "Semoga arwah beliau beristirahat dengan damai. Dan keluarga diberikan ketabahan dan kesabaran," tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD turut menyampaikan duka cita atas wafatnya Jakob Oetama sebagai pendiri Kompas. "Kami ikut berduka semuanya. Bapak Jakob sudah berjuang puluhan tahun bersama kita," ungkap Mahfud.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu pun menyampaikan ucapan bela sungkawa untuk Jakob. Menurut dia, Jakob merupakan salah seorang tokoh yang turut membangun Indonesia lewat perusahaan media dan seluruh jaringan yang dibangun oleh Jakob. "Melalui informasi, mudah-mudahan beliau mendapat surga-Nya," ucap Mahfud.
Menkominfo Johnny G. Plate juga menyampaikan ucapan belasungkawa "Requiescat in Pace keluarga besar Kominfo RI menyampaikan turut berdukacita atas berpulangnya alm Bapak Yakob Oetama. Teriring doa semoga arwah almarhum berdiam di Rumah TUHAN surga yang kekal," katanya.
Johnny juga mengucapkan terima kasih atas jasa dan pengabdian kepada bangsa dan negara. Dia mengatakan, pers Indonesia telah kehilangan sosok seorang guru yang mewarnai dinamika pers, demokrasi dan humanitas di negeri ini. "Terutama di era perubahan dalam arus besar reformasi dan restorasi Indonesia," ucap Plate melalui pesan singkat.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo turut berbelasungkawa atas wafatnya Jakob Oetama. "Bangsa Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya," terang Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo. Namun, kepergiannya tak akan sia-sia. Sebab semasa hidupnya, peraih Bintang Mahaputera dari Pemerintah Indonesia pada 1973 itu telah mencurahkan diri dan pemikirannya untuk memajukan dunia jurnalistik.
Lebih dari itu, kata dia, Jakob juga seorang budayawan sekaligus pelestari kebhinekaan. Hal itu menjadi penegas bahwa kecintaannya terhadap Indonesia tak perlu diragukan. Bamsoet mengatakan banyak mendapat inspirasi dari sepak terjang Jakob. "Bagi para jurnalis muda, sosok Jakob Oetama tak sekadar guru, melainkan juga menjadi ayah ideologis," tuturnya.
Jakob tidak hanya mengajar, tapi juga menjadi wujud nyata dari perpaduan idealisme dan integritas. Cara Jakob membesarkan Kompas bersama sahabatnya, PK Ojong merupakan cerminan semangat gotong royong. Terlalu banyak cerita baik tentang Jakob. Dia tidak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan. Hingga menempatkan wartawan Kompas sebagai wartawan yang paling sejahtera.
Walaupun sosok Jakob sudah tidak ada lagi, namun semangatnya akan tetap menemani. Ketekunannya membangun Kompas hingga sebesar menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk pantang menyerah menghadapi berbagai cobaan dalam hidup. "Sosok Jakob Oetama juga termasuk pejuang demokrasi, simbol perlawanan terhadap otoritarianism," terangnya.
Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan, Jakob adalah tokoh pers yang sangat menginspirasi, memegang teguh integritas pers, dan memiliki keterkaitan sejarah dengan Presiden Sukarno. "Duka mendalam buat saya, buat kita semua, atas berpulangnya Pak Jakob Oetama, tokoh yang sangat berintegritas dan menginspirasi bagi pers nasional," tuturnya.
Menurut Puan, sosok Jakob sangat melekat dengan Harian Kompas, dan sejarah Harian Kompas sangat melekat dengan Bung Karno sebagai sosok yang memberikan nama Kompas pada 1965.
Dia mengungkapkan bahwa Jakob adalah figur teladan dan mampu menginspirasi semua insan pers Indonesia. Konsistensi Jakob dalam memegang jurnalisme yang benar dan berimbang, menjadi bukti bahwa pers berperan penting sebagai pilar demokrasi dan media pendidikan bagi masyarakat. "Pak Jakob konsisten dengan nilai jurnalisme yang dipegangnya, jurnalisme yang berdiri di atas semua golongan, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia," tutur Puan.(wan/lyn/byu/syn/tau/lum/jpg)