PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Beberapa kecelakaan sepeda terjadi beruntun di Pekanbaru. Bahkan nyawa pun melayang. Gowes atau bersepeda pun tak lagi ada jaminan aman. Padahal, salah satu keunggulan sepeda yang selalu didengungkan adalah aman, menjaga lingkungan dari polusi, sehat, dan gembira. Apakah memang gowes tak aman lagi di kota ini? Apa yang seharusnya dilakukan pesepeda dan pemakai jalan lainnya? Apa upaya pemerintah melindungi semua pemakai jalan?
PAGI itu (27/6) udara terasa dingin. Agak berbeda dari biasanya. Sebab hujan baru saja mengguyur Kota Pekanbaru menjelang subuh. Meski begitu, tidak menyurutkan semangat warga untuk berolahraga pagi itu. Baik yang joging dengan berlari-lari kecil atau hanya sekadar jalan santai, maupun yang bersepeda. Pemandangan ini terlihat di ruas Jalan HR Soebrantas. Ada beberapa orang yang melakukan aktivitas joging ataupun jalan kaki.
Sementara para pencinta gowes mendayung tunggangannya dengan kecepatan sedang dari arah Pasar Pagi Arengka. Baik yang berombongan atau komunitas pencinta sepeda, maupun kelompok kecil. Di sisi lain, sepinya lalu lintas pagi itu jadi alasan kuat pengendara mobil pribadi atau pengemudi travel memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi
Pemandangan tak jauh berbeda juga terlihat di Jalan Arifin Achmad maupun Jalan Sudirman. Hanya saja rombongan gowes lebih banyak dijumpai. Terlebih di Jalan Sudirman, tak hanya goweser dengan seragam khusus layaknya atlet balap sepeda, tapi juga rombongan keluarga ataupun perseorangan dengan pakaian sport biasa. Terlihat mereka menikmati pagi itu yang sudah mulai terang karena matahari sudah tak malu-malu lagi memancarkan sinarnya.
Salah satunya Ramadan (22). Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Pekanbaru itu sedang istirahat sejenak di kawasan Bandar Serai. Dia bermandikan keringat. Barangkali sudah berapa puluh kilometer yang sudah dilahapnya. Dia tidak mengenakan pakaian khusus sepeda, tapi pakaian sport biasa berwarna hitam.
Kepada Riau Pos yang menyapanya dengan hangat, dia mengaku menikmati pagi yang ceria itu dengan bersepeda dari Stadion Utama Riau melewati Jalan Soebrantas, Arifin Achmad, dan Sudirman.
“Saya baru tiga bulan ini intens bersepeda, namun hanya setiap Ahad pagi,” ujar Ramadan.
Pria berkumis tipis itu merasa gamang juga gowes di jalan raya seperti Jalan Soebrantas dan Sudirman. Pasalnya tidak ada jalur khusus untuk bersepeda. Lagian banyak juga pengendara sepeda motor dan mobil yang melaju kencang.
“Saya merasakan itu saat mulai gowes di jalan raya sekitar tiga bulan lalu. Saya pikir faktor penyebab kecelakaan yang menewaskan goweser beberapa waktu lalu memang karena minimnya jalur khusus bersepeda dan pengendara yang ugal-ugalan,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Women's Cycling Community (WCC) chapter Pekanbaru Cindy Enggano juga berpandangan serupa. Kasus lakalantas yang melibatkan goweser sebagai korban dipicu karena memang minimnya jalur khusus untuk bersepeda. Ia juga tidak memungkiri banyak juga goweser yang sampai mengganggu arus lalu lintas ataupun menimbulkan ketidaknyamanan pada pemakai jalan lain. Namun, terkait kasus yang terjadi Ahad (13/6), yang menewaskan pengendara sepeda motor dan goweser serta mencederai pejalan kaki, menurut Cindy goweser sudah benar berada di jalur khusus.
“Saya sangat menyayangkan sekali dengan apa yang terjadi. Kegiatan bersepeda yang seharusnya memberikan dampak positif justru menjadi musibah dan sedikit banyaknya memberikan ketakutan bagi para goweser lain,” ujar Cindy menjawab Riau Pos, Senin (28/6).
Dia berharap pemerintah daerah menyediakan jalur khusus sepeda atau setidaknya pada hari-hari tertentu. Semisal hari Ahad ada ruas jalan yang ditutup untuk kegiatan bersepeda.
“Dan juga ada patroli rutin di hari Ahad. Jika pihak-pihak yang ingin melakukan kejahatan, setidaknya mereka akan berpikir dua kali untuk melanjutkan aksi mereka tersebut,” ujarnya.
Cindy juga memberikan tips aman bagi para goweser. Yang pertama selalu mengutamakan keselamatan, dalam artian perlengkapan keselamatan bersepeda seperti helm mutlak digunakan. Lalu patuhi peraturan lalu lintas. Saat lampu lalu lintas merah, ikutlah berhenti. Lalu bersepedalah dengan baik di jalur sebelah kiri agar tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Jika memang bersepeda beramai-ramai, harus selalu ada 1 orang sweeper yang berada di posisi paling belakang.
“Ini untuk mengingatkan jika ada anggota mereka yang keluar jalur dan mulai mengambil ruas jalan lain,” ujarnya.