Jumat, 20 September 2024

Megawati Ketum Partai Terlama dan Jatah Menteri

Kongres V PDIP di Bali menjadi panggung penegasan Megawati Soekarnoputri untuk kembali memimpin partai banteng moncong putih.

Laporan JPG, Denpasar

Pengukuhan berjalan mulus melalui aklamasi peserta kongres dari 514 DPC dan 34 DPD se-Indonesia. Bertempat di Grand Inna Bali Beach Hotel, Sanur, Bali, Megawati membacakan sumpah janji jabatan secara tertutup tadi malam.

Dengan demikian, Megawati menjadi ketua umum (Ketum) partai terlama di Indonesia. Presiden ke-5 RI itu memimpin PDIP sejak partai tersebut masih bernama PDI tahun 1996. Setelah reformasi, dia terpilih lima kali berturut-turut. Yaitu, kongres I PDIP pada 1999, Kongres II 2005, Kongres III 2010, Kongres IV 2015, dan Kongres V 2019 ini.

- Advertisement -

Seusai dikukuhkan, Megawati langsung mengadakan konferensi pers. Dia menyampaikan, dalam struktur pengurus baru nanti, dipastikan tidak ada jabatan ketua harian ataupun wakil ketua umum. Sebelumnya memang beredar kabar tentang munculnya wacana jabatan baru di struktur DPP. ”Memang muncul pertanyaan. Apakah saya tidak jadi ketua umum lagi? Apakah saya akan menyerahkan kepada ketua harian atau wakil ketua umum? Sekarang sudah dijawab, semua itu tidak ada,” tegas Megawati. ”Saya tetap ketua umum yang diberi hak prerogatif dalam membentuk DPP partai,” tambahnya.

Kesempatan tersebut sekaligus dijadikan Megawati untuk membicarakan isu regenerasi partai. Megawati mengatakan, anak muda harus bekerja keras mendapatkan rekomendasi partai. Setelah itu, bekerja keras lagi untuk belajar kepemimpinan dan manajerial. Juga, harus rajin turun ke masyarakat. ”Saya harap media bisa memberi penjelasan kepada rakyat apakah seseorang itu benar-benar mampu dan memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin,” imbuhnya.

- Advertisement -

Mega juga menyebut isu kabinet menteri milenial. Dia mengungkapkan, anak muda harus teruji lebih dahulu. Minimal, ujar dia, dengan cara terpilih sebagai anggota DPR dan bekerja di parlemen. Dari sana seorang pemimpin akan belajar dinamika. Bagaimana sulitnya membuat undang-undang karena harus bekerja lintas parpol. ”Dia harus berkomunikasi dengan banyak pihak. Dari sinilah proses dia berpengalaman,” ujarnya.

Megawati menyatakan, dirinya bukan tidak mendukung anak muda masuk kabinet. Dia bukan merendahkan kualitas anak-anak muda. Hanya, membandingkan sosok tua dan muda sangat tidak relevan. Menurut Mega, anak muda yang dikenal pintar belum tentu berhasil di tingkat pemerintahan. Bagi dia, faktor penting yang mengasah calon pemimpin adalah pengalaman di bidang politik. “Bukan saya tidak promilenial. Tapi, ini masalah bangsa dan negara. Jadi, harus kompeten, punya pengalaman bidang politik,” tegasnya.

Baca Juga:  Menyisir Situs Sejarah Kerajaan Gunung Sahilan

Pidato Kebangsaan
Pukul 13.30 kemarin, menandai pembukaan kongres, Megawati juga menyampaikan pidato politik. Di hadapan ribuan kader dan petinggi partai lain, putri Bung Karno itu berpidato selama 1,5 jam. ”Dulu saya merasakan pahitnya mengurus partai ini. Sekarang kita sudah jadi pemenang dua kali berturut-turut,” katanya, lalu disambut pekik ”Merdeka” oleh para kader.

Megawati banyak menyoroti fenomena intoleransi akhir-akhir ini. Menurut dia, sikap intoleran dapat memecah belah bangsa. Bahkan bisa menimbulkan disintegrasi. ”Demokrasi tanpa toleransi akan timbulkan perpecahan,” ujarnya.

Dia prihatin dengan fenomena itu. Megawati mengaku banyak merenung dengan ancaman disintegrasi pada Pemilu 2019. Dia menyatakan, ancaman disintegrasi karena sikap tidak toleran adalah salah satu kekhawatiran Bung Karno. Dia mengutip pidato Bung Karno bahwa gejala-gejala intoleransi bisa mengancam keutuhan Indonesia. ”Kader-kader PDI Perjuangan yang saya cintai, resapi kata-kata Bung Karno. Toleransi dan demokrasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam berpolitik,” seru Megawati.

Di sisi lain, pidato politik tersebut juga menjadi momentum bagi Megawati untuk melontarkan banyak candaan. Salah satu momen itu terjadi saat Megawati secara khusus menyebut Prabowo Subianto. Prabowo memang hadir langsung dalam pembukaan kongres kemarin. ”Mas Bowo, saya ini sudah capek bertempur terus,” kata Megawati.

Mendengar ucapan Megawati itu, Prabowo langsung bangkit dari duduknya. Dia menangkupkan dua tangannya di dada, memberikan sikap hormat. Melihat itu, ruang kongres bergemuruh dengan tepuk tangan. ”Ada saatnya kita tempur. Nanti 2024 kita boleh tempur lagi. Boleh nggak?” seloroh Megawati yang kembali mendapat tepukan hadirin.

Prabowo yang duduk di deretan depan bersisian dengan KH Ma’ruf Amin juga tertawa mendengar seloroh Megawati itu. Megawati mengakui kala itu situasi politik memang agak merepotkan.

Baca Juga:  Rangkaian Uji Klinis Vaksin Baru Selesai Enam Bulan Lagi

Tim Prabowo dinilai sempat membuat kewalahan pihaknya di Jateng. Meski demikian, dia optimistis Jateng tetap menjadi kandang banteng. Dia meminta seluruh kader di wilayah itu untuk merapatkan barisan.

Momen keakraban Prabowo dengan Megawati juga terlihat saat berpamitan pulang. Prabowo yang sudah di dalam mobil tiba-tiba melihat Megawati bersama Prananda Prabowo dan Puan Maharani di lobi hotel. Ketua umum Partai Gerindra itu langsung turun dan berpamitan. ”Bu, saya duluan ya. Terima kasih sudah diundang,” ujar Prabowo.

Tak berselang lama, Puan Maharani langsung mengeluarkan telepon genggam dan melakukan swafoto. Setelah swafoto, Prabowo sempat membalas candaan Megawati di dalam pidato kongres. ”Saya sudah kena banyak pukul,” canda Prabowo yang dibalas dengan tertawa bersama.

Momentum kongres juga dijadikan oleh Megawati untuk berbicara soal kursi menteri buat PDIP. Kepada Presiden Joko Widodo, Megawati meminta diberi prioritas. Dia meminta partainya diberi jatah kursi menteri paling besar di antara parpol lain.

Awalnya, Megawati bercerita bagaimana dirinya menjaga PDIP untuk selalu konsisten dalam perjuangan. Selama sepuluh tahun pemerintahan SBY, tutur dia, PDIP selalu ditawari untuk bergabung ke pemerintah. Caranya lewat tawaran kursi menteri. Namun, Megawati selalu menolak. Nah, kondisi itu membuat beberapa kader protes. “Saya bilang, kalau kamu ingin jadi menteri, keluar dari PDIP,” ujarnya.

Saat itulah lirikan Megawati tertuju kepada Jokowi. Dia bilang, saat ini Jokowi mesti memberikan jatah kursi menteri kepada kader PDIP. “Kita pemenang dua kali. Betul tidak? Kalau nanti dikasih cuma empat (menteri, Red), nggak mau. Aku emoh,” kata Megawati, disambut tawa hadirin.

Mendapat pertanyaan itu, Jokowi langsung memberikan jawaban saat berpidato. Dia menjamin memberikan jatah kursi menteri terbanyak untuk PDIP. “Yang jelas, PDIP pasti yang paling banyak (kursi menteri, Red). Jaminannya saya,” tegasnya, langsung disambut tepuk tangan.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwir

Kongres V PDIP di Bali menjadi panggung penegasan Megawati Soekarnoputri untuk kembali memimpin partai banteng moncong putih.

Laporan JPG, Denpasar

Pengukuhan berjalan mulus melalui aklamasi peserta kongres dari 514 DPC dan 34 DPD se-Indonesia. Bertempat di Grand Inna Bali Beach Hotel, Sanur, Bali, Megawati membacakan sumpah janji jabatan secara tertutup tadi malam.

Dengan demikian, Megawati menjadi ketua umum (Ketum) partai terlama di Indonesia. Presiden ke-5 RI itu memimpin PDIP sejak partai tersebut masih bernama PDI tahun 1996. Setelah reformasi, dia terpilih lima kali berturut-turut. Yaitu, kongres I PDIP pada 1999, Kongres II 2005, Kongres III 2010, Kongres IV 2015, dan Kongres V 2019 ini.

Seusai dikukuhkan, Megawati langsung mengadakan konferensi pers. Dia menyampaikan, dalam struktur pengurus baru nanti, dipastikan tidak ada jabatan ketua harian ataupun wakil ketua umum. Sebelumnya memang beredar kabar tentang munculnya wacana jabatan baru di struktur DPP. ”Memang muncul pertanyaan. Apakah saya tidak jadi ketua umum lagi? Apakah saya akan menyerahkan kepada ketua harian atau wakil ketua umum? Sekarang sudah dijawab, semua itu tidak ada,” tegas Megawati. ”Saya tetap ketua umum yang diberi hak prerogatif dalam membentuk DPP partai,” tambahnya.

Kesempatan tersebut sekaligus dijadikan Megawati untuk membicarakan isu regenerasi partai. Megawati mengatakan, anak muda harus bekerja keras mendapatkan rekomendasi partai. Setelah itu, bekerja keras lagi untuk belajar kepemimpinan dan manajerial. Juga, harus rajin turun ke masyarakat. ”Saya harap media bisa memberi penjelasan kepada rakyat apakah seseorang itu benar-benar mampu dan memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin,” imbuhnya.

Mega juga menyebut isu kabinet menteri milenial. Dia mengungkapkan, anak muda harus teruji lebih dahulu. Minimal, ujar dia, dengan cara terpilih sebagai anggota DPR dan bekerja di parlemen. Dari sana seorang pemimpin akan belajar dinamika. Bagaimana sulitnya membuat undang-undang karena harus bekerja lintas parpol. ”Dia harus berkomunikasi dengan banyak pihak. Dari sinilah proses dia berpengalaman,” ujarnya.

Megawati menyatakan, dirinya bukan tidak mendukung anak muda masuk kabinet. Dia bukan merendahkan kualitas anak-anak muda. Hanya, membandingkan sosok tua dan muda sangat tidak relevan. Menurut Mega, anak muda yang dikenal pintar belum tentu berhasil di tingkat pemerintahan. Bagi dia, faktor penting yang mengasah calon pemimpin adalah pengalaman di bidang politik. “Bukan saya tidak promilenial. Tapi, ini masalah bangsa dan negara. Jadi, harus kompeten, punya pengalaman bidang politik,” tegasnya.

Baca Juga:  Rangkaian Uji Klinis Vaksin Baru Selesai Enam Bulan Lagi

Pidato Kebangsaan
Pukul 13.30 kemarin, menandai pembukaan kongres, Megawati juga menyampaikan pidato politik. Di hadapan ribuan kader dan petinggi partai lain, putri Bung Karno itu berpidato selama 1,5 jam. ”Dulu saya merasakan pahitnya mengurus partai ini. Sekarang kita sudah jadi pemenang dua kali berturut-turut,” katanya, lalu disambut pekik ”Merdeka” oleh para kader.

Megawati banyak menyoroti fenomena intoleransi akhir-akhir ini. Menurut dia, sikap intoleran dapat memecah belah bangsa. Bahkan bisa menimbulkan disintegrasi. ”Demokrasi tanpa toleransi akan timbulkan perpecahan,” ujarnya.

Dia prihatin dengan fenomena itu. Megawati mengaku banyak merenung dengan ancaman disintegrasi pada Pemilu 2019. Dia menyatakan, ancaman disintegrasi karena sikap tidak toleran adalah salah satu kekhawatiran Bung Karno. Dia mengutip pidato Bung Karno bahwa gejala-gejala intoleransi bisa mengancam keutuhan Indonesia. ”Kader-kader PDI Perjuangan yang saya cintai, resapi kata-kata Bung Karno. Toleransi dan demokrasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam berpolitik,” seru Megawati.

Di sisi lain, pidato politik tersebut juga menjadi momentum bagi Megawati untuk melontarkan banyak candaan. Salah satu momen itu terjadi saat Megawati secara khusus menyebut Prabowo Subianto. Prabowo memang hadir langsung dalam pembukaan kongres kemarin. ”Mas Bowo, saya ini sudah capek bertempur terus,” kata Megawati.

Mendengar ucapan Megawati itu, Prabowo langsung bangkit dari duduknya. Dia menangkupkan dua tangannya di dada, memberikan sikap hormat. Melihat itu, ruang kongres bergemuruh dengan tepuk tangan. ”Ada saatnya kita tempur. Nanti 2024 kita boleh tempur lagi. Boleh nggak?” seloroh Megawati yang kembali mendapat tepukan hadirin.

Prabowo yang duduk di deretan depan bersisian dengan KH Ma’ruf Amin juga tertawa mendengar seloroh Megawati itu. Megawati mengakui kala itu situasi politik memang agak merepotkan.

Baca Juga:  Pemko Dumai Ajak Semua ASN dan Honorer Berkurban

Tim Prabowo dinilai sempat membuat kewalahan pihaknya di Jateng. Meski demikian, dia optimistis Jateng tetap menjadi kandang banteng. Dia meminta seluruh kader di wilayah itu untuk merapatkan barisan.

Momen keakraban Prabowo dengan Megawati juga terlihat saat berpamitan pulang. Prabowo yang sudah di dalam mobil tiba-tiba melihat Megawati bersama Prananda Prabowo dan Puan Maharani di lobi hotel. Ketua umum Partai Gerindra itu langsung turun dan berpamitan. ”Bu, saya duluan ya. Terima kasih sudah diundang,” ujar Prabowo.

Tak berselang lama, Puan Maharani langsung mengeluarkan telepon genggam dan melakukan swafoto. Setelah swafoto, Prabowo sempat membalas candaan Megawati di dalam pidato kongres. ”Saya sudah kena banyak pukul,” canda Prabowo yang dibalas dengan tertawa bersama.

Momentum kongres juga dijadikan oleh Megawati untuk berbicara soal kursi menteri buat PDIP. Kepada Presiden Joko Widodo, Megawati meminta diberi prioritas. Dia meminta partainya diberi jatah kursi menteri paling besar di antara parpol lain.

Awalnya, Megawati bercerita bagaimana dirinya menjaga PDIP untuk selalu konsisten dalam perjuangan. Selama sepuluh tahun pemerintahan SBY, tutur dia, PDIP selalu ditawari untuk bergabung ke pemerintah. Caranya lewat tawaran kursi menteri. Namun, Megawati selalu menolak. Nah, kondisi itu membuat beberapa kader protes. “Saya bilang, kalau kamu ingin jadi menteri, keluar dari PDIP,” ujarnya.

Saat itulah lirikan Megawati tertuju kepada Jokowi. Dia bilang, saat ini Jokowi mesti memberikan jatah kursi menteri kepada kader PDIP. “Kita pemenang dua kali. Betul tidak? Kalau nanti dikasih cuma empat (menteri, Red), nggak mau. Aku emoh,” kata Megawati, disambut tawa hadirin.

Mendapat pertanyaan itu, Jokowi langsung memberikan jawaban saat berpidato. Dia menjamin memberikan jatah kursi menteri terbanyak untuk PDIP. “Yang jelas, PDIP pasti yang paling banyak (kursi menteri, Red). Jaminannya saya,” tegasnya, langsung disambut tepuk tangan.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwir

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari