Dunia pendidikan saat ini menemukan bahwa kecerdasan tidak hanya intelektual, tetapi ada juga kecerdasan emosional, olahraga, kesenian, dan yang tertinggi adalah kecerdasan spiritual. Pandangan tentang beragam kecerdasan ini penting diketahui agar orang tua dan guru bisa menggali kecerdasan anaknya.
Pandangan ini juga yang memberikan keluasan pada anak untuk tumbuh kembang. Orang tua tidak memaksakan anaknya untuk tumbuh kembang hanya pada kecerdasan intelektual semata. Ibarat pohon cabai tidak bisa disamakan dengan pohon kelapa. Pohon cabai rendah, tetapi memiliki buah yang kecil dan pedas. Sementara pohon kelapa menjulang tinggi dan memiliki air dan rasa buah kelapa muda yang manis.
Kedua pohon ini tidak bisa samakan, baik bentuk dan rasanya. Demikian juga anak-anak, mereka memiliki karakter yang berbeda-beda, tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Biarkan mereka tumbuh kembang sesuai dengan potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Jangan paksakan pohon cabai menjadi pohon kelapa, demikian juga anak-anak jangan paksakan potensi mereka menjadi penyanyi diubah menjadi ahi statistik. Biarkanlah anak itu tumbuh dengan potensinya, bila perlu potensi anak diperhatikan dan dipupuk sehingga memunculkan potensi mereka.
Demikian juga kecerdasan emosional, selama ini dianggap kurang penting, padahal banyak orang sukses mereka hanya bermodalkan kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan emosional, mereka tidak mudah putus asa, mereka selalau membangun tim untuk bekerja sama dan ragam kecerdasan lainnya.
Dengan memiliki kecerdasan emosional, anak memiliki sikap sabar, mau berbagi dengan kawan, suka membantu, dan merasakan penderitaan sesama kawan. Selain itu, anak tersebut bisa menjadi pemimpin karena dia bisa berkomunikasi dan merasakan apa yang kawannya rasakan.
Bagaimana memunculkan potensi anak tersebut? Salah satunya dengan berpuasa. Melalui puasa, anak-anak akan merasakan lapar dan dahaga. Anak-anak dilatih sabar, menahan lapar dan haus dari imsak sampai berbuka puasa. Melalui berpuasa anak-anak dilatih untuk merasakan lapar orang miskin sehingga mempetajam daya rasa dan rasa peduli pada sesama. Anak akan tumbuh menjadi orang memiliki rasa sesama.
Melalui berpuasa, anak-anak pun dilatih untuk disiplin, anak-anak berpuasa tidak ada yang mengawasi tetapi mereka tetap berpuasa. Jika selama ini dalam mengerjakan ujian harus diawasi, maka dalam berpuasa anak-anak dilatih untuk mengawasi diri sendiri tanpa ada orang lain yang mengawasi.
Anak-anak tidak makan minum, walau tidak ada orang tuanya atau orang lain yang mengawasinya. Ini penting bagi tumbuh kembang anak. Mereka dilatih untuk tetap jujur dan disiplin menjalankan tugas-tugasnya dalam kehidupan. Artinya puasa ini menumbuhkan sikap jujur dan disiplin dalam hidup. Ini salah fungsi puasa dalam menumbuhkan kecerdasan emosional anak.
Bahkan bukan hanya itu, berpuasa bagi anak akan memunculkan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang paling tinggi dibandingkan kecerdasan-kecerdasan lainnya. Kecerdasan yang memunculkan kesadaran akan keberadaan Allah SWT dalam setiap kehidupannya. Melalui kecerdasan spiritual, anak tidak mudah putus asa, tidak gambang menyerah sebab Allah SWT bersama dia, jika menghadapi masalah dia mengadukan pada Allah SWT sehingga menemukan solusinya.
Di masa milenial saat ini, media sosial sangat berperan besar dalam kehidupan, sehingga tak jarang anak-anak dibuli melalui medsos yang dimilikinya, dan tak jarang anak pun menjadi murung. Melalui kecerdasan spiritual ini anak akan selalu mengadukan apa yang dialaminya kepada Allah SWT sehingga dia tidak mudah putus asa atau kecewa jika menghadapi masalah.
Hasil survei anak-anak yang rajin Salat Tahajud mereka memiliki nilai di sekolahnya sangat baik jika dibandingkan anak-anak yang tidak Salat Tahajud. Ini membuktikan bahwa kecerdasan spiritual itu sangat penting dalam kehidupan anak-anak hingga kelak mereka dewasa.
Puasa melatih dan menumbuhkan kecerdasan spiritual anak-anak. Mereka merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi puasa mereka. Mereka mengakui keberadaan Allah SWT sehingga puasa mereka penuh dari waktu menjelang terbit fajar sampai matahari terbenam.
Melalui berpuasa spriritual anak-anak diasah sehingga lebih tajam lagi. Mereka tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi tidak berani berbuat jahat, berkata bohong dan sejumlah akhlak buruk lainnya. Hal ini sesuai dengan janji Allah SWT dalam Alquran bahwa berpuasa akan melahirkan orang-orang yang bertakwa.***