INI kisah tentang tiga anak muda yang memilih mengambil risiko dalam hidupnya untuk menjemput alat-alat kesehatan langsung ke Cina di masa pandemi corona (Covid-19) masih belum reda di seluruh dunia. Meski di Cina sudah mulai membaik, tetapi risiko tersebut tetap nyawa taruhannya.
Menyadari pentingnya peran tenaga kesehatan dalam menangani pandemi corona (Covid-19), Grup Raja Garuda Emas (RGE) dan Tanoto Foundation mengirimkan tiga relawannya menjemput bantuan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan di Indonesia.
Para relawan misi kemanusiaan itu antara lain Fembiarta Binar Putra (29), Yosea Kurnianto (30), dan Sari Rezki Antika (27). Mereka adalah generasi milenial yang memiliki keberanian dan tekad kuat untuk berkontribusi lebih jauh dalam penanganan Covid-19.
Mereka terbang selama enam jam, Senin (13/4/2020) dini hari dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Pudong International Airport di Shanghai dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Boeing 777-300 ER yang disewa Tanoto Foundation. Mereka membawa misi khusus untuk menjemput bantuan APD bagi tenaga kesehatan di Indonesia. Bantuan tersebut berupa 1 juta masker, 1 juta sarung tangan, 100 ribu baju pelindung dan 3 ribu kacamata pelindung.
Fembiarta Binar Putra, Senior Associate Corporate Communications APRIL Indonesia mengaku tertantang sekaligus bangga ketika menerima tawaran tersebut. Tak pernah terpikirkan sedikit pun dalam benaknya untuk menjalani misi ini.
“Hari Rabu (8/4) jam 5 sore, waktu itu saya dipanggil oleh Direktur Utama RAPP, Pak Sihol dan Pak Agung selaku Direktur Corporate Affairs, beliau menawarkan saya sebuah misi untuk terbang ke Shanghai menjemput barang donasi dari Tanoto Foundation,” ungkap Fembi ketika dihubungi Kamis (7/5) di Jakarta.
Tak butuh waktu lama, Fembi yang saat ini juga tengah menyelesaikan studi master Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia, pun langsung menangkap peluang tersebut.
“Saya bersedia Pak,” jawabnya tanpa berpikir panjang.
Dengan persiapan kurang dari empat hari, mantan Duta Bahasa Provinsi Riau ini segera berkemas.
Sementara itu, selain mematuhi imbauan #dirumahaja, Yosea Kurnianto mengaku kegelisahannya terjawab saat dirinya menerima telepon dari Global CEO Tanoto Foundation, Satrijo Tanudjojo.
“Saya ditelepon oleh Pak Satrijo, menawarkan saya menjadi relawan, saya jawab, 'Baik Pak, saya bersedia'. Apalagi saya memiliki risiko minimal, karena tinggal sendiri di Jakarta dengan kondisi kesehatan yang fit,” ujar Yosea yang bekerja sebagai Program Manager for Civil Service Leadership Development (CLSD) Tanoto Foundation.
Selama perjalanan mereka sempat melakukan tur di dalam pesawat. Lebih dari 300 kursi penumpang terlihat kosong dibalut plastik untuk membawa muatan ketika pulang nanti.
Sesampainya di Bandara Pudong, Shanghai, mereka diberi instruksi untuk mengenakan APD lengkap sesuai standar keselamatan. Selama kurang lebih tiga jam bantuan APD diangkut ke pesawat. Demi alasan keselamatan, seluruh penumpang dilarang keluar dari badan pesawat.
Hari Senin (13/4) sore, sekitar pukul 16.30 WIB para relawan akhirnya mendarat dengan selamat di Jakarta. Mereka langsung menuju posko Kementerian Kesehatan di terminal 3 untuk karantina kesehatan.
“Kami diperiksa dan di-rapid test Covid-19 melalui pengambilan darah. Syukurlah, hasil tes kami negatif. Namun, kami tetap harus karantina mandiri selama 14 hari ke depan,” ujar Fembi yang diamini kedua rekannya.
Bagi Fembi, Yosea, dan Sari, perjalanan tersebut mungkin hanya 2 kali 6 jam, ditambah sekitar 3,5 jam proses pemuatan barang di bandara Shanghai. Namun, mereka mendapatkan pelajaran yang sangat bermanfaat untuk seumur hidup.
“Terima kasih Tanoto Foundation dan grup RGE atas kesempatannya, saya bangga dan mengerti arti kepemimpinan humanis, berperan di sisi kemanusiaan, dan senantiasa berbagai di segala keadaan,” kata Sari mengakhiri.
Editor: Hary B Koriun