Jumat, 20 September 2024

Penuh Pujian, Penuh Peringatan

TANDING ovation menutup skrining perdana sekaligus world premiere Joker di Venice International Film Festival, dua bulan lalu. Bahkan, saat itu, credits belum bergulir. Penampilan Joaquin Phoenix sebagai villain ikonis dengan dandanan badut itu menuai pujian. Bahkan, para kritikus yang hadir langsung menjagokan Phoenix masuk nominasi Oscar (Academy Award) untuk kategori Aktor Terbaik.

 

"Tawa" Joker pun bergaung hingga pemutaran perdananya akhir pekan lalu. Di Amerika Utara, film besutan Todd Phillips itu memuncaki box office dengan 93,5 juta dolar AS (Rp1,324 triliun). Catatan itu sekaligus jadi rekor pendapatan penayangan perdana tertinggi di bulan Oktober. Di mancanegara, Joker pun tak tertandingi. Hingga Ahad (6/10), film tersebut meraup pendapatan hingga 234 juta dolar AS (Rp3,314 triliun).

Sambutan apik tersebut juga mengantar Joker masuk jajaran film adaptasi komik terbaik. Di IMDb.com, film tersebut mendapat rating 9,7. Catatan itu jauh lebih tinggi ketimbang pemegang rekor sebelumnya, Avengers: Endgame yang meraih 8,6. Namun, di Rotten Tomatoes, film keempat Avengers tersebut tetap yang terunggul di jajaran film adaptasi komik. Film rilisan Marvel Studios mengantongi rating 94 persen, sama seperti The Dark Knight. Sementara, Joker "hanya" dapat skor 89 persen.

- Advertisement -
Baca Juga:  Cegah Covid-19 dengan Toga

Kesuksesan Joker berhasil mendobrak beragam "tembok" peringatan yang ditebar ketika film rilis. Bahkan, sejak awal, pihak rumah produksi juga mewanti-wanti penonton. Joker dipasarkan sebagai film R-rated –yang berarti penonton di bawah 17 tahun harus didampingi orang dewasa– dengan tema kelam.

Ketika resmi ditayangkan, Joker pun tetap dikawal ketat. Sebab, film berdurasi 122 menit itu menayangkan banyak adegan kekerasan. Alhasil, di AS, pihak bioskop diwajibkan memperketat keamanan. Pihak Kepolisian New York bahkan menerjunkan petugas untuk mengawal penayangan.

- Advertisement -

"Sejauh ini, tidak ada ancaman spesifik atau berarti. Namun, selama penayangan berlangsung, kami akan melakukan pengawasan ketat," tegas salah satu juru bicara Kepolisian New York, sebagaimana dikutip The Hollywood Reporter.

Di samping itu, pengunjung bioskop juga dilarang menggunakan riasan wajah, topeng, maupun membawa senjata mainan. Setiap penonton bakal dicek kartu identitasnya. Mereka yang berusia di bawah 17 tahun juga harus didampingi orang dewasa ketika menonton.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Di AS, penayangan film adaptasi komik pernah diwarnai teror. Pada 20 Juli 2012, penayangan The Dark Knight Rises berakhir penuh duka. Sebanyak 12 orang meninggal dunia, sementara 70 orang lainnya mengalami luka-luka. Ketakutan tersebut masih tertinggal.

Di Aurora, lima keluarga menulis surat terbuka untuk Warner Bros. Isinya, tentang kekhawatiran mereka terhadap Joker, yang mungkin memantik aksi penembakan serupa. Pihak pemilik bioskop tempat terjadinya tragedi itu memutuskan tidak akan menayangkan Joker. Seakan dituding karyanya menebar teror, perwakilan Warner Bros memberikan pernyataan tegas.

Baca Juga:  Polres Rohil Siapkan 55 Ekor Sapi Kurban

"Karakter fiksi Joker, maupun film tentangnya, sama sekali tidak bertujuan untuk mendukung kekerasan dalam bentuk apa pun di dunia nyata," papar pihak rumah produksi dalam pernyataan tertulis.

Dalam konferensi pers, Phoenix dan sutradara Phillips juga menegaskan, mereka sama sekali tidak berniat mempromosikan kekerasan. Dalam karpet merah jelang premiere Hollywood pada Sabtu (28/10), pihak pelaksana meniadakan sesi doorstop untuk menghindari pertanyaan serupa.

Kelam dan sadisnya kisah Joker memang nyata adanya. Daily Mail memberitakan, banyak penonton yang memilih keluar dari bioskop lebih awal. Gara-garanya, tidak tahan dengan adegan kekerasan yang ditampilkan di film.

"Larang penayangan film ini! Mereka menggunakan pendekatan psikologi yang amat nyata! Aku mendukung Joker hingga kengerian ini muncul," cuit pemilik akun @only_taye.

Di Twitter, beberapa pengguna pun mengunggah komentar senada. "Aku enggak pernah keluar bioskop lebih awal. Hal itu nyaris terjadi saat menyaksikan Joker," tulis Katie Carter. (das/fam/variety/jpg)

TANDING ovation menutup skrining perdana sekaligus world premiere Joker di Venice International Film Festival, dua bulan lalu. Bahkan, saat itu, credits belum bergulir. Penampilan Joaquin Phoenix sebagai villain ikonis dengan dandanan badut itu menuai pujian. Bahkan, para kritikus yang hadir langsung menjagokan Phoenix masuk nominasi Oscar (Academy Award) untuk kategori Aktor Terbaik.

 

"Tawa" Joker pun bergaung hingga pemutaran perdananya akhir pekan lalu. Di Amerika Utara, film besutan Todd Phillips itu memuncaki box office dengan 93,5 juta dolar AS (Rp1,324 triliun). Catatan itu sekaligus jadi rekor pendapatan penayangan perdana tertinggi di bulan Oktober. Di mancanegara, Joker pun tak tertandingi. Hingga Ahad (6/10), film tersebut meraup pendapatan hingga 234 juta dolar AS (Rp3,314 triliun).

Sambutan apik tersebut juga mengantar Joker masuk jajaran film adaptasi komik terbaik. Di IMDb.com, film tersebut mendapat rating 9,7. Catatan itu jauh lebih tinggi ketimbang pemegang rekor sebelumnya, Avengers: Endgame yang meraih 8,6. Namun, di Rotten Tomatoes, film keempat Avengers tersebut tetap yang terunggul di jajaran film adaptasi komik. Film rilisan Marvel Studios mengantongi rating 94 persen, sama seperti The Dark Knight. Sementara, Joker "hanya" dapat skor 89 persen.

Baca Juga:  Kapal Transfer BBM Secara Ilegal Diamankan Bakamla

Kesuksesan Joker berhasil mendobrak beragam "tembok" peringatan yang ditebar ketika film rilis. Bahkan, sejak awal, pihak rumah produksi juga mewanti-wanti penonton. Joker dipasarkan sebagai film R-rated –yang berarti penonton di bawah 17 tahun harus didampingi orang dewasa– dengan tema kelam.

Ketika resmi ditayangkan, Joker pun tetap dikawal ketat. Sebab, film berdurasi 122 menit itu menayangkan banyak adegan kekerasan. Alhasil, di AS, pihak bioskop diwajibkan memperketat keamanan. Pihak Kepolisian New York bahkan menerjunkan petugas untuk mengawal penayangan.

"Sejauh ini, tidak ada ancaman spesifik atau berarti. Namun, selama penayangan berlangsung, kami akan melakukan pengawasan ketat," tegas salah satu juru bicara Kepolisian New York, sebagaimana dikutip The Hollywood Reporter.

Di samping itu, pengunjung bioskop juga dilarang menggunakan riasan wajah, topeng, maupun membawa senjata mainan. Setiap penonton bakal dicek kartu identitasnya. Mereka yang berusia di bawah 17 tahun juga harus didampingi orang dewasa ketika menonton.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Di AS, penayangan film adaptasi komik pernah diwarnai teror. Pada 20 Juli 2012, penayangan The Dark Knight Rises berakhir penuh duka. Sebanyak 12 orang meninggal dunia, sementara 70 orang lainnya mengalami luka-luka. Ketakutan tersebut masih tertinggal.

Di Aurora, lima keluarga menulis surat terbuka untuk Warner Bros. Isinya, tentang kekhawatiran mereka terhadap Joker, yang mungkin memantik aksi penembakan serupa. Pihak pemilik bioskop tempat terjadinya tragedi itu memutuskan tidak akan menayangkan Joker. Seakan dituding karyanya menebar teror, perwakilan Warner Bros memberikan pernyataan tegas.

Baca Juga:  Rencana Kembalikan Pendidikan Sepenuhnya Tatap Muka Tuai Kritik

"Karakter fiksi Joker, maupun film tentangnya, sama sekali tidak bertujuan untuk mendukung kekerasan dalam bentuk apa pun di dunia nyata," papar pihak rumah produksi dalam pernyataan tertulis.

Dalam konferensi pers, Phoenix dan sutradara Phillips juga menegaskan, mereka sama sekali tidak berniat mempromosikan kekerasan. Dalam karpet merah jelang premiere Hollywood pada Sabtu (28/10), pihak pelaksana meniadakan sesi doorstop untuk menghindari pertanyaan serupa.

Kelam dan sadisnya kisah Joker memang nyata adanya. Daily Mail memberitakan, banyak penonton yang memilih keluar dari bioskop lebih awal. Gara-garanya, tidak tahan dengan adegan kekerasan yang ditampilkan di film.

"Larang penayangan film ini! Mereka menggunakan pendekatan psikologi yang amat nyata! Aku mendukung Joker hingga kengerian ini muncul," cuit pemilik akun @only_taye.

Di Twitter, beberapa pengguna pun mengunggah komentar senada. "Aku enggak pernah keluar bioskop lebih awal. Hal itu nyaris terjadi saat menyaksikan Joker," tulis Katie Carter. (das/fam/variety/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari