JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, apabila pandemi Covid-19 telah usai, peserta didik akan sepenuhnya melakukan pembelajaran tatap muka. Jadi, tidak akan ada pembelajaran daring atau blended learning.
Mengenai itu, Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji tidak setuju atas hal tersebut. Sebab, saat ini seluruh dunia memasuki era digital, jika menerapkan itu maka pendidikan Indonesia mengalami kemunduran karena tidak mengadopsi belajar daring.
"Kalau masih cuma berdasarkan tatap muka aja berarti balik lagi ke era konvensional, terus buat apa kita punya Mendikbud yang ahli digital kalau dia malah nyuruhnya yang ke konvensional. Dia diminta jadi Mendikbud kan tujuannya supaya pembelajaran bisa jadi modern," terangnya kepada JawaPos.com, Jumat (6/11).
Menurut dia, blended learning harus diadopsi dalam sistem pendidikan Indonesia. Apalagi, Indonesia sebelum pandemi sangat sulit untuk masuk ke era digital, jadi ini waktu yang tepat untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal.
"Iya (blended learning), karena era digital dan cara belajarnya harus memanfaatkan teknologi digital. Dunia kerja aja mau jadi tukang pijat butuh gadget, mau jadi cleaning service butuh gadget. Jadi, memang tidak lain dan tidak bukan memang harus memanfaatkan teknologi," tambah dia.
Seperti diketahui, sebelumnya Nadiem memastikan bahwa proses belajar tatap muka seperti waktu normal akan kembali diberlakukan jika pandemi Covid-19 sudah selesai. Tidak akan ada campuran pembelajaran secara daring atau blended learning.
"Sudah pasti luring itu tidak bisa digantikan. Jika pandemi ini sudah berlalu, Insya Allah kita akan balik kepada sekolah tatap muka. Kita sadar bahwa sekolah tatap muka itu jauh lebih efektif dan lebih ideal daripada jarak jauh," ucap dia dalam webinar Indonesia Belajar Dari Rumah: Daring Hingga Luring pada Kamis (5/11).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi