(RIAUPOS.CO) — Novia Kolopaking adalah salah satu bintang sinetron dan penyanyi yang terkenal pada era ‘90-an. Perannya yang paling ikonik adalah sebagai Emak di sinetron Keluarga Cemara.
Setelah dipersunting tokoh Islam, Cak Nun, pada 1997, Novia menetap di Yogyakarta. Ia berhenti memerankan Emak di sinetron tersebut pada 2000.
Kini, Novia Kolopaking kembali hadir untuk berperan di film Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah. Ia pun reuni dengan rekan-rekannya di sinetron Keluarga Cemara, seperti Adi Kurdi, Ceria Hade, dan Anisa Fujianti.
Novia mengaku, sejak beberapa tahun terakhir, banyak rumah produksi yang menawarinya bermain film. Namun, ada alasan khusus yang membuatnya baru mau menerima pinangan berakting. sekarang.
"Ini janji saya sama (sutradara) Dedi Setiadi dan pemain sinetron Keluarga Cemara. Ini kan seperti reuni, ya. Karena, mereka dulu keluarga saya. Sebelum menikah dan punya anak dua, keseharian saya kan sama mereka," ungkap Novia ketika ditemui di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, kemarin.
Perempuan 47 tahun itu mengaku tidak menemukan kesulitan selama berakting di lokasi syuting. Namun, ada beberapa hambatan yang harus dilalui.
"(Sulitnya) mengatur irama sama keluarga saya aja. Karena kan saya syuting pagi, pulang malam. Kalau aktingnya sih enjoy aja," tuturnya.
Sebagai suami, Cak Nun sangat mendukung langkah Novia bermain di film tersebut. Yang lucu adalah, anak-anak Novia justru kaget melihat sang ibu dikenal sebagai artis yang piawai berakting.
"Saya kan enggak pernah pamer. Anak saya yang pertama aja baru tahu saya bisa nyanyi itu di usia 5 tahun. Pas main film ini, mereka makin kaget, 'Ibu bisa akting?' Soalnya mereka memang sebelumnya enggak tahu," kata Novia seraya tertawa.
Hingga saat ini, Novia belum mau menentukan, apakah akan menerima tawaran film lain setelah Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah. Sebab, ia saat ini juga masih sibuk menjalani kegiatan komunitas kerohanian di Jogjakarta.
"Dengan komunitas saya terus (jalan) dan tetap nyanyi. Saya juga kemarin mendampingi Cak Nun acara di 26 Negara lewat Kiai Kanjeng itu," ujarnya.(int/eca)