PEKANBARU (Riaupos.co) – Yasuhiko Funago dan Eiko Kimura tiba di gerbang Gedung Parlemen Jepang. Selain media, sejumlah orang tampak antusias menyambut mereka. Itu menjadi hari pertama dua politikus Partai Reiwa Shinsengumi tersebut ngantor ke gedung parlemen. Mereka tercatat sebagai anggota dewan penasihat di sana.
Tidak hanya di pintu masuk, Funago dan Kimura juga dielu-elukan di dalam ruangan. Sebab, untuk kali pertama, Jepang mempunyai wakil rakyat dari kaum difabel.
“Saya tidak tahu akan disambut banyak orang,” ujar Funago sebagaimana disampaikan perawatnya kepada Agence France-Presse.
Funago yang kini berusia 61 tahun dulu adalah pengusaha. Karirnya berubah setelah terserang amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sekitar dua dekade lalu. Penyakit itu membuat gerak-geriknya sangat terbatas. Jangankan bergerak, bicara saja harus dengan bantuan alat. Namun, keterbatasan itu tidak melumpuhkan ide dan pikiran kritisnya.
Sebagai difabel, Funago dan Kimura merasa pemerintah belum memperhatikan mereka. Karena itulah, mereka nyemplung ke parlemen. “Perjalanan untuk mengubah sistem masih panjang. Tapi, kami akan bekerja keras,” ujar Kimura.(jpg)
Editor: Edwir
PEKANBARU (Riaupos.co) – Yasuhiko Funago dan Eiko Kimura tiba di gerbang Gedung Parlemen Jepang. Selain media, sejumlah orang tampak antusias menyambut mereka. Itu menjadi hari pertama dua politikus Partai Reiwa Shinsengumi tersebut ngantor ke gedung parlemen. Mereka tercatat sebagai anggota dewan penasihat di sana.
Tidak hanya di pintu masuk, Funago dan Kimura juga dielu-elukan di dalam ruangan. Sebab, untuk kali pertama, Jepang mempunyai wakil rakyat dari kaum difabel.
- Advertisement -
“Saya tidak tahu akan disambut banyak orang,” ujar Funago sebagaimana disampaikan perawatnya kepada Agence France-Presse.
Funago yang kini berusia 61 tahun dulu adalah pengusaha. Karirnya berubah setelah terserang amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sekitar dua dekade lalu. Penyakit itu membuat gerak-geriknya sangat terbatas. Jangankan bergerak, bicara saja harus dengan bantuan alat. Namun, keterbatasan itu tidak melumpuhkan ide dan pikiran kritisnya.
- Advertisement -
Sebagai difabel, Funago dan Kimura merasa pemerintah belum memperhatikan mereka. Karena itulah, mereka nyemplung ke parlemen. “Perjalanan untuk mengubah sistem masih panjang. Tapi, kami akan bekerja keras,” ujar Kimura.(jpg)
Editor: Edwir