Minggu, 10 November 2024

Kabut Asap Kandung Gas dan Partikel Kimia, Ini Sederet Bahayanya bagi Kesehatan

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  — Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan telah menyebabkan berbagai permasalahan serius. Salah satunya yaitu mengganggu kesehatan masyarakat di wilayah yang terdampak. Apalagi dikabarkan kabut asap ini telah memakan korban jiwa di kalangan balita, anak-anak, hingga lanjut usia (lansia).

Kepala Bidang Evaluasi dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Ira Cyndira mengungkapkan, asap yang ditimbulkan karhutla berdampak langsung pada kesehatan, khususnya gangguan saluran pernapasan. Lantaran asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).

- Advertisement -

“Material tersebut memicu dampak buruk yang nyata pada manula, bayi dan pengidap penyakit  demikian pula pada orang sehat,” jelas Ira dalam konferensi pers penanganan bencana yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho Lantai 15 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Dipaparkan Ira, masalah kesehatan yang ditimbulkan asap ini meliputi infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan juga asma. Polusi udara yang parah, ditambah melemahnya sistem kekebalan tubuh bisa mengakibatkan gangguan pernafasan  dan mempermudah terjadinya ISPA.

Baca Juga:  Sang Buah Hati Masuk Inkubator

Dalam kondisi dikepung kabut asap seperti yang terjadi saat ini, kemampuan paru-paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. Sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi terutama pada anak-anak dan kaum lanjut usia (lansia). Sementara buruknya kualitas udara disebut juga bisa menyebabkan asma.

“Kabut asap yang saat ini merajalela membawa partikel berukuran kecil yang masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan layaknya asap rokok. Penduduk yang mengidap asma, terutama anak-anak adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap ancaman kabut asap,” urai Ira.

- Advertisement -

Selain itu, tambah Ira, kabut asap juga bisa berakibat fatal pada penderita penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK). Karena mengurangi atau memperburuk kinerja paru-paru. Semakin lama pasien terpapar kabut asap, semakin besar juga risiko kematiannya. Di satu sisi, partikel mini yang dibawa kabut asap juga dapat masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernafasan dan bisa menyebabkan penyakit jantung.

“Sebuah studi oleh California Environmental Protection Agency tahun 2014 membuktikan, pasien yang terpapar kabut asap dalam waktu lama menggandakan risiko terkena serangan jantung atau strok,” ungkapnya.
Pun demikian, kabut asap ini bisa menyebabkan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung serta menyebabkan sakit kepala atau alergi. Asosiasi Paru-Paru Kanada mengingatkan, masker wajah tidak melindungi tubuh dari partikel ekstra kecil yang dibawa kabut asap.

Baca Juga:  Iran Kembali Izinkan Warganya Bekerja

Untuk itu, apabila sudah terlanjur terjadi, Kemenkes memberikan serangkaian upaya pencegahan dan perlindungan agar tidak terdampak bahaya kabut asap. Di antaranya yaitu menghindari atau mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung. Terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernapasan.

“Jika terpaksa pergi keluar rumah atau gedung, sebaiknya menggunakan masker,” sebut Ira. “Bagi yang telah mempunyai gangguan paru-paru dan jantung sebelumnya, berkonsultasilah kepada dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi,” tambahnya.

Upaya lainnya yaitu selalu melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) seperti makan makanan bergizi, tidak merokok, istirahat yang cukup, serta minum air putih lebih banyak dan lebih sering. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah, sekolah, kantor, dan ruang tertutup lainnya.

“Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik. Sayuran dan buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi. Begitu pula dengan bahan makanan dan minuman, perlu dimasak dengan baik,” tegas Ira.(ADV)

 

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  — Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan telah menyebabkan berbagai permasalahan serius. Salah satunya yaitu mengganggu kesehatan masyarakat di wilayah yang terdampak. Apalagi dikabarkan kabut asap ini telah memakan korban jiwa di kalangan balita, anak-anak, hingga lanjut usia (lansia).

Kepala Bidang Evaluasi dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Ira Cyndira mengungkapkan, asap yang ditimbulkan karhutla berdampak langsung pada kesehatan, khususnya gangguan saluran pernapasan. Lantaran asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).

- Advertisement -

“Material tersebut memicu dampak buruk yang nyata pada manula, bayi dan pengidap penyakit  demikian pula pada orang sehat,” jelas Ira dalam konferensi pers penanganan bencana yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho Lantai 15 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Dipaparkan Ira, masalah kesehatan yang ditimbulkan asap ini meliputi infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan juga asma. Polusi udara yang parah, ditambah melemahnya sistem kekebalan tubuh bisa mengakibatkan gangguan pernafasan  dan mempermudah terjadinya ISPA.

Baca Juga:  Sang Buah Hati Masuk Inkubator

Dalam kondisi dikepung kabut asap seperti yang terjadi saat ini, kemampuan paru-paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang. Sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi terutama pada anak-anak dan kaum lanjut usia (lansia). Sementara buruknya kualitas udara disebut juga bisa menyebabkan asma.

- Advertisement -

“Kabut asap yang saat ini merajalela membawa partikel berukuran kecil yang masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan layaknya asap rokok. Penduduk yang mengidap asma, terutama anak-anak adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap ancaman kabut asap,” urai Ira.

Selain itu, tambah Ira, kabut asap juga bisa berakibat fatal pada penderita penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK). Karena mengurangi atau memperburuk kinerja paru-paru. Semakin lama pasien terpapar kabut asap, semakin besar juga risiko kematiannya. Di satu sisi, partikel mini yang dibawa kabut asap juga dapat masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernafasan dan bisa menyebabkan penyakit jantung.

“Sebuah studi oleh California Environmental Protection Agency tahun 2014 membuktikan, pasien yang terpapar kabut asap dalam waktu lama menggandakan risiko terkena serangan jantung atau strok,” ungkapnya.
Pun demikian, kabut asap ini bisa menyebabkan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung serta menyebabkan sakit kepala atau alergi. Asosiasi Paru-Paru Kanada mengingatkan, masker wajah tidak melindungi tubuh dari partikel ekstra kecil yang dibawa kabut asap.

Baca Juga:  Pilih Aman, Bukan Kecepatan

Untuk itu, apabila sudah terlanjur terjadi, Kemenkes memberikan serangkaian upaya pencegahan dan perlindungan agar tidak terdampak bahaya kabut asap. Di antaranya yaitu menghindari atau mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung. Terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernapasan.

“Jika terpaksa pergi keluar rumah atau gedung, sebaiknya menggunakan masker,” sebut Ira. “Bagi yang telah mempunyai gangguan paru-paru dan jantung sebelumnya, berkonsultasilah kepada dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi,” tambahnya.

Upaya lainnya yaitu selalu melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) seperti makan makanan bergizi, tidak merokok, istirahat yang cukup, serta minum air putih lebih banyak dan lebih sering. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah, sekolah, kantor, dan ruang tertutup lainnya.

“Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik. Sayuran dan buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi. Begitu pula dengan bahan makanan dan minuman, perlu dimasak dengan baik,” tegas Ira.(ADV)

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari