Potensi Gelombang Panas di Indonesia Kecil

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Heat wave atau gelombang panas tengah menerjang sejumlah negara. Kendati Indonesia mengalami suhu udara panas belakangan ini, namun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas. Hal itu dikarenakan pusat tekanan tinggi sulit terbentuk akibat wilayah kepulauan dan perbedaan tekanan udara yang tidak signifikan antarwilayah.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdani menerangkan, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi di belahan bumi bagian Utara atau Selatan. Sekaligus pada wilayah geografis yang berdekatan dengan massa daratan dengan luas yang besar. ”Sementara Indonesia terletak di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan,” paparnya, Kamis (2/5).

- Advertisement -

Kondisi itu yang membuat potensi terjadi gelombang panas di Indonesia kecil . Sekaligus, perbedaan tekanan udara antardaerah tidak terlalu signifikan. Sehingga, pemicu dari gelombang panas berupa pusat tekanan tinggi di atmosfer sulit terbentuk. ”Pusat tekanan tinggi yang luasnya lebih dari 3 kilometer itu yang membuat udara panas terdiam lama, dari harian hingga mingguan. Itulah gelombang panas,” jelasnya.

Secara historical juga dipastikan bahwa Indonesia belum pernah mengalami gelombang panas. Lagi pula, gelombang panas itu dikategorikan dengan kenaikan suhu udara setidaknya selama lima hari berturut-turut dan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas. ”Karena itu Indonesia tidak mengalami gelombang panas,” terangnya.

- Advertisement -

Namun begitu, memang suhu udara di Indonesia belakangan terasa begitu panas. Hal itu dikarenakan Indonesia dalam masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau justru memasuki awal musim kemarau. Saat musim kemarau pertumbuhan awan minim, yang membuat intensitas paparan matahari meningkat. Yang kemudian dirasakan suhu udara terasa lebih panas dari biasanya.”Namun, masih ada hujan pada sore hingga malam hari dengan durasi yang singkat,” urainya.

Apakah kerusakan lingkungan meningkatkan potensi terjadinya gelombang panas? Dia menjawab bahwa kerusakan lingkungan seperti hutan yang gundul tentu mempengaruhi lingkungan. Namun, tentunya pengaruh terhadap cuaca ekstrem itu secara perlahan dirasakan, tidak secara langsung terasa. ”Ya, kalau pengaruhnya terhadap potensi terjadinya gelombang panas, ya who knows,” ujarnya.

Yang pasti, semua pihak butuh untuk menjaga lingkungan, melakukan penghijauan. Hal itu untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya cuaca ekstrem. ”Pencegahan itu yang diperlukan,” paparnya kepada Jawa Pos (JPG), kemarin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memint masyarakat untuk menggunakan payung saat keluar rumah. Hal ini karena cuaca panas yang terjadi belakangan. “Misal olahraga, ya dilakuin pagi-pagi,” ucapnya kemarin.

Pada kesempatan lain Budi menyatakan bahwa kementerian yang dipimpinnya turut terlibatbdalam penanganan perubahan iklim. Terutama dalam penanganan dampaknya. “Kami di Kemenkes harus siap,” tuturnya.

Salah satu yang akan dilakukan Kemkes adalah antisipasi penyakit yang datang dari hewan. Beberapa penyakit diketahui berasal dari hewan. Menurut Budi, Kemenkes akan memetakan patogen apa yang ada lalu menyusun bagaimana tata laksana perawatan.

Masalah lainnya adalah menipisnya lapisan ozin. Sehingga radiasi matahari bisa terjadi. Risikonya adalah bertambahnya kanker kulit. Hal-hal seperti inilah yang akan diantisipasi Kemenkes. “Kami melakukan penelitian, kami persiapkan layanan infrastruktur kesehatan. Ketika tahu kanker kulit akan naik maka layanan kanker lebih baik, deteksi lebih baik. Itu yang bisa kami lakukan sekarang,” bebernya.

Masalah lain dari cuaca panas adalah dehidrasi. Kemarin Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD menyebut saat kondisi dehidrasi seseorang akan mengalami kekurangan cairan, merasa haus, serta kulitnya menjadi kering, dan sensitif sehingga dapat menimbulkan iritasi dan reaksi alergi. Masalah ini bisa saja serius.

“Efek kesehatan akibat tekanan panas pada seseorang dapat berupa gangguan fungsi organ tertentu dan mengakibatkan berbagai jenis heat-related illness atau gangguan terkait panas. Jenis heat-related illness yang paling berbahaya adalah heat stroke atau sengatan panas,” ungkapnya.

Bagaimana kondisi heat stroke ini? Ari merincikan heat stroke merupakan sebuah kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran. “Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut. Saya mengingingatkan pentingnya menjaga konsumsi air putih yang cukup,” tutur Ari.

Secara umum, jumlah konsumsi air sebanyak delapan sampai sepuluh gelas perhari. Tetapi dengan kondisi dehidrasi yang saat ini banyak terjadi, Ari menganjurkan masyarakat konsumsi air hingga 3 liter. Namun ini tergantung dari aktivitas masing-masing. “Apabila aktivitas kita sering berada di luar ruangan dan terpapar panas, apalagi sampai berkeringat, jumlah cairan di dalam tubuh juga harus ditingkatkan,” katanya.

Langkah lainnya, dia minta masyarakat berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan. “Saya menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang. Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi,” ujarnya. Panas yang menyengat dapat menyebabkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.(idr/lyn/das)

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Heat wave atau gelombang panas tengah menerjang sejumlah negara. Kendati Indonesia mengalami suhu udara panas belakangan ini, namun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas. Hal itu dikarenakan pusat tekanan tinggi sulit terbentuk akibat wilayah kepulauan dan perbedaan tekanan udara yang tidak signifikan antarwilayah.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdani menerangkan, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi di belahan bumi bagian Utara atau Selatan. Sekaligus pada wilayah geografis yang berdekatan dengan massa daratan dengan luas yang besar. ”Sementara Indonesia terletak di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan,” paparnya, Kamis (2/5).

Kondisi itu yang membuat potensi terjadi gelombang panas di Indonesia kecil . Sekaligus, perbedaan tekanan udara antardaerah tidak terlalu signifikan. Sehingga, pemicu dari gelombang panas berupa pusat tekanan tinggi di atmosfer sulit terbentuk. ”Pusat tekanan tinggi yang luasnya lebih dari 3 kilometer itu yang membuat udara panas terdiam lama, dari harian hingga mingguan. Itulah gelombang panas,” jelasnya.

Secara historical juga dipastikan bahwa Indonesia belum pernah mengalami gelombang panas. Lagi pula, gelombang panas itu dikategorikan dengan kenaikan suhu udara setidaknya selama lima hari berturut-turut dan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas. ”Karena itu Indonesia tidak mengalami gelombang panas,” terangnya.

Namun begitu, memang suhu udara di Indonesia belakangan terasa begitu panas. Hal itu dikarenakan Indonesia dalam masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau justru memasuki awal musim kemarau. Saat musim kemarau pertumbuhan awan minim, yang membuat intensitas paparan matahari meningkat. Yang kemudian dirasakan suhu udara terasa lebih panas dari biasanya.”Namun, masih ada hujan pada sore hingga malam hari dengan durasi yang singkat,” urainya.

Apakah kerusakan lingkungan meningkatkan potensi terjadinya gelombang panas? Dia menjawab bahwa kerusakan lingkungan seperti hutan yang gundul tentu mempengaruhi lingkungan. Namun, tentunya pengaruh terhadap cuaca ekstrem itu secara perlahan dirasakan, tidak secara langsung terasa. ”Ya, kalau pengaruhnya terhadap potensi terjadinya gelombang panas, ya who knows,” ujarnya.

Yang pasti, semua pihak butuh untuk menjaga lingkungan, melakukan penghijauan. Hal itu untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya cuaca ekstrem. ”Pencegahan itu yang diperlukan,” paparnya kepada Jawa Pos (JPG), kemarin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memint masyarakat untuk menggunakan payung saat keluar rumah. Hal ini karena cuaca panas yang terjadi belakangan. “Misal olahraga, ya dilakuin pagi-pagi,” ucapnya kemarin.

Pada kesempatan lain Budi menyatakan bahwa kementerian yang dipimpinnya turut terlibatbdalam penanganan perubahan iklim. Terutama dalam penanganan dampaknya. “Kami di Kemenkes harus siap,” tuturnya.

Salah satu yang akan dilakukan Kemkes adalah antisipasi penyakit yang datang dari hewan. Beberapa penyakit diketahui berasal dari hewan. Menurut Budi, Kemenkes akan memetakan patogen apa yang ada lalu menyusun bagaimana tata laksana perawatan.

Masalah lainnya adalah menipisnya lapisan ozin. Sehingga radiasi matahari bisa terjadi. Risikonya adalah bertambahnya kanker kulit. Hal-hal seperti inilah yang akan diantisipasi Kemenkes. “Kami melakukan penelitian, kami persiapkan layanan infrastruktur kesehatan. Ketika tahu kanker kulit akan naik maka layanan kanker lebih baik, deteksi lebih baik. Itu yang bisa kami lakukan sekarang,” bebernya.

Masalah lain dari cuaca panas adalah dehidrasi. Kemarin Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD menyebut saat kondisi dehidrasi seseorang akan mengalami kekurangan cairan, merasa haus, serta kulitnya menjadi kering, dan sensitif sehingga dapat menimbulkan iritasi dan reaksi alergi. Masalah ini bisa saja serius.

“Efek kesehatan akibat tekanan panas pada seseorang dapat berupa gangguan fungsi organ tertentu dan mengakibatkan berbagai jenis heat-related illness atau gangguan terkait panas. Jenis heat-related illness yang paling berbahaya adalah heat stroke atau sengatan panas,” ungkapnya.

Bagaimana kondisi heat stroke ini? Ari merincikan heat stroke merupakan sebuah kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran. “Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut. Saya mengingingatkan pentingnya menjaga konsumsi air putih yang cukup,” tutur Ari.

Secara umum, jumlah konsumsi air sebanyak delapan sampai sepuluh gelas perhari. Tetapi dengan kondisi dehidrasi yang saat ini banyak terjadi, Ari menganjurkan masyarakat konsumsi air hingga 3 liter. Namun ini tergantung dari aktivitas masing-masing. “Apabila aktivitas kita sering berada di luar ruangan dan terpapar panas, apalagi sampai berkeringat, jumlah cairan di dalam tubuh juga harus ditingkatkan,” katanya.

Langkah lainnya, dia minta masyarakat berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan. “Saya menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang. Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi,” ujarnya. Panas yang menyengat dapat menyebabkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.(idr/lyn/das)

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya