SINGAPURA (RIAUPOS.CO) – Singapura tengah berada di tahap kritis selama dua pekan terakhir dalam pertempuran melawan virus Korona. Hal ini terlihat dari jumlah kasus positif sudah lebih dari 1.000 orang.
Pakar penyakit di Singapura memprediksi, jika hari-hari berikutnya lonjakan pasien baru mencapai 100 kasus per hari, kondisi Singapura bisa mengkhawatirkan. Maka dari itu, status kewaspadaan tinggi di Singapura harus dipertahankan.
Strait Times melaporkan, jumlah kasus penularan lokal yang terjadi di sana hampir setengah dari jumlah pasien positif. Ada dua kelompok pasien yang menjadi perhatian khusus, yakni pekerja asing yang tinggal di asrama, dan para tenaga medis yang terjangkit.
Sebanyak 49 kasus baru dilaporkan pada Kamis (2/4) kemarin. Ada kemungkinan wabah menjadi tidak terkendali jika kasus-kasus baru melonjak 100 dalam sehari pada pekan depan.
“Jika Singapura dapat melewati dua minggu ini tanpa lonjakan besar dalam kasus-kasus baru, seperti di atas 100 sehari selama beberapa hari, Singapura akan relatif baik-baik saja,” kata Ketua program Program Penyakit Menular di National University of Singapore Saw, Swee Hock School of Public Health, Associate Professor Hsu Li Yang seperti dilansir dari AsiaOne, Jumat (3/4).
“Jika jumlah kasus baru di bawah 100 seperti sekarang, itu tidak berarti situasinya tidak serius. Itu hanya berarti bahwa sistem perawatan kesehatan kita dapat mengatasi dan tidak akan kewalahan oleh kasus-kasus baru,” katanya.
“Ini berarti rumah sakit memiliki cukup ventilator dan tempat tidur unit perawatan intensif,” lanjut Hsu Li Yang.
Meskipun tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti berapa banyak pasien yang akhirnya membutuhkan perawatan intensif, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 5 persen pasien akan sakit kritis. Sekitar 15 persen akan sakit sedang, dan 80 persen sisanya akan sakit ringan, di mana minoritas akan tidak menunjukkan gejala.
Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lawrence Wong mengatakan pada hari Rabu (1/4) bahwa Singapura berada pada waktu yang sangat kritis pada kurva infeksi. Jumlah kasus di Singapura mulai meningkat minggu lalu ketika penduduknya kembali dari luar negeri.
“Kami khawatir begitu liburan sekolah dimulai, berkaca dari Amerika Serikat dan Italia, kasus positif bisa meningkat secara signifikan” katanya.
Singapura juga dibebankan para penduduknya yang berada di sejumlah panti jompo dan memiliki banyak komplikasi kesehatan. Penduduk lansia di negara ini banyak ditempatkan di panti jompo. Dengan demikian, mereka berisiko lebih tinggi terserang Coronavirus.
Ancaman juga bisa muncul di cluster di asrama pekerja asing. Virus bisa tumbuh karena asrama adalah rumah bagi ribuan pekerja. Pekerja mungkin ditempatkan di ruang sempit. “Tetapi jika kontak dekat pasien dikarantina lebih awal, wabah dapat dihentikan sejak awal,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman