Kamis, 19 September 2024

Semua Penerbangan ke Cina Dihentikan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pemerintah akhirnya mengambil langkah tegas menghadapi wabah 2019-nCoV di Cina. Kebijakan bebas visa kunjungan dan visa on arrivals untuk warga negara Cina yang tinggal di mainland Cina dihentikan sementara. Penerbangan dari dan menuju Cina pun ditunda.

Hal itu diputuskan usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Ahad (2/2). Setidaknya ada enam poin yang disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dari hasil rapat yang digelar. Di antaranya, soal keputusan pemerintah untuk menunda sementara penerbangan langsung dari dan menuju daratan Cina.

Retno mengatakan, penghentian sementara ini bakal dilaksanakan mulai Rabu (5/2) pukul 00.00 WIB.
Kebijakan ini pun kemudian diikuti dengan pelarangan masuk bagi turis dari Cina ke Indonesia, walau hanya sekadar transit. Ini berlaku untuk semua pendatang yang tiba dari daratan Cina dan sudah berada di sana selama 14 hari. Bukan hanya itu, pemerintah juga langsung menghentikan kebijakan pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrivals untuk warga Cina yang bertempat tinggal di sana.

"Pemerintah juga meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke mainland RTC," tegasnya. Kebijakan ini bersifat sementara hingga situasi di Cina kembali kondusif.

- Advertisement -

Dalam kesempatan itu, Retno juga menyinggung mengenai proses evakuasi WNI yang sudah dilakukan. Retno menyampaikan, bahwa 243 orang WNI, termasuk 5 tim aju yang dipulangkan dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina sudah tiba dengan selamat di Natuna, Kepulauan Riau. Di sana, mereka akan melalui masa observasi selama 14 hari.

Masa observasi ini, kata dia, juga akan dilakukan oleh 42 tim penjemput WNI dari Wuhan. Sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285 orang.

- Advertisement -

"Sampai saat ini alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat," tuturnya.

Lalu, dalam masa observasi ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim akan membuka kantor di Natuna. Perkembangan dari sisi kesehatan akan di-update dari waktu ke waktu oleh juru bicara yang ditunjuk oleh Menkses. Mengenai proses pemulangan sendiri, ada tiga WNI yang memang akhirnya tidak bisa berangkat. Ketiganya disebut tidak lolos screening dari WHO. Hal ini pun sontak menimbulkan spekulasi negatif pada ketiganya. Mereka diduga suspect 2019-nCoV sehingga tak diizinkan meninggalkan Hubei.

Salah satu anggota tim penjemput WNI di Wuhan Budi Sylvana mengamini. Benar adanya bahwa ada tiga WNI yang ditinggal. Dia tak tahu pasti jenis kelamin dan nama mereka.

"Yang jelas mereka tidak dibolehkan pihak imigrasi Cina karena sakit," tuturnya.

Namun Budi tak bisa memastikan apa sakitnya mereka. Dia meyakinkan, jika tiga WNI itu akan dirawat oleh pihak pemerintah Cina dan perwakilan Indonesia di negeri panda itu. Isu suspect ini pun langsung ditampik Dubes RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun. Meski tak memaparkan alasan penolakan keluar area Hubei, ia menegaskan bahwa ketiganya tidak terpapar virus yang masih belum ada vaksinnya tersebut.

Baca Juga:  Peserta Dayung Dilepas Sekda Siak

"Enggak benar itu," ujarnya singkat.

Plt Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menambahkan, ketiganya terus dimonitor. KBRI Beijing pun terus memberikan dukungan untuk hal-hal yang diperlukan.

"Setelah mereka tidak bisa dibawa pulang, kami koordinasi dengan otoritas setempat. Mereka sudah diantar ke asrama," ungkapnya.

Sementara itu, soal kebijakan penutupan akses bagi pendatang dari Cina, Faizasyah mengatakan, bahwa hal tersebut akan dievaluasi dari waktu kewaktu. Sehingga, nantinya dapat mengambil sikap atas kondisi di lapangan dengan memperhatikan apa yang jadi saran dari WHO.

"Ini perkembangannya sangat cepat. Tentu akan dievaluasi secara terus-menerus," tuturnya.

Kebijakan ini memang penting dalam upaya pencegahan masuknya wabah tersebut ke Indonesia. Tapi, perlu diingat jika masih banyak WNI yang berada di sana. Lalu, bagaimana Kemenlu menjamin mereka dalam kondisi baik-baik saja? Mantan Dubes RI untuk Kanada itu mengatakan, perwakilan Pemerintah Indonesia di sana akan terus memantau semua WNI yang masih di Cina. Hotline pengaduan juga sudah disiapkan untuk para WNI di sana.

"Sebenarnya, sebelumnya sudah ada imbauan untuk mempercepat liburannya. Harapannya, mereka sudah mengatur kembali kepulangannya," ungkapnya.

Dia meyakini, saat ini sudah separuh WNI di sana berada di Tanah Air. Sebab, merebaknya wabah ini berbarengan dengan musim liburan. Di mana, biasanya para mahasiswa pulang ke rumah. Namun bagi yang masih berada di sana, diimbau segera untuk melapor ke hotline KBRI dan KJRI di sana. Hal ini guna memastkan posisi mereka saat ini.

"Karena biasanya kalau bepergian ke luar negeri tidak lapor," katanya.

Disinggung soal opsi evakuasi tahap selanjutnya, Faizasyah tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan, bahwa saat ini akan dilakukan evaluasi terlelih dahulu pada proses pemulangan sebelumnya. Walau tidak ikut memberikan keterangan kepada awak media, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD turut serta dalam ratas bersama Presiden Jokowi kemarin. Setelah berhasil mengevakuasi WNI dari Wuhan, dia memastikan pemerintah tetap concern mengurus WNI lain di Cina.

Sebagaimana disampaikan Kemenlu dan Kemenkes, sedikitnya tujuh WNI tidak ikut serta dalam penerbangan dari Wuhan ke Tanah Air. Tiga di antara mereka tidak lolos dari pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas Cina. Dia menegaskan, mereka akan dipulangkan.

"Tentu semua nanti akan mendapat giliran untuk itu (dipulangkan)," terangnya. 

Menurut Mahfud, WNI yang berpotensi dan terancam kena virus corona memang menjadi prioritas pemerintah. Karena itu, yang dipulangkan lebih dulu adalah WNI dari Provinsi Hubei.

Baca Juga:  Dua Remaja Curi Sepeda Motor Siswa

"Semua yang berpotensi atau diduga bisa tertular oleh itu nanti diangkut untuk diselamatkan," imbuhnya.

Tentu saja, pemerintah berharap tidak ada WNI yang kena virus corona. Sampai kemarin sore, Mahfud menyampaikan bahwa belum ada satu pun WNI di Cina terinfeksi 2019-nCoV.

"Sampai hari ini (kemarin, red) belum ada case yang di mana orang Indonesia terkena itu," ujarnya.

Dia pun optimistis ratusan WNI dari Wuhan yang saat ini diobservasi di Natuna tidak terinfeksi virus tersebut.

"Mudah-mudahan tidak ada," tambahnya.

Proses observasi pun dilaksanakan secara ketat dengan pengamanan ekstra. Baik dari TNI maupun Polri. Lalu, bagaimana pemulangan tiga WNI tersebut? Semua akan dibahas lebih dulu bersama pihak terkait. Untuk WNI di Cina yang berada jauh dari Wuhan dan Hubei, dia menegaskan, belum ada WNI terkena virus corona di sana.  "Aman-aman saja," ujarnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengamini adanya penundaan penerbangan dari dan ke Cina pada Rabu nanti (5/12) mulai pukul 00.00. Penundaan itu tidak termasuk Hongkong dan Makau.

"Penundaan sementara ini ditujukan untuk  melindungi masyarakat dari risiko tertular mengingat salah satu yang menjadi potensi masuknya penyebaran virus adalah akses transportasi udara," katanya kemarin.

Pembatasan ini tidak ditentukan sampai kapan. Penundaan ini harus dipatuhi oleh maskapai Indonesia. Seluruh maskapai yang melakukan penerbangan dari Cina menuju Indonesia juga tak boleh mendarat di bandara Tanah Air. Termasuk mereka yang hanya transit saja di Cina. Saat ini tercatat lima maskapai nasional yang mengoperasikan penerbangan ke RRC yaitu Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air dan  Sriwijaya Air.

Budi memintah maskapai nasional maupun asing untuk mempersiapkan diri dengan  tetap mengutamakan kepentingan konsumen. Pengumuman penundaan ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur.

"Agar kerugian penumpang dapat diminimalisir," bebernya.

Lalu bagaimana dengan pesawat yang kemarin menjemput WNI di Wuhan? Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan mengawasi pelaksanaan mitigas penularan virus tersebut.  Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menjelaskan bahwa  berbagai langkah sesuai arahan Kemenkes akan dilakukan. Misalnya pesawat diparkir pada area yang berjauhan dengan pesawat yang lain, Pesawat ketika akan dibersihkan harus dalam keadaan kosong dan petugas yang membersihkan harus menggunakan alat pelindung diri.

"Bagian pesawat utama yang akan dilakukan disinfeksi adalah kabin dan kargo atau bagasi," ucapnya.

Novie juga menyampaikan bahwa bila semua prosedur dilaksanakan dengan baik maka diharapkan pesawat sudah dianggap bebas dari kuman virus korona.

"Setelah pesawat dinyatakan bebas dari virus korona oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, barulah pesawat ditarik ke hanggar untuk dilakukan perawatan lebih lanjut ," kata Novie.(mia/lyn/syn/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pemerintah akhirnya mengambil langkah tegas menghadapi wabah 2019-nCoV di Cina. Kebijakan bebas visa kunjungan dan visa on arrivals untuk warga negara Cina yang tinggal di mainland Cina dihentikan sementara. Penerbangan dari dan menuju Cina pun ditunda.

Hal itu diputuskan usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Ahad (2/2). Setidaknya ada enam poin yang disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dari hasil rapat yang digelar. Di antaranya, soal keputusan pemerintah untuk menunda sementara penerbangan langsung dari dan menuju daratan Cina.

Retno mengatakan, penghentian sementara ini bakal dilaksanakan mulai Rabu (5/2) pukul 00.00 WIB.
Kebijakan ini pun kemudian diikuti dengan pelarangan masuk bagi turis dari Cina ke Indonesia, walau hanya sekadar transit. Ini berlaku untuk semua pendatang yang tiba dari daratan Cina dan sudah berada di sana selama 14 hari. Bukan hanya itu, pemerintah juga langsung menghentikan kebijakan pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrivals untuk warga Cina yang bertempat tinggal di sana.

"Pemerintah juga meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke mainland RTC," tegasnya. Kebijakan ini bersifat sementara hingga situasi di Cina kembali kondusif.

Dalam kesempatan itu, Retno juga menyinggung mengenai proses evakuasi WNI yang sudah dilakukan. Retno menyampaikan, bahwa 243 orang WNI, termasuk 5 tim aju yang dipulangkan dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina sudah tiba dengan selamat di Natuna, Kepulauan Riau. Di sana, mereka akan melalui masa observasi selama 14 hari.

Masa observasi ini, kata dia, juga akan dilakukan oleh 42 tim penjemput WNI dari Wuhan. Sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285 orang.

"Sampai saat ini alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat," tuturnya.

Lalu, dalam masa observasi ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim akan membuka kantor di Natuna. Perkembangan dari sisi kesehatan akan di-update dari waktu ke waktu oleh juru bicara yang ditunjuk oleh Menkses. Mengenai proses pemulangan sendiri, ada tiga WNI yang memang akhirnya tidak bisa berangkat. Ketiganya disebut tidak lolos screening dari WHO. Hal ini pun sontak menimbulkan spekulasi negatif pada ketiganya. Mereka diduga suspect 2019-nCoV sehingga tak diizinkan meninggalkan Hubei.

Salah satu anggota tim penjemput WNI di Wuhan Budi Sylvana mengamini. Benar adanya bahwa ada tiga WNI yang ditinggal. Dia tak tahu pasti jenis kelamin dan nama mereka.

"Yang jelas mereka tidak dibolehkan pihak imigrasi Cina karena sakit," tuturnya.

Namun Budi tak bisa memastikan apa sakitnya mereka. Dia meyakinkan, jika tiga WNI itu akan dirawat oleh pihak pemerintah Cina dan perwakilan Indonesia di negeri panda itu. Isu suspect ini pun langsung ditampik Dubes RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun. Meski tak memaparkan alasan penolakan keluar area Hubei, ia menegaskan bahwa ketiganya tidak terpapar virus yang masih belum ada vaksinnya tersebut.

Baca Juga:  AMSI: Brand Sehat Harus Tampil di Konten yang Sehat

"Enggak benar itu," ujarnya singkat.

Plt Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menambahkan, ketiganya terus dimonitor. KBRI Beijing pun terus memberikan dukungan untuk hal-hal yang diperlukan.

"Setelah mereka tidak bisa dibawa pulang, kami koordinasi dengan otoritas setempat. Mereka sudah diantar ke asrama," ungkapnya.

Sementara itu, soal kebijakan penutupan akses bagi pendatang dari Cina, Faizasyah mengatakan, bahwa hal tersebut akan dievaluasi dari waktu kewaktu. Sehingga, nantinya dapat mengambil sikap atas kondisi di lapangan dengan memperhatikan apa yang jadi saran dari WHO.

"Ini perkembangannya sangat cepat. Tentu akan dievaluasi secara terus-menerus," tuturnya.

Kebijakan ini memang penting dalam upaya pencegahan masuknya wabah tersebut ke Indonesia. Tapi, perlu diingat jika masih banyak WNI yang berada di sana. Lalu, bagaimana Kemenlu menjamin mereka dalam kondisi baik-baik saja? Mantan Dubes RI untuk Kanada itu mengatakan, perwakilan Pemerintah Indonesia di sana akan terus memantau semua WNI yang masih di Cina. Hotline pengaduan juga sudah disiapkan untuk para WNI di sana.

"Sebenarnya, sebelumnya sudah ada imbauan untuk mempercepat liburannya. Harapannya, mereka sudah mengatur kembali kepulangannya," ungkapnya.

Dia meyakini, saat ini sudah separuh WNI di sana berada di Tanah Air. Sebab, merebaknya wabah ini berbarengan dengan musim liburan. Di mana, biasanya para mahasiswa pulang ke rumah. Namun bagi yang masih berada di sana, diimbau segera untuk melapor ke hotline KBRI dan KJRI di sana. Hal ini guna memastkan posisi mereka saat ini.

"Karena biasanya kalau bepergian ke luar negeri tidak lapor," katanya.

Disinggung soal opsi evakuasi tahap selanjutnya, Faizasyah tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan, bahwa saat ini akan dilakukan evaluasi terlelih dahulu pada proses pemulangan sebelumnya. Walau tidak ikut memberikan keterangan kepada awak media, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD turut serta dalam ratas bersama Presiden Jokowi kemarin. Setelah berhasil mengevakuasi WNI dari Wuhan, dia memastikan pemerintah tetap concern mengurus WNI lain di Cina.

Sebagaimana disampaikan Kemenlu dan Kemenkes, sedikitnya tujuh WNI tidak ikut serta dalam penerbangan dari Wuhan ke Tanah Air. Tiga di antara mereka tidak lolos dari pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas Cina. Dia menegaskan, mereka akan dipulangkan.

"Tentu semua nanti akan mendapat giliran untuk itu (dipulangkan)," terangnya. 

Menurut Mahfud, WNI yang berpotensi dan terancam kena virus corona memang menjadi prioritas pemerintah. Karena itu, yang dipulangkan lebih dulu adalah WNI dari Provinsi Hubei.

Baca Juga:  Angkat Menantu Luhut Menjadi Pangkostrad, Begini Penjelasan Panglima TNI

"Semua yang berpotensi atau diduga bisa tertular oleh itu nanti diangkut untuk diselamatkan," imbuhnya.

Tentu saja, pemerintah berharap tidak ada WNI yang kena virus corona. Sampai kemarin sore, Mahfud menyampaikan bahwa belum ada satu pun WNI di Cina terinfeksi 2019-nCoV.

"Sampai hari ini (kemarin, red) belum ada case yang di mana orang Indonesia terkena itu," ujarnya.

Dia pun optimistis ratusan WNI dari Wuhan yang saat ini diobservasi di Natuna tidak terinfeksi virus tersebut.

"Mudah-mudahan tidak ada," tambahnya.

Proses observasi pun dilaksanakan secara ketat dengan pengamanan ekstra. Baik dari TNI maupun Polri. Lalu, bagaimana pemulangan tiga WNI tersebut? Semua akan dibahas lebih dulu bersama pihak terkait. Untuk WNI di Cina yang berada jauh dari Wuhan dan Hubei, dia menegaskan, belum ada WNI terkena virus corona di sana.  "Aman-aman saja," ujarnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengamini adanya penundaan penerbangan dari dan ke Cina pada Rabu nanti (5/12) mulai pukul 00.00. Penundaan itu tidak termasuk Hongkong dan Makau.

"Penundaan sementara ini ditujukan untuk  melindungi masyarakat dari risiko tertular mengingat salah satu yang menjadi potensi masuknya penyebaran virus adalah akses transportasi udara," katanya kemarin.

Pembatasan ini tidak ditentukan sampai kapan. Penundaan ini harus dipatuhi oleh maskapai Indonesia. Seluruh maskapai yang melakukan penerbangan dari Cina menuju Indonesia juga tak boleh mendarat di bandara Tanah Air. Termasuk mereka yang hanya transit saja di Cina. Saat ini tercatat lima maskapai nasional yang mengoperasikan penerbangan ke RRC yaitu Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air dan  Sriwijaya Air.

Budi memintah maskapai nasional maupun asing untuk mempersiapkan diri dengan  tetap mengutamakan kepentingan konsumen. Pengumuman penundaan ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur.

"Agar kerugian penumpang dapat diminimalisir," bebernya.

Lalu bagaimana dengan pesawat yang kemarin menjemput WNI di Wuhan? Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan mengawasi pelaksanaan mitigas penularan virus tersebut.  Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menjelaskan bahwa  berbagai langkah sesuai arahan Kemenkes akan dilakukan. Misalnya pesawat diparkir pada area yang berjauhan dengan pesawat yang lain, Pesawat ketika akan dibersihkan harus dalam keadaan kosong dan petugas yang membersihkan harus menggunakan alat pelindung diri.

"Bagian pesawat utama yang akan dilakukan disinfeksi adalah kabin dan kargo atau bagasi," ucapnya.

Novie juga menyampaikan bahwa bila semua prosedur dilaksanakan dengan baik maka diharapkan pesawat sudah dianggap bebas dari kuman virus korona.

"Setelah pesawat dinyatakan bebas dari virus korona oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, barulah pesawat ditarik ke hanggar untuk dilakukan perawatan lebih lanjut ," kata Novie.(mia/lyn/syn/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari