PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Tim medis penanganan pasien positif corona di Riau masih belum mengetahui dari mana pasien positif corona ketiga di Riau, Mr AA (54), tertular. Pasalnya warga Duri (Bengkalis) yang saat ini dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru itu tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri, yakni Malaysia, seperti dua pasien positif sebelumnya.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Tim Medis Penanganan Virus Corona di Riau dr Indra Yopi saat konferensi pers di Gedung Daerah Riau, Selasa (31/3). Saat ini, tim masih terus menggali informasi dari pasien.
"Kami belum dapat riwayat perjalanannya. Yang jelas, yang melakukan penelusuran itu petugas kesehatan seperti dokter atau perawat," ujar Indra Yopi.
Petugas kesehatan tersebut, lanjut Indra Yopi, nantinya akan melakukan konfirmasi langsung kepada pasien. Dan hal itu yang saat ini masih dilakukan penelusuran.
"Yang menanyakan bapak dari mana, bertemu siapa itu adalah kapasitas dari dokter. Tapi yang jelas, setahu saya dia tidak ikut ke Malaysia. Tapi apakah dia berhubungan dengan bapak-bapak yang positif corona sebelumnya, kami belum tahu. Nanti kalau sudah ada jawabannya pasti kami beri tahu," ujar Indra Yopi.
Untuk kondisi dua pasien positif corona di Riau, dijelaskan Indra Yopi, secara umum keduanya masih stabil. Hanya saja AA batuknya bertambah.
"Kalau AH kondisinya baik-baik saja, sedangkan AA batuknya sedikit bertambah. Tapi tentunya dokter RSUD Arifin Achmad sudah mengetahui apa yang harus dilakukan," sebutnya.
Dalam pada itu istri AA, A mengakui sang suami tidak pernah kontak dengan orang yang dinyatakan positif sebelumnya, atau pasien positif pertama yang kini telah sembuh, H Makmur. Hal ini sekaligus mengklarifikasi informasi yang beredar luas ke masyarakat, bahwasanya pasien positif ketiga itu disebut-sebut kenal dan pernah berhubungan dengan pasien positif pertama di Riau. "Bapak (AA, red) itu nggak pernah ketemu dan komunikasi dengan M (H Makmur, pasien corona pertama di Riau, red). Kami saja nggak tahu beliau itu siapa. Kami juga nggak kenal dengannya," kata A melalui sambungan seluler kepada Riau Pos, Selasa (31/3).
A juga menyangkal sang suami pernah mengikuti kegiatan seperti yang beredar luas di masyarakat, jamaah tablig. Ia juga menyayangkan informasi yang berkembang dan tidak akurat mengenai suaminya tersebut, terutama mengenai berkontak langsung dengan pasien M yang kini sudah dinyatakan sembuh.
Sebagai informasi, AA merupakan karyawan salah satu perusahaan migas terbesar di Riau, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan menetap di Duri. Kini dirawat intensif di RSUD Arifin Ahmad, dan kondisinya dalam keadaan baik.
"Doakan saja yang baik-baik," pesannya mengajak publik agar mendoakan terbaik buat sang suami tercinta.
A juga merasa heran, suaminya tersebut terkontaminasi virus tersebut darimana. Sebab, aktivitas suaminya selama ini banyak dihabiskan dengan bekerja dan di rumah. "Perjalanan ke luar negeri juga tidak ada. Kami ada perjalanan terakhir itu cuma ke Pekanbaru," ujarnya.
A menjelaskan, sang suami pada Selasa (10/3) mulai merasakan flu dan suaranya berbeda. Kemudian dirinya berobat dan pulang. Lalu pada Kamis (12/3) pukul 23.00 ke emergency, beli obat penurun panas dan lambung, kemudian pulang sampai tengah malam. "Dan pada esoknya, Jumat malam dia pergi lagi, barulah disitu beliau mulai dirawat inap di RS Chevron di Duri," ungkapnya.
Dikatakan A, setelah menjalani rawat inap, sang suami dipindahkan ke rumah sakit swasta di Pekanbaru pada Selasa (17/3). Hal tersebut dilakukan guna penanganan yang lebih intensif. Dengan dinyatakan AA positif corona, keluarganya kini menjalani isolasi di kediamannya di Duri, Bengkalis. Mereka juga membatasi interaksi dengan masyarakat.
Rapid Test
Sementara itu terkait kegiatan rapid test, dr Indra Yopi menyampaikan sebanyak 448 orang dalam pemantauan (ODP) di Pekanbaru akan menjalaninya. Seluruh ODP yang akan menjalani rapid test tersebut merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru pulang dari Malaysia. "Mulai Kamis besok, akan dilakukan rapid test untuk 448 ODP yang merupakan TKI dari Malaysia. Ke-448 ODP tersebut saat ini berada di Pekanbaru," katanya.
Saat ditanyakan kenapa baru hari Kamis dilaksanakan, padahal alat rapid test sudah tiba di Pekanbaru sejak Sabtu lalu, Indra Yopi mengatakan untuk melakukan rapid test, pasien ODP yang sedang dilakukan isolasi secara mandiri harus dikumpulkan di satu tempat sehingga memerlukan waktu. "Mereka kan berada di rumahnya masing-masing. Jadi harus dikumpulkan di satu tempat. Tapi mengumpulkannya bukan seperti orang mau membagikan sembako, ada aturan yang harus dijalankan," sebutnya.
Untuk jumlah ODP di Riau, per 31 Maret mencapai 14.989. Jumlah ini naik hampir 5 ribu ODP dari satu hari sebelumnya yang berkisar pada angka 10 ribu lebih. "Dari jumlah 14.989 ODP tersebut, 110 orang di antaranya sudah selesai menjalani pemantauan sehingga yang masih berstatus ODP yakni 14.879 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir.
Lebih lanjut dikatakannya, sedangkan untuk kategori pasien dalam pengawasan (PDP), hingga saat ini berjumlah 109 orang. Dari jumlah itu, 29 di antaranya sudah dinyatakan negatif dan diperbolehkan pulang. Sementara itu yang masih dirawat berjumlah 79 orang. "Satu orang PDP meninggal dunia. Sementara itu, untuk pasien positif corona di Riau berjumlah tiga orang. Satu pasien sudah sembuh, dan dua lainnya masih menjalani perawatan," jelas Mimi.
186 ODP Negatif
Hasil tes cepat atau rapid test virus corona terhadap 186 ODP yang baru pulang dari Malaysia, Senin (30/3) lalu dinyatakan negatif. Namun demikian, berdasarka protokol penanganan virus corona mereka tetap harus menjalani karantina mandiri dengan menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan physical distancing. Kepastian hasil rapid test terhadap 186 ODP yang baru pulang dari Malaysia Senin (30/3) tersebut disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Imam Subchi, Selasa (31/3). "Yang kemarin rapid test negatif," ujarnya singkat.
Sementara itu kemarin, sebanyak 140 TKI asal Bengkalis kembali tiba melalui Pelabuhan BSL Bengkalis, Selasa (31/3) sore. Mereka tiba menggunakan satu kapal ferry dari Tanjung Balai Karimun, Kepri pada pukul 15.10 WIB. Rute perjalanan Kapal mereka merupakan dari Batam-Tanjung Balai-Selatpanjang-Bengkalis. Kali ini, para TKI yang turun di Pelabuhan BSL Bengkalis di antaranya, 121 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
"Sesuai instruksi Dirjen Kemenkes dan Pemprov Riau, para TKI ini diangkut menggunakan kapal khusus tidak dicampur dengan penumpang domestik," ungkap salah seorang petugas kesehatan di Pelabuhan BSL Bengkalis.
ODP Meranti Jadi 3.747 Orang
Sempat berselisih tentang kriteria penanganan Covid-19, akhirnya Pemda Meranti ikuti saran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau untuk menjadikan orang yang datang dari daerah terjangkit masuk dalam kategori ODP. Alhasil dari 165 jumlah ODP yang tersebar di Kepulauan Meranti, Selasa (31/3) siang, jumlah ODP daerah tersebut menjadi 3.747 jiwa. "Iya akhirnya data jumlah ODP telah diklarifikasi. Dari ratusan kini menjadi 3.747 orang. Keputusan itu sesuai dengan dengan petunjuk Pemerintah Provinsi Riau," ujar Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepulaun Meranti, Fahri SKM kepada Riau Pos.
Ia tidak menyangkal jika semula terjadi perbedaaan persepsi antara Pemda Meranti, Pemprov Riau, dan Kementerian. Semula petunjuk mereka mengikuti instruksi dari Kementerian, bukan Pemprov Riau. Memang saat ini terdapat ribuan WNI dari Malaysia yang masuk ke Kepulauan Meranti. Tapi dari jumlah tersebut tidak banyak yang menunjukkan gejala jika mereka telah terinveksi juga telah masuk dalam 165 ODP oleh mereka. “Selagi belum menunjukkan gejala, sebelumnya kami hanya menempatkan status orang yang baru pulang dari negara dan daerah terjangkit sebagai orang dalam risiko. Selain itu juga mereka yang memiliki kontak erat sama pasien yang memiliki gejala virus tersebut,” ungkapnya.
Warga Belum Bisa Terima Rusunawa Jadi Tempat Karantina
Wabah virus corona (Covid-19) yang masih terjadi membuat warga tempatan yang tinggal di Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru masih berada dalam kecemasan. Ini terkait akan dijadikannya Rusunawa Rejosari, tepatnya Toher II sebagai tempat screening atau karantina TKI yang baru dipulangkan dari Malaysia.
Jika Senin (30/3) lalu warga menolak dengan berdemo di depan rusunawa, kemarin (31/3) aksi lainnya yaitu melakukan penutupan jalan di Jalan Karya Bersama. Ditandai dengan terpampangnya tulisan “Lockdown” dan kayu-kayu besar turut digulirkan di jalan. Riau Pos yang sampai pada rusunawa pun masih melihat adanya tulisan "Stop TKI Malaysia" dan "Penguasa jangan bunuh kami" yang dibuat sejak kemarin.
Meski pada pagi sempat dibubarkan, namun akhirnya lepas ashar warga berdiskusi panjang dengan pihak RT/RW, lurah, camat, babinsa serta bhabinkamtibmas di Kantor Lurah Bambu Kuning. Hingga azan magrib diskusi itu baru selesai.
"Sekarang itu masalahnya TKI tu dah sampai di Dumai. Kami kumpul diberi tahu terlepas warga terima atau tidak jangan sampai terjadi bentrok. Jika pemerintah mengerti, harusnya menunggui di sana (rusunawa, red) agar bersosialisasi ke warga," sebut Trisno.
Dikatakannya, semua dadakan sehingga warga resah. Mestinya pemilihan tempat harus dicek terlebih dulu ekonomi masyarakatnya. Harus mapan.
Turut berkomentar, warga dari RT 4 bernama Ruli. Katanya, meski kedatangan TKI kembali belum jadi, namun dirinya selaku warga sekitar menolak.
"Alasan kami menolak karena kami sudah mencoba menghindar namun mengapa pemerintah memilih tempat di sini," ungkapnya.
Menanggapi keresahan warganya, Camat Tenayan Raya Indah Vidya Astuti mengatakan, Rusunawa Rejosari sudah ditetapkan wali kota sebagai tempat yang bisa dibilang isolasi ataupun karantina.
"Penetapan surat dari wali kota pada pagi tadi (kemarin, red). Sejauh ini belum jadi datang. Wajar mereka khawatir akan hal itu dan juga mempunyai hak untuk itu. Namun, akan selalu kami beri pemahaman. Apalagi banyaknya informasi yang simpang siur di media perihal virus ini membuat mereka resah," jelasnya.(sol/*1/esi/wir/s)