Senin, 20 Mei 2024

Sering Jamak Sarapan dan Makan Siang

Kumuh, kotor, beralaskan tikar, dan berdindingkan triplek bekas. Begitulah kondisi kediaman keluarga Supian (34), di Jalan Angsana Purwodadi ujung, Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tuah Madani. Tiga tahun tinggal di sana, keluarga ini jauh dari sentuhan bantuan pemerintah setempat.

Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Tuah Madani

Yamaha

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Rumah berukuran 5×3 meter tersebut sengaja dibuat model panggung. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir saat hujan melanda Kota Pekanbaru. Di rumah itulah, Supian dan istri tinggal bersama kelima anak mereka.

Sudah tiga tahun Supian menempati lahan milik salah seorang warga di jalan tersebut. Rumah panggung itu belum lama dibuatnya. Sebelumnya, mereka menem­pati gubuk yang langsung beralaskan tanah dan beratap seng bekas.

Karena sering banjir kalau hujan, Supian pun memutuskan membuat rumah panggung. "Belum ada sebulan saya buat rumah panggung ini. Karena rumah sebelumnya kerap banjir sampai semua tempat untuk tidur pun basah. Jadi anak yang mau tidur terpaksa duduk di atas kursi kayu yang saya buat," ujar Supian saat ditemui Riau Pos, Senin (28/6).

- Advertisement -

Supian yang memiliki Kartu Tanda penduduk (KTP) di Bagansiapi-api, Kabupaten Rokan Hilir tersebut mengaku, untuk memenuhi keperluan sehari-hari, ia bersama sang istri berjualan sayur di Pasar Purwodadi.

Sayur-sayuran tersebut kadang ia beli dari pedagang lain berkisar Rp1.700 per ikatnya. Dan dijual kembali seharga Rp2.000 per ikat. Kini, Supian mencoba menanam sendiri tanaman sayur di tanah pinjaman tempat ia membangun rumah panggungnya tersebut. Bibit tanaman ia beli dari hasil jualan sayur.

- Advertisement -

Karena faktor ekonomi, tak jarang untuk sarapan pagi Supian bersama keenam anggota keluarga lainnya menjamakkan hingga makan siang. Dan itu pun hanya mampu membeli lontong sayur tiga bungkus yang dibagi untuk mengisi perut dirinya dan keluarganya.

Baca Juga:  BPKP Provinsi Riau Diajak Bermitra

"Karena uang kami tidak ada, jadinya beli apa yang bisa dimakan. Malah kadang kami hanya makan ubi rebus saja, karena uang tidak cukup untuk membeli beras dan lauknya," kata dia.

Meski tinggal di lingkungan pemukiman penduduk yang sudah cukup ramai, rumah Supian masih gelap gulita di malam hari. Tak ada lampu penerangan listrik mengalir di rumahnya. Supian mengandalkan lampu colok atau pelita sebagai penerang rumahnya.

"Ada kemarin tetangga yang mau memberikan listrik. Tapi harus bayar setiap bulan. Dan saya juga nggak sanggup kalau harus beli kabel listrik untuk disambungkan ke rumah tetangga. Untuk makan saja saya sudah susah. Jadi biarlah bergelap gulita saja," ucap Supian sembari menggendong anak bungsunya.

Tak hanya itu, dua dari lima anak Supian terpaksa harus putus sekolah karena tidak memiliki biaya. Sedangkan tiga anaknya lagi masih di usia balita dan bayi.

Supian mengaku, selama tiga tahun ia merantau ke Kota Pekanbaru dan tinggal di jalan tersebut, selama itu pula ia tak pernah mendapatkan bantuan sosial baik dari pihak RT, RW setempat maupun pihak Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tuah Madani. "Selama di sini saya tidak pernah mendapatkan bantuan. Dan baru kali ini ada yang memberi bantuan sembako yang mengatasnamakan dirinya dari anggota DPD LPM Kota Pekanbaru," katanya.

Mendapatkan bantuan dari anggota DPD LPM Kota Pekanbaru, Mirshal atau Acheng, Supian merasa senang. Matanya sedikit meneteskan air mata karena hari ini mampu memberikan makanan yang enak untuk anak dan istrinya. "Allhamdulilah saya senang sekali hari ini kami bisa makan nasi dan lauk telur. Saya bersyukur ada orang yang perhatian dengan kondisi keluarga saya. Semoga Tuhan (Allah, red) membalas kebaikan anggota DPD LPM Kota Pekanbaru dan kami berdoa semoga selalu diberikan kesehatan," ucap Supian yang merasa sangat bahagia.

Baca Juga:  7 Rumah Petak dan 4 Ruko Ludes Terbakar di Jl Cipta Karya Pekanbaru

Sementara itu, anggota DPD LPM Kota Pekanbaru Mirshal mengaku dirinya mendapatkan informasi terkait kondisi yang dialami oleh Supian melalui masyarakat sekitar yang merasa terketuk hatinya untuk membantu sesama.

Dirinya bersama warga tersebut datang ke kediaman Supian untuk melihat langsung kondisi yang dialami Supian. Betapa terkejutnya Mirshal melihat kondisi tempat tinggal Supian yang hanya mengandalkan barang seadanya dan terbuat dari tripek hingga cerocok bekas yang ia ambil dari sisa rumah lamanya yang kerap dikepung banjir.

Bahkan, kondisi rumah beliau yang hanya disusun dengan triplek lantainya di susun dengan kayu bekas membuat kondiri rumah mereka tidak layak karena dapat membahayakan keselamatan putra dan putrinya.

"Kami sangat prihatin dengan kondisi yang dialami kelurga Bapak Supian ini. Semoga dengan bantuan yang kami berikan ini bermanfaat dan pihak lain tergerak hatinya untuk  membantu," kata dia.

Sementara itu, saat dikonfirmasi Riau Pos, Lurah Sialang Munggu Fitriani mengaku dirinya tidak mengetahui kondisi dan lokasi rumah salah seorang warganya yang mengalami kesulitan ekonomi bernama Supian. Ia berjanji akan mencari informasi melalui pihak RT dan RW setempat.

"Kami coba koordinasi dulu dengan RT dan RW-nya, ya," jawabnya singkat.***

 

 

Kumuh, kotor, beralaskan tikar, dan berdindingkan triplek bekas. Begitulah kondisi kediaman keluarga Supian (34), di Jalan Angsana Purwodadi ujung, Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tuah Madani. Tiga tahun tinggal di sana, keluarga ini jauh dari sentuhan bantuan pemerintah setempat.

Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Tuah Madani

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Rumah berukuran 5×3 meter tersebut sengaja dibuat model panggung. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir saat hujan melanda Kota Pekanbaru. Di rumah itulah, Supian dan istri tinggal bersama kelima anak mereka.

Sudah tiga tahun Supian menempati lahan milik salah seorang warga di jalan tersebut. Rumah panggung itu belum lama dibuatnya. Sebelumnya, mereka menem­pati gubuk yang langsung beralaskan tanah dan beratap seng bekas.

Karena sering banjir kalau hujan, Supian pun memutuskan membuat rumah panggung. "Belum ada sebulan saya buat rumah panggung ini. Karena rumah sebelumnya kerap banjir sampai semua tempat untuk tidur pun basah. Jadi anak yang mau tidur terpaksa duduk di atas kursi kayu yang saya buat," ujar Supian saat ditemui Riau Pos, Senin (28/6).

Supian yang memiliki Kartu Tanda penduduk (KTP) di Bagansiapi-api, Kabupaten Rokan Hilir tersebut mengaku, untuk memenuhi keperluan sehari-hari, ia bersama sang istri berjualan sayur di Pasar Purwodadi.

Sayur-sayuran tersebut kadang ia beli dari pedagang lain berkisar Rp1.700 per ikatnya. Dan dijual kembali seharga Rp2.000 per ikat. Kini, Supian mencoba menanam sendiri tanaman sayur di tanah pinjaman tempat ia membangun rumah panggungnya tersebut. Bibit tanaman ia beli dari hasil jualan sayur.

Karena faktor ekonomi, tak jarang untuk sarapan pagi Supian bersama keenam anggota keluarga lainnya menjamakkan hingga makan siang. Dan itu pun hanya mampu membeli lontong sayur tiga bungkus yang dibagi untuk mengisi perut dirinya dan keluarganya.

Baca Juga:  Banting Stir, Mobil Masuk Parit

"Karena uang kami tidak ada, jadinya beli apa yang bisa dimakan. Malah kadang kami hanya makan ubi rebus saja, karena uang tidak cukup untuk membeli beras dan lauknya," kata dia.

Meski tinggal di lingkungan pemukiman penduduk yang sudah cukup ramai, rumah Supian masih gelap gulita di malam hari. Tak ada lampu penerangan listrik mengalir di rumahnya. Supian mengandalkan lampu colok atau pelita sebagai penerang rumahnya.

"Ada kemarin tetangga yang mau memberikan listrik. Tapi harus bayar setiap bulan. Dan saya juga nggak sanggup kalau harus beli kabel listrik untuk disambungkan ke rumah tetangga. Untuk makan saja saya sudah susah. Jadi biarlah bergelap gulita saja," ucap Supian sembari menggendong anak bungsunya.

Tak hanya itu, dua dari lima anak Supian terpaksa harus putus sekolah karena tidak memiliki biaya. Sedangkan tiga anaknya lagi masih di usia balita dan bayi.

Supian mengaku, selama tiga tahun ia merantau ke Kota Pekanbaru dan tinggal di jalan tersebut, selama itu pula ia tak pernah mendapatkan bantuan sosial baik dari pihak RT, RW setempat maupun pihak Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tuah Madani. "Selama di sini saya tidak pernah mendapatkan bantuan. Dan baru kali ini ada yang memberi bantuan sembako yang mengatasnamakan dirinya dari anggota DPD LPM Kota Pekanbaru," katanya.

Mendapatkan bantuan dari anggota DPD LPM Kota Pekanbaru, Mirshal atau Acheng, Supian merasa senang. Matanya sedikit meneteskan air mata karena hari ini mampu memberikan makanan yang enak untuk anak dan istrinya. "Allhamdulilah saya senang sekali hari ini kami bisa makan nasi dan lauk telur. Saya bersyukur ada orang yang perhatian dengan kondisi keluarga saya. Semoga Tuhan (Allah, red) membalas kebaikan anggota DPD LPM Kota Pekanbaru dan kami berdoa semoga selalu diberikan kesehatan," ucap Supian yang merasa sangat bahagia.

Baca Juga:  Mahasiswa Relawan Unri Sosialisasikan Pembuatan Hand Sanitizer Alami

Sementara itu, anggota DPD LPM Kota Pekanbaru Mirshal mengaku dirinya mendapatkan informasi terkait kondisi yang dialami oleh Supian melalui masyarakat sekitar yang merasa terketuk hatinya untuk membantu sesama.

Dirinya bersama warga tersebut datang ke kediaman Supian untuk melihat langsung kondisi yang dialami Supian. Betapa terkejutnya Mirshal melihat kondisi tempat tinggal Supian yang hanya mengandalkan barang seadanya dan terbuat dari tripek hingga cerocok bekas yang ia ambil dari sisa rumah lamanya yang kerap dikepung banjir.

Bahkan, kondisi rumah beliau yang hanya disusun dengan triplek lantainya di susun dengan kayu bekas membuat kondiri rumah mereka tidak layak karena dapat membahayakan keselamatan putra dan putrinya.

"Kami sangat prihatin dengan kondisi yang dialami kelurga Bapak Supian ini. Semoga dengan bantuan yang kami berikan ini bermanfaat dan pihak lain tergerak hatinya untuk  membantu," kata dia.

Sementara itu, saat dikonfirmasi Riau Pos, Lurah Sialang Munggu Fitriani mengaku dirinya tidak mengetahui kondisi dan lokasi rumah salah seorang warganya yang mengalami kesulitan ekonomi bernama Supian. Ia berjanji akan mencari informasi melalui pihak RT dan RW setempat.

"Kami coba koordinasi dulu dengan RT dan RW-nya, ya," jawabnya singkat.***

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari