Kedatangan Menpar Tak Berdampak pada Hutan Bakau

DUMAI (RIAUPOS.CO) — Kedatangan Menteri Pariwisata (Menpar) Arif Yahya tidak membawa dampak yang cukup siginifikan untuk pengembangan bandar bakau yang berada di Jalan Nelayan Darat, Kota Dumai.
Pasalnya Menteri Kabinet Indonesia Kerja ini menyebutkan Kemenpar RI tidak ada rencana anggaran bantuan, untuk pengembangan bandar bakau menjadi destinasi wisata mangrove di Indonesia.

    Akan tetapi ia  melihat prospek bagus ke depannya dan berpesan agar menjaga kebersihan lingkungan dan toilet. “Bandar bakau bisa jadi destinasi wisata unggulan karena ada hutan bakau jika dikelola dengan baik akan laku dijual, dan akan bisa menarik pengunjung dengan letak berdekatan pusat kota,” ujarnya, Rabu (21/8).

Ia berpesan agar pengelola menjaga kebersihan karena itu paling utama, bagaimana tempat wisata akan dikunjungi jika tempatnya kotor. “Ini perlu jadi perhatian,” tuturnya.

- Advertisement -

Padahal di dalam kawasan hutan mangrove Dumai terdapat sedikitnya 24 jenis spesias bakau yang dilindungi. Hutan ini menjadi salah satu hutan bakau di Indonesia yang paling banyak jenisnya.

Apalagi, jika tidak ada perhatian khusus abrasi  di bibir pantai kawasan  wisata bandar bakau atau hutan mangrove  semakin parah.  Bahkan beberapa pohon mangrove mulai tumbang dan mati akibat abrasi.

- Advertisement -

Mengantisipasi agar kerusakan tidak terus terjadi, Pencinta Alam Bahari (PAB) kini sedang memerlukan puluhan ribu bibit mangrove untuk dilakukan rehabilitasi dengan metode penanaman sulam.

Ketua Pencinta Alam Bahari (PAB) Datok Darwis Muhammad Saleh sebelumnya menyampaikan, sejumlah pohon mangrove terjadi kerusak akibat abrasi laut. Ada seluas 15 ha kawasan hutan bakau itu kini memerlukan rehabilitasi agar mangrove dapat terus terjaga. “Untuk mengatasi hal itu PAB memerlukan 60 ribu batang pembibitan dilakukan penanaman sulam ulang,” ujarnya.

Ia mengatakan jika 10 tahun tidak dilakukan rehabilitasi penyulaman ulang bibit, maka terjadi kerusakan secara alami akan terus berlangsung, akibatnya mangrove terputus dan berselat.

“Penanaman sulam dengan jenis pohon bakau tertentu merupakan solusi untuk mencegah terjadi kerusakan pada sejumlah mangrove yang terkena dampak abrasi,” jelasnya.

Ia menyebutkan jika dilakukan penanaman sulam tingkat keberhasilan mengantisipasi abrasi diperkirakan 90 persen. “

Dilihat kondisi di sejumlah mangrove di bibir pantai memang terdapat kerusakan secara alami oleh abrasi,” ujarnya.

Hutan bakau kini menjadi salah satu objek wisata alam yang bisa dikunjungi di Kota Dumai. Hutan bakau menjadi salah satu tempat konservasi habitat flora.(ade)

DUMAI (RIAUPOS.CO) — Kedatangan Menteri Pariwisata (Menpar) Arif Yahya tidak membawa dampak yang cukup siginifikan untuk pengembangan bandar bakau yang berada di Jalan Nelayan Darat, Kota Dumai.
Pasalnya Menteri Kabinet Indonesia Kerja ini menyebutkan Kemenpar RI tidak ada rencana anggaran bantuan, untuk pengembangan bandar bakau menjadi destinasi wisata mangrove di Indonesia.

    Akan tetapi ia  melihat prospek bagus ke depannya dan berpesan agar menjaga kebersihan lingkungan dan toilet. “Bandar bakau bisa jadi destinasi wisata unggulan karena ada hutan bakau jika dikelola dengan baik akan laku dijual, dan akan bisa menarik pengunjung dengan letak berdekatan pusat kota,” ujarnya, Rabu (21/8).

Ia berpesan agar pengelola menjaga kebersihan karena itu paling utama, bagaimana tempat wisata akan dikunjungi jika tempatnya kotor. “Ini perlu jadi perhatian,” tuturnya.

Padahal di dalam kawasan hutan mangrove Dumai terdapat sedikitnya 24 jenis spesias bakau yang dilindungi. Hutan ini menjadi salah satu hutan bakau di Indonesia yang paling banyak jenisnya.

Apalagi, jika tidak ada perhatian khusus abrasi  di bibir pantai kawasan  wisata bandar bakau atau hutan mangrove  semakin parah.  Bahkan beberapa pohon mangrove mulai tumbang dan mati akibat abrasi.

Mengantisipasi agar kerusakan tidak terus terjadi, Pencinta Alam Bahari (PAB) kini sedang memerlukan puluhan ribu bibit mangrove untuk dilakukan rehabilitasi dengan metode penanaman sulam.

Ketua Pencinta Alam Bahari (PAB) Datok Darwis Muhammad Saleh sebelumnya menyampaikan, sejumlah pohon mangrove terjadi kerusak akibat abrasi laut. Ada seluas 15 ha kawasan hutan bakau itu kini memerlukan rehabilitasi agar mangrove dapat terus terjaga. “Untuk mengatasi hal itu PAB memerlukan 60 ribu batang pembibitan dilakukan penanaman sulam ulang,” ujarnya.

Ia mengatakan jika 10 tahun tidak dilakukan rehabilitasi penyulaman ulang bibit, maka terjadi kerusakan secara alami akan terus berlangsung, akibatnya mangrove terputus dan berselat.

“Penanaman sulam dengan jenis pohon bakau tertentu merupakan solusi untuk mencegah terjadi kerusakan pada sejumlah mangrove yang terkena dampak abrasi,” jelasnya.

Ia menyebutkan jika dilakukan penanaman sulam tingkat keberhasilan mengantisipasi abrasi diperkirakan 90 persen. “

Dilihat kondisi di sejumlah mangrove di bibir pantai memang terdapat kerusakan secara alami oleh abrasi,” ujarnya.

Hutan bakau kini menjadi salah satu objek wisata alam yang bisa dikunjungi di Kota Dumai. Hutan bakau menjadi salah satu tempat konservasi habitat flora.(ade)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya