PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pascadigelarnya Festival Jalan Agus Salim (JAS Festival) pada 25-26 Maret 2022 lalu, tak membuat kawasan tersebut menjadi kawasan kuliner seperti yang diharapkan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru. Jalan Agus Salim kembali semrawut seperti sebelum diadakannya JAS Festival.
Pantauan Riau Pos, Rabu (6/7) kondisi Jalan Agus Salim kini tak ubahnya pasar tumpah seperti sebelum digelar iven bergengsi tersebut. Puluhan pedagang kaki lima, mulai dari pedagang buah, sayuran, pakaian serta ikan segar sudah menggelar lapak dagangannya di atas pedestrian yang sempat digadang-gadangkan sebagai lokasi kawasan kuliner malam sekelas Malioboro yang ada di Jogjakarta.
Bahkan, kini tak ada lagi tampak tenda biru yang berjejer rapi di atas pedestrian yang sengaja dipasang oleh Pemerintah Kota Pekanbaru sebagai tempat puluhan pelaku
usaha kuliner menjajakan barang dagangannya.
Malah, hanya beberapa gerobak milik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan sejumlah pot bunga yang dulunya di tempatkan di atas trotoar kini dibiarkan menyender di dinding antara trotoar dan kawasan Sukaramai Trade Center (STC).
Padahal, Pemerintah Kota Pekanbaru sebelumnya telah menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat kuliner, seni dengan ekonomi kreatif yang dapat mendukung perkembangan dan perekonomian UMKM di kota Pekanbaru.
Salah seorang pedagang di Jalan Agus Salim Yolanda mengatakan, usai pergelaran Festival Jalan Agus Salim beberapa bulan yang lalu, hingga kini tak ada kegiatan apapun yang dibuat oleh Pemerintah Kota Pekanbaru di Jalan Agus Salim tersebut.
Bahkan, sebelumnya terdapat penjagaan yang sangat ketat oleh sejumlah pihak terkait, agar para pedagang pasar berjualan hingga pukul 08.00 WIB pagi. Namun, kini penjagaan tersebut tidak lagi dilakukan, sehingga para pedagang kaki lima mulai kembali berjualan di atas trotoar dengan membuat lapak baru bertenda plastik.
Tak hanya itu, Yolanda juga merasa heran karena di awal tahun 2022 lalu, Pemerintah Kota Pekanbaru seakan menggebu-gebu menjadikan kawasan ini sebagai kawasan kuliner modern, tetapi saat ini hanya dibiarkan sebagai lokasi pasar tumpah.
"Itulah, dulu kami dipaksa merobohkan sendiri lapak kami, katanya mau buat kawasan kuliner. Tapi sekarang mana?" tanya dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anas, pengendara motor yang melintas di Jalan Agus Salim. Dirinya juga menyatakan lokasi yang berada di jantung Kota Pekanbaru ini tak lagi dijadikan sebagai kawasan kuliner seperti yang dulu sempat dibuat oleh pemerintah.
Apalagi saat ini, banyak pelaku UMKM di Kota Pekanbaru tengah berjuang bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang melanda.
"Kalau festival kemarin itu digelar setiap pekan saja pasti bisa membantu perekonomian UMKM. Tapi kalau cuma sekali dan lokasinya dibiarkan tidak terawat dan tidak terkonsep sangat disayangkan sekali," kata dia.
Terkait Jalan Agus Salim yang kembali menjadi pasar tumpah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Kota Pekanbaru Ahmad Ingot Hutasuhut mengatakan hal itu untuk sementara memang demikian peruntukannya. Para pedagang menurutnya memang dibenarkan untuk berdagang pada pagi harinya.
"Memang ada kesepakatan bahwa pagi itu pasar seperti biasa, itu sampai jam 9 pagi. Itu ada SK walikotanya. Nah, malam harinya adalah pasar kuliner yang tertata sesuai rencana awal. Walaupun saat ini belum begitu berkembang sesuai harapan," kata Ingot.
Terkait keluhan masyarakat di mana pasar tumpah itu kembali membuat macet dan tidak tertata dengan baik, Ingot meminta para pedagang agar komitmen sesuai kesepakatan. Bila terus dikeluhkan, dirinya berharap instansi terkait di bidang penegakan aturan agar mengambil kebijakan.(ayi/end)