Pada tahun keempat penyelenggaraan FSSJ, semakin memperkuat eksistensi Siak sebagai kabupaten yang tunak menyelenggarakan festival sastra di Riau.
RIAUPOS.CO – FESTIVAL Sastra Sungai Jantan (FSSJ) tahun ini memasuki tahun keempat penyelenggaraan. Sabtu (19/10/2025) dilakukan helat malam puncak sekaligus pemberian penghargaan bagi para pemenang lomba yang diselenggarakan di Siak Sriindrapura. Malam puncak itu dihadiri oleh Pj Bupati Siak Drs Indra Purnama MSi, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Siak Rozi Chandra, beberapa pejabat dari lingkungan Pemkab Siak, Disdikbud, para pengurus Dewan Kesenian Siak (DKS), serta sastrawan dan seniman Siak.
Pj Bupati Indra Purnama mengaku senang dengan digelarnya FSSJ tersebut. Menurutnya, festival sastra seperti ini harus terus diselenggarakan dan jadi iven tahunan karena memberikan nilai positif kepada masyarakat, terutama dalam pelestarian nilai-nilai budaya masyarakat.
“Di tempat saya bekerja sebelumnya, di Jakarta, festival dengan semangat budaya lokal seperti ini belum pernah digelar. Saya senang jika suatu saat nanti saya sudah tidak bertugas di Siak, masih mendengar festival ini terus diselenggarakan,” ujar Indra Purnama.
Tahun ini banyak cabang seni sastra yang dilombakan. Jika sebelumnya banyak cabang seni yang hanya dilombakan untuk masyarakat Kabupaten Siak, kali ini cukup banyak yang ruang lingkupnya di perluas, yakni se Provinsi Riau. Dalam lomba penulisan, yang pesertanya dibuka untuk masyarakat Riau adalah lomba cipta puisi, cipta cerpen, dan menulis naskah drama. Sedangkan yang khusus untuk masyarakat Siak adalah cipta pantun, cipta syair, dan cipta menulis cerita rakyat. Sedangkan untuk lomba baca puisi dan berbalas pantun tingkat pelajar, pesertanya khusus dari Siak. Sedangkan lomba baca puisi dan berbalas pantun tingkat umum, pesertanya untuk seluruh Riau.
Ketua Panitia Penyelanggara, Zulkarnain Al Idrus, menjelaskan, panitia menunjuk juri-juri yang tunak di bidangnya masing-masing untuk menjadi penilai dalam kegiatan ini. Mereka adalah seniman Riau yang sudah punya reputasi nasional, baik yang tinggal di Siak maupun di Pekanbaru, atau daerah lainnya di Riau.
Para juri itu adalah Marhalim Zaini, Murparsaulian, dan Zulkarnain Al Idrus (cipta puisi); Marhalim Zaini, Hary B Koriun, dan Murparsaulian (cipta cerpen); Marhalim Zaini, Hary B Koriun, dan Hang Kafrawi (cipta naskah drama); Hary B Koriun, Hang Kafrawi, dan Zulkarnain Al Idrus (nulis naskah drama). Kemudian Winda Harniati, Deni Afriadi, Zulkarnain Al Idrus (cipta pantun); Winda Harniati, Jefry Al Malay, dan Deni Irawan (cipta syair); Marhalim Zaini, Jefry Al Malay, dan Murpausalian (baca puisi tingkat pelajar dan umum); Deni Afriadi, Deni Irawan, dan Joko Saputra (berbalas pantun tingkat pelajar); dan Deni Afriadi, Deni Irawan, dan Susanto (berbalas pantun tingkat umum).
Zulkarnain menjelaskan, secara kuantitas, naskah-naskah yang masuk untuk lomba tulis dan para peserta untuk lomba baca puisi dan berbalas pantun meningkat dari sebelumnya. Ini kemungkinan karena beberapa lomba yang sebelumnya pesertanya hanya khusus untuk masyarakat Siak, dibuka untuk tingkat Riau. Sayangnya, kata lelaki yang juga seorang komika ini, secara kualitas relatif ada penurunan di banding penyelenggaraan sebelumnya, meski tak terlalu signifikan.
“Tapi soal kualitas itu relatif ya. Saya berterima kasih kepada semua yang mendukung kegiatan ini. Baik peserta, juri, panitia, dan dukungan penuh Disdik Kabupaten Siak,” ujar Zulkarnain kepada Riau Pos, Jumat (25/10/2024).
Sebagai salah seorang inisiator penyelenggaraan festival ini sejak awal, Zulkarnain menjelaskan, awalnya festival ini diselenggarakan untuk membantu mengasah dan memajukan para sastrawan dan budayawan Siak, baik bidang penciptaan sastra, deklamator, atau pantun. Namun seiring perkembangan, pihaknya juga ingin sastra Riau secara keseluruhan terbangun, makanya dibuka juga ruang lomba untuk wilayah Riau. Namun, kata dia, tetap ada lomba khusus untuk putra-putri Siak, agar tunas-tunas tetap bermekaran di sana.
Menurut dia, memang ada penulis dan talenta yang muncul dan bertahan secara signifikan, namun ada juga yang malah kualitasnya menurun. Yang kelihatan dalam lomba penulisan. Bahkan ada peserta yang sebelumnya rajin ikut dan beberapa kali jadi juara, kemudian dalam iven berikutnya gagal, lalu tidak ikut lagi. Menghilang. Namun, Zulkarnain senang karena setiap tahun FSSJ selalu ditunggu oleh banyak sastrawan. Bahkan ada yang sudah lama mempersiapkan karya untuk ikut iven ini.
Zulkarnain berharap, festival sastra ini selalu ada setiap tahunnya, meskipun nanti ke depan polanya bisa saja berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena, menurutnya, dengan adanya festival inilah mengasah daya kemampuan kepenulisan para sastrawan atau calon-calon, untuk terus berkarya. Dia ingin setiap tahun penyelenggaraannya selalu ada hal baru yang menjadi daya tarik.
“Sehingga makin hari diharapkan karya kawan-kawan makin baik, dan muncul penulis-penulis baru dari Siak yang menerbitkan karya-karya sastranya ke laman yang lebih luas,” ujar lelaki yang juga Ketua DKS ini.
Pada bagian lain, salah seorang yang juga inisiator penyelenggaraan FSSJ, Marhalim Zaini, juga mengaku senang karena FSSJ bisa bertahan sampai ke tahun keempat ini. Dia bersyukur ada orang seperti Zulkarnain Al Idrus yang bekerja keras agar kegiatan ini terus disetujui penyelenggaraannya setiap tahun dengan mengawal anggarannya agar selalu masuk dalam APBD Siak. Selain itu, Marhalim juga mengapresiasi Pemkab Siak yang telah secara konsisten memberi dukungan. Artinya, kata dia, melalui Disdikbud Siak, Pemkab Siak punya visi kebudayaan yang jelas.
Ketua Suku Seni Riau itu menilai, dari segi kualitas, ada peningkatan, meskipun tidak dalam semua bidang. Misalnya pada puisi dan cerpen, mengalami peningkatan. Secara kuantitas, begitu juga. Sebagian bidang naik, sebagian yang lain agak turun. Misalnya penulisan naskah drama, pesertanya masih bertahan yang lama. Dia mengusulkan, ke depan perlu ada upaya pembinaan lain, misalnya diadakan pelatihan penulisan naskah drama.
Ke depan, dia mengusulkan ada inovasi dalam penyelenggaraan FSSJ ini. Usulan itu sebenarnya sudah pernah disampaikannya, yakni menyelenggarakan beberapa kegiatan, yang tidak hanya lomba. Misalnya ada seminar, pelatihan, pameran buku, dan lomba. Karena target Pemkab Siak adalah pembinaan sastra, jadi lomba memang menjadi salah satu kegiatan yang harus ada. Mungkin di tahun kelima, kegiatan bisa lebih variatif.
Penyelenggara juga harus terus melakukan inovasi tersebut. Juga evaluasi dari tahun ke tahun penyelenggaraan. Apakah target dan sasarannya telah sampai, perluasan skop lomba, dll. Dan itu, kata dia, telah dilakukan juga. Misalnya penambahan cabang lomba, baik sastra modern maupun sastra lama.
Marhalim berharap apa yang dilakukan Pemkab Siak dan DKS ini bisa diikuti oleh kabupaten/kota lain di Riau. Pada beberapa momen, katanya, dia sampaikan ke beberapa pegiat sastra di daerah lain. Tapi belum terwujud.
“Saat ini pun saya masih terus komunikasi. Kemungkinan juga nanti di Kampar. Di Bengkalis nanti juga akan digelar festival, tapi tidak spesifik sastra, yakni Riau Mangrove Art Festival, di awal tahun 2025. Tapi sastra tentu menjadi salah satu bagian di dalamnya,” ujar sastrawan yang tunak di banyak genre ini.***
Laporan HARY B KORIUN, Siak Sriindrapura