PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Buku kumpulan puisi Hindia, Sebentang Peta Kumal karya Boy Riza Utama dibedah dalam Bincang Buku Sastra yang digelar Rumah Kreatif Suku Seni Riau, Jumat (19/9/2025). Acara ini dihadiri puluhan pegiat sastra, akademisi, dan pecinta buku, dengan menghadirkan dua pembahas, yakni penyair-akademisi Murparsaulian dan sastrawan muda Joni Hendri.
Murparsaulian menilai, membaca puisi-puisi Boy ibarat menyusuri ulang sejarah kolonialisme Belanda di Nusantara. “Dengan gaya khasnya, Boy membentangkan ‘peta kumal’ sejarah, dari Sumatera, Riau, Jawa, hingga jejak di Belanda. Ia menghadirkannya dalam ruang batin penyair masa kini,” ujarnya.
Boy yang lahir di Bukittinggi dan besar di Pekanbaru, menurut Mur, berhasil meramu dialog imajiner dengan tokoh-tokoh sejarah seperti Elisa Netscher, Kapitan Yonker, hingga Ratu Wilhelmina. Puisi-puisinya juga menyentuh sisi lokal, seperti Toponimi Riau dan Toponimi Pekanbaru, yang merekam ingatan kolektif Melayu.
Sementara itu, Joni Hendri menyoroti gaya Boy yang memindahkan idiom sejarah ke dalam diksi puitis. “Puisi-puisinya mengajak kita mengingat sejarah, bukan sebagai data kaku, tetapi sebagai ruang batin yang hidup. Dari narasi Padri, pacu jalur, hingga kolonialisme Belanda, semua dihadirkan dengan bahasa yang unik,” jelasnya.
Kepala Suku Seni, Marhalim Zaini, menambahkan bahwa diskusi buku seperti ini penting untuk menumbuhkan minat baca dan memperkaya tafsir karya sastra. “Sejarah dalam puisi adalah percakapan yang terus hidup. Buku Boy ini mengingatkan kita agar tidak melupakan jejak masa lalu,” ujarnya.
Buku Hindia, Sebentang Peta Kumal yang terbit pada 2020 menghimpun 61 puisi Boy Riza. Dalam acara tersebut, 20 peserta terpilih mendapatkan buku gratis sebagai apresiasi.