JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kondisi Gaza kian memprihatinkan. Di saat gempuran pasukan militer zionis Israel masih terus berlangsung, sejumlah negara justru memutuskan menghentikan dukungan keuangan terhadap United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA).
Hal ini turut disinggung Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam pertemuannya dengan Menlu Belanda Hanke Bruins Slot, di Den Haag, Belanda, Rabu (31/1). Awalnya, Retno menyampaikan kekhawatiran yang sangat dalam mengenai semakin memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.
Ia kemudian menyinggung soal beberapa negara donor, termasuk Belanda yang melakukan suspense dukungan keuangannya terhadap UNRWA. ‘’Pembekuan dukungan keuangan terhadap UNRWA akan sangat memperburuk situasi kemanusiaan yang memang saat ini sudah sangat buruk,’’ ujarnya dalam keterangan resminya, Kamis (1/2).
Retno pun menegaskan, pentingnya ada investigasi yang komprehensif, kredibel, dan transparan untuk segera dilakukan mengenai tuduhan keterlibatan sejumlah personel UNRWA dalam serangan 7 Oktober 2023. Sehingga, semua akan lebih jelas. ‘’Di dalam diskusi, pentingnya investigasi juga ditekankan oleh Menlu Belanda dan Belanda menekankan dukungannya terhadap two state solution,’’ ungkapnya.
Sebagai informasi, Israel sempat menuduh adanya staf UNRWA yang terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Serangan ini kemudian mematik agresi brutal tentara Israel ke Jalur Gaza Palestina hingga hari ini yang telah menewaskan lebih dari 26.400 warga sipil.
Usai merebaknya isu tersebut, sejumlah negara donor pun memutuskan untuk menghentikan bantuan keuangan terhadap lembaga PBB tersebut. Selain Belanda, negara yang menghentikan bantuannya antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Selain isu Palestina, kedua menlu juga membahas mengenai Plan of Action atau Rencana Aksi untuk 2024-2025 yang ditandatangani kedua menlu di Jakarta pada Oktober tahun lalu. Dalam pertemuan tersebut, Retno menekankan kembali beberapa prioritas kerja sama bilateral, antara lain transisi energi, industri digital, dan juga pengembalian barang-barang bersejarah Indonesia.
Retno juga menegaskan, pentingnya kedua negara untuk terus bekerja sama di dalam memperkuat produksi kelapa sawit yang berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, 14 persen dari total ekspor Indonesia ke Belanda berupa kelapa sawit.
”Dalam konteks kerja sama bilateral, Menlu Belanda juga menyampaikan kembali komitmen untuk bekerja sama di dalam konteks pembangunan ibukota baru terutama terkait dengan perairan dan sustainable city,” paparnya. Selain itu, Belanda juga menyampaikan dukungan penuh bagi aplikasi Indonesia untuk menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Pembahasan juga berlanjut mengenai negosiasi yang sedang dilakukan Indonesia dengan Uni Eropa terkait dengan CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement. Sejak 2016, sudah dilakukan 16 kali putaran perundingan dan diharapkan negosiasi akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Di mana, putaran ke-17 perundingan akan dilakukan bulan Februari 2024 di Indonesia.
”Saya tekankan prinsip saling menguntungkan menjadi pedoman di dalam negosiasi. Spirit inilah yang perlu terus dijaga dalam penyelesaian negosiasi,” tegasnya.
Retno pun kembali menyampaikan beberapa kebijakan Uni Eropa yang dinilai merugikan Indonesia, termasuk terkait kelapa sawit dan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR). Dia menegaskan, bahwa komitmen untuk melakukan hilirisasi industri akan terus dilakukan oleh Indonesia. Oleh karenanya, dia berharap Belanda akan dapat terus memberikan dukungan terhadap negosiasi Indonesia-EU CEPA ini.(mia/jpg)