JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, gelaran Formula E di Jakarta akan membawa dampak ekonomi cukup besar. Terlebih berdasarkan riset, angka penggemar Formula E di Indonesia lumayan banyak.
"Formula E fans di Indonesia ada 3,3 juta orang, dan ini 54 persen ada di Jakarta, Banten, dan West Java," kata Dwi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (14/2).
Banyaknya fans Formula E, kata Dwi, berdampak langsung terhadap perekonomian. Diperkirakan, dampak langsungnya bisa mencapai Rp600 miliar.
"Dampak ekonominya ini sudah diriset, yang riil itu antara Rp500-600 miliar, ini yang direct yah," imbuh Dwi.
Angka tersebut dianggap masuk akal apabila dibandingkan dengan total pengunjung lokal maupun mancanegara. Pasalnya, tim dari Federation Internationale I’Automobile (FIA) selaku penyelanggara akan memboyong dua ribu orang ke Indonesia.
Mereka akan tinggal di Jakarta setidaknya selama satu pekan. Angka tersebut belum termasuk wisatawan mancanegara (wisman) maupun lokal yang bermalam di Jakarta.
"Dari tim BI (Bank Indonesia) menghitung dampak GDP (Gross Domestic Product) 0,02 persen hanya pada tanggal 6 itu saja. Besar sekali itu ya, GDP kita aja sepekan sekitar 0,08 persen, ini dalam sehari 0,02 persen," jelas Dwi.
"Itu yang belum termasuk media coverage. Bagaimana kita seandainya mengkapanyekan Monas di-popup-ads yang ditonton 140 negara dalam waktu 45 menit," tambahnya.
Oleh karena itu, Jakpro akan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk event ini. Sehingga gelaran ini tidak hanya untuk Jakarta, tapi bisa berdampak luas untuk Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi turut menjelaskan Penyertaan Modal Daerah (PMD) yang digunakan untuk Formula E. Jakpro mengajukan PMD sebanyak Rp767 miliar kepada DPRD DKI Jakarta. Dengan rincian, Rp344 miliar untuk pembangunan infrastruktur dan Rp423 miliar untuk bank garansi atau commitment fee.
"Bank garansi ini duit yang enggak hilang. Kalau acaranya sudah selesai uang ini akan kembali," tegasnya.
Menurut Dwi, angka sebesar itu sebanding dengan dampak dari event yang akan digelar. Selain itu, infrastruktur yang dibangun dan ditinggalkan usai event ini berakhir, masih bisa dimanfaatkan 15 hingga 20 tahun ke depan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi