RIAUPOS.CO – Diskusi mengenai solusi tantangan ekonomi di tengah keterbatasan anggaran daerah Riau dihelat di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (10/12). Kegitan yang digelar Bisnis Indonesia tersebut menghadirkan Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Riau Abdul Madian, Penasihat Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau Viator Butarbutar dan Ekonom Universitas Riau Dahlan Tampubolon.
Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Riau Abdul Madian menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Riau tahun ini mengalami penurunan dari 4,2 persen pada 2023 menjadi tiga persen pada 2024.
“Kita tidak ingin terjebak pada kutukan 3 persen. Riau harus mengoptimalkan potensinya, termasuk mendorong hilirisasi kelapa dan karet, serta memanfaatkan infrastruktur seperti Tol Sumatera untuk mengembangkan bisnis logistik,” ujarnya.
Madian juga memaparkan, tujuh tantangan utama ekonomi Riau, seperti terbatasnya dukungan UMKM, defisit anggaran, kerusakan lingkungan, dan ketergantungan terhadap sumber daya alam.
“Diversifikasi ekonomi menjadi kunci, terutama dengan fokus pada ekonomi hijau, transformasi digital, serta penguatan SDM dan UMKM,” katanya dalam Forum Bisnis Indonesia Economic Outlook (BIEO) 2025.
Realisasi investasi di Riau, yang mencapai Rp87 triliun pada 2023, menjadi sinyal positif.
Namun, Madian memperingatkan, tantangan investasi, seperti infrastruktur jalan yang belum memadai, masih menjadi penghambat utama.
Sementara itu, dari sisi dunia usaha, Penasihat Apindo Riau Viator Butarbutar menyoroti pentingnya memperbaiki kualitas faktor pendorong ekonomi.
“Riau kaya, tapi pertumbuhan ekonominya hanya berkisar di angka 3 sampai 4 persen. Tantangan ini harus diatasi dengan memperbaiki iklim investasi dan mendukung usaha kecil yang masih kalah bersaing dengan ritel besar,” jelas Viator.
Menurut dia, Riau tidak bisa lagi sepenuhnya bergantung pada dana transfer pusat. Riau harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola sumber daya lokal.
Sementara itu, kalangan akademisi Universitas Riau Dahlan Tampubolon menambahkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 diperkirakan di angka 5,3 sampai 5,5 persen sementara Riau optimistis dapat tumbuh hingga 4,3 persen.
“Namun, Riau harus berhati-hati dengan risiko global, seperti perlambatan ekonomi Cina, perubahan iklim dan kebijakan PPN yang dapat menekan daya beli masyarakat,” paparnya.
Dahlan juga menyoroti perlunya transformasi ekonomi Riau menuju ekonomi hijau, termasuk melalui pemanfaatan limbah sawit untuk biogas dan pengembangan UMKM berbasis digital.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, seluruh pemangku kepentingan di forum ini sepakat bahwa inovasi, kolaborasi, dan diversifikasi ekonomi adalah kunci untuk menjaga pertumbuhan Riau di masa depan.
Forum Diskusi Bisnis Indonesia Economic Outlook (BIEO) 2025 ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk bersama-sama menjawab tantangan ekonomi pada 2025.(eca)
Laporan Siti Azura, Pekanbaru