Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Gedung Putih Ikut Terseret Kasus Hubungan Trump dengan Zelensky

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sasaran kemarahan Partai Demokrat kini bukan hanya Presiden AS Donald Trump. Namun, juga pejabat-pejabat senior di Gedung Putih. Diibaratkan mereka bersekongkol untuk menutup aib dan pelanggaran kepala negara.

Semua tudingan tersebut berasal dari laporan whistle-blower yang akhirnya dirilis ke khalayak umum Kamis lalu (26/9). Menurut pelapor, petinggi di dalam kabinet Trump berusaha menutupi kasus hubungan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dari informasi yang dihimpun, banyak pejabat dan staf gedung putih yang berada di ruang rapat khusus kepresidenan pada insiden 25 Juli. Mereka mengira bahwa percakapan telepon Trump hanyalah seputar ucapan selamat atas kemenangan Partai Servant of the People dalam pemilu parlemen. Mereka kaget ketika Trump mengungkit masalah Hunter Biden dan menyebut nama Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump.

"Saya mendengar dari beberapa sumber bahwa pejabat tinggi Gedung Putih mencoba untuk mengunci semua laporan dan rekaman percakapan," tulisnya.

Dokumen tersebut dipindahkan dari server yang biasanya mendokumentasikan percakapan presiden menuju server tertutup. Server tersebut merupakan tempat penyimpanan dokumen-dokumen rahasia negara paling sensitif.

Baca Juga:  PP Nomor 63 Tahun 2019 Harus Terus Disosialisasikan

Pelapor juga menceritakan peran Giuliani dalam kegiatan itu. Ternyata, mantan wali kota New York tersebut berhubungan langsung dengan beberapa pejabat Ukraina untuk menyelidiki borok Biden. Lingkaran Gedung Putih tahu tentang manuver tersebut.

"Ini jelas upaya menutupi (kesalahan kepala negara, Red)," ungkap Ketua Dewan Perwakilan AS Nancy Pelosi kepada Agence France-Presse.

Adam Schiff, Ketua Komite Intelijen Dewan Perwakilan AS, ikut mencerca Director of National Intelligence Joseph Maguire dalam sesi kesaksian. Dia menganggap Maguire ikut menutupi pelanggaran presiden. Pasalnya, Maguire sempat menahan dokumen aduan dan percakapan saat diminta kongres.

Maguire menjelaskan bahwa dirinya harus berhati-hati menangani dokumen tersebut karena hak eksekutif presiden. Mantan petinggi Angkatan Laut AS itu juga menegaskan bahwa pengadu sudah bertindak sesuai prosedur.

"Saya yakin mereka bertindak atas niat yang mulia," ungkap dia seperti dilansir New York Times.
 
Beberapa politikus Republik di Capitol Hill pun mulai meragukan kredibilitas Trump. Will Hurd mengatakan bahwa dokumen tersebut bisa jadi hanya secuplik dari masalah Gedung Putih yang diadukan namun tak sampai ke telinga publik. Dia pun meminta semua tuduhan bisa diselidiki.

Baca Juga:  Senin Pagi Jokowi dan Abah Kenalkan Kabinet Baru, Ini Komposisinya

Kubu Trump pun kacau. Menurut sumber terdekat, Trump terlihat tak fokus dalam beberapa hari terakhir. Dia bahkan sempat meminta identitas whistle-blower dalam percakapan tertutup.

"Saya ingin tahu siapa orangnya dan siapa yang memberi orang itu informasi. Karena itu sama seperti mata-mata," ungkap dia menurut rekaman suara yang dirilis Los Angeles Times.

Beruntung, sampai saat ini Maguire masih melindungi sang pelapor. Dalam kesaksiannya, pemimpin semua lembaga intelijen AS itu mengaku bahwa pelapor meminta identitasnya dirahasiakan. Satu-satunya informasi yang bocor adalah dia merupakan petugas Central Intelligence Agency (CIA) AS.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sasaran kemarahan Partai Demokrat kini bukan hanya Presiden AS Donald Trump. Namun, juga pejabat-pejabat senior di Gedung Putih. Diibaratkan mereka bersekongkol untuk menutup aib dan pelanggaran kepala negara.

Semua tudingan tersebut berasal dari laporan whistle-blower yang akhirnya dirilis ke khalayak umum Kamis lalu (26/9). Menurut pelapor, petinggi di dalam kabinet Trump berusaha menutupi kasus hubungan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

- Advertisement -

Dari informasi yang dihimpun, banyak pejabat dan staf gedung putih yang berada di ruang rapat khusus kepresidenan pada insiden 25 Juli. Mereka mengira bahwa percakapan telepon Trump hanyalah seputar ucapan selamat atas kemenangan Partai Servant of the People dalam pemilu parlemen. Mereka kaget ketika Trump mengungkit masalah Hunter Biden dan menyebut nama Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump.

"Saya mendengar dari beberapa sumber bahwa pejabat tinggi Gedung Putih mencoba untuk mengunci semua laporan dan rekaman percakapan," tulisnya.

- Advertisement -

Dokumen tersebut dipindahkan dari server yang biasanya mendokumentasikan percakapan presiden menuju server tertutup. Server tersebut merupakan tempat penyimpanan dokumen-dokumen rahasia negara paling sensitif.

Baca Juga:  Yang Istimewa untuk Sutardji

Pelapor juga menceritakan peran Giuliani dalam kegiatan itu. Ternyata, mantan wali kota New York tersebut berhubungan langsung dengan beberapa pejabat Ukraina untuk menyelidiki borok Biden. Lingkaran Gedung Putih tahu tentang manuver tersebut.

"Ini jelas upaya menutupi (kesalahan kepala negara, Red)," ungkap Ketua Dewan Perwakilan AS Nancy Pelosi kepada Agence France-Presse.

Adam Schiff, Ketua Komite Intelijen Dewan Perwakilan AS, ikut mencerca Director of National Intelligence Joseph Maguire dalam sesi kesaksian. Dia menganggap Maguire ikut menutupi pelanggaran presiden. Pasalnya, Maguire sempat menahan dokumen aduan dan percakapan saat diminta kongres.

Maguire menjelaskan bahwa dirinya harus berhati-hati menangani dokumen tersebut karena hak eksekutif presiden. Mantan petinggi Angkatan Laut AS itu juga menegaskan bahwa pengadu sudah bertindak sesuai prosedur.

"Saya yakin mereka bertindak atas niat yang mulia," ungkap dia seperti dilansir New York Times.
 
Beberapa politikus Republik di Capitol Hill pun mulai meragukan kredibilitas Trump. Will Hurd mengatakan bahwa dokumen tersebut bisa jadi hanya secuplik dari masalah Gedung Putih yang diadukan namun tak sampai ke telinga publik. Dia pun meminta semua tuduhan bisa diselidiki.

Baca Juga:  Heboh Deportasi UAS, Ketua MUI Pusat Ngaku Juga Pernah Dipersulit

Kubu Trump pun kacau. Menurut sumber terdekat, Trump terlihat tak fokus dalam beberapa hari terakhir. Dia bahkan sempat meminta identitas whistle-blower dalam percakapan tertutup.

"Saya ingin tahu siapa orangnya dan siapa yang memberi orang itu informasi. Karena itu sama seperti mata-mata," ungkap dia menurut rekaman suara yang dirilis Los Angeles Times.

Beruntung, sampai saat ini Maguire masih melindungi sang pelapor. Dalam kesaksiannya, pemimpin semua lembaga intelijen AS itu mengaku bahwa pelapor meminta identitasnya dirahasiakan. Satu-satunya informasi yang bocor adalah dia merupakan petugas Central Intelligence Agency (CIA) AS.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari