MERANTI (RIAUPOS.CO) – Sanggar Bathin Galang Desa Bokor, Kabupaten Kepulauan Meranti akan menggelar Bokor World Music Festival (BWMF).
Ketua Sanggar Bathin Galang Sopandi SSos kepada Riau Pos Sabtu, (7/9) mengungkapkan, helat tersebut akan dilaksanakan 19-21 November 2019 mendatang. Ditargetkan kegiatan tersebut akan mendatangkan 1.000 orang pengunjung dan peserta.
Dari rencananya, menurut Sopandi, helat itu juga akan dilaksanakan tepat di dalam hutan mangrove. Selain mengundang tamu dari dalam negeri, pihaknya juga mengundang tamu dari mancanegara.
“Insya Allah. Saat ini persiapan mulai matang. Rencanaya kita bangun panggung sederhana di tengah hutan bakau. Tamu dari luar Meranti tahun ini juga akan kita undang. Mulai dari Aceh, Solo Jawa tengah, dan dari kelompok seni dalam Provinsi Riau. Khusus untuk mancanegara, kami juga undang tamu dari Singapura, Malaysia, hingga Thailand,” ujarnya.
Dalam menyukseskan agenda tersebut saat ini pihaknya sedang mengajukan dukungan dari Pemprov Riau. “Namun dukungan itu belum ada jawaban dari pihak Pemprov Riau. Mudah-mudahan disetujui,” tambahnya.
Menanggapi rencana tersebut, Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti H Said Hasyim, mewakili pemerintah daerah mengucapkan apresiasi. Terutama kepada Sanggar Bathin Galang yang tak pernah lelah berupaya mempromosikan tradisi, budaya, dan objek wisata yang ada di desa mereka hingga ke tingkat internasional.
“Saya sangat mengapresiasi agenda tahunan itu sebagai bentuk upaya bersama melestarikan kearifan lokal, khususnya di Desa Bokor yang tidak pernah absen mengangkat potensi lokal daerahnya,” ujarnya.
Salah satu keunikan yang keprap diangkat yaitu tradisi lari di atas tual sagu yang telah berhasil meraih Rekor MURI Tahun 2015 lalu.
Tambah Said Hasyim, perlu disadari atau tanpa disadari budaya sebagai identitas bangsa lahir dari seni dan tradisi. Dan atas peran seniman tradisional lah identitas bangsa ini selalu terpelihara.
Itu merupakan tantangan berat yang harus diupayakan oleh seniman salah satunya menyosialisasikan seni budaya kepada masyarakat agar lebih mencintai kebudayaanya sendiri. “Kita harap melalui tangan para seniman tradisional akar budaya Indoneisa yang menjadi identitas bangsa tidak lekang dimakan zaman,” ungkapnya.(*4)