Kamis, 19 September 2024

Gelisah Tiap Hujan Datang

Hujan deras yang belakangan mengguyur Kota Pekanbaru membuat sebagian warga ketar-ketir. Tidur pun jadi tak nyenyak dan khawatir. Memikirkan nasib rumah mereka yang akan dibenam oleh banjir. Bahkan ada perumahan langganan banjir yang sudah ditinggalkan penghuninya. Dari 100 KK, 70 KK di antaranya sudah mengungsi. Hanya tersisa 30 KK saja.

RIAUPOS.CO – Setiap hujan turun, hati Ilham selalu resah dan gelisah. Namun, ia hanya bisa pasrah. Karena bagaimana pun, ia tak bisa membendung tingginya air yang masuk ke dalam rumahnya. Bertempat tinggal di Jalan Cengkeh, Perumahan Pesona Harapan Indah, Mande Villa, dalam sebulan, rumah Ilham dan warga sekitar bisa beberapa kali direndam banjir.

“Kalau hujan deras, pasti perumahan banjir. Satu atau dua jam saja hujan deras, perumahan pasti banjir karena air sungai meluap,” ujarnya kepada Riau Pos.

Kedalaman air banjirnya juga cukup untuk menenggelamkan perabotan dan barang berharga miliknya. Kepada Riau Pos, ia menggambarkan bahwa kedalaman air sekira selutut orang dewasa atau sekitar setengah meter. Tak terhitung pula jumlah kerugian yang telah ia alami semenjak rutin diterpa banjir dari tahun 2018 hingga saat ini.  

- Advertisement -

‘’Terakhir banjir bulan puasa. Selama sebulan, dua kali kebanjiran setinggi lutut. Kalau kerugian banyak. Misalnya mesin cuci dan kulkas. Banyak lagi kerugian yang lainya,” terangnya lagi.

Bukan hanya itu, banjir yang menggenang biasanya tidak surut dalam hitungan jam. Melainkan berhari-hari kemudian. Kalau surut kadang mau sampai 3 hari baru surut. Warga pun banyak yang kabur.

- Advertisement -
Baca Juga:  Dumai Produksi 50 Ton Sampah per Hari

Ilham mengaku, dari 100 KK yang menempati area tersebut, kini hanya tersisa sekitar 30-an KK saja. Penghuni lain katanya merasa tak tahan dengan hidup dengan bayang-bayang banjir yang bisa datang kapan saja. Namun, Ilham dan warga lain yang bertahan tak bisa berbuat banyak.

“Karena gak ada pilihan lain untuk pindah. Kalau pindah pasti kan harus keluarin uang lagi,” ujarnya.

Dari awal tinggal di sana, Ilham mengaku tak tahu bahwa daerah tersebut rawan banjir. Pihak perumahan tak memberi clue tentang itu.

‘’Katanya bebas banjir. Bebas banjirnya masuk ke perumahan,” kelakarnya.

Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru belum melakukan upaya konkret untuk mengatasi persoalan banjir di wilayah mereka, utamanya di Kota Pekanbaru.

“Kalau dari pemerintah ada sedikit (upayanya, red). Tapi tetap masih banjir. Kalau tindakan langsung dari developernya nggak ada dan nggak pernah datang,” sambungnya lagi.

Adapun upaya yang pernah dilakukan Pemko di wilayah tersebut hanya sekadar melakukan pengerukan sungai saja.

‘’Setelah itu nggak ada lagi tindakannya,” terangnya.

Ia menilai, seharusnya pemerintah dan developer bisa bertanggung jawab atas kerugian yang mereka alami karena banjir.

“Bukannya diam. Solusinya perumahan harus pindah lokasi karena rawan banjir,” tegasnya.

Sebenarnya kondisi ini terjadi di beberapa titik lain. Bahkan di tengah kota. Di antaranya di bawah flyover di Jalan Sudirman -Imam Munandar, Soekarno-Hatta, Tobek Godang, HR Soebrantas dan wilayah-wilayah lain yang dekat dengan sungai serta minim drainase.

Baca Juga:  Kasus Baru Masih Bermunculan

Tiap kali hujan, tak jarang puluhan kendaraan yang melintas mengalami kesulitan. Karena kedalaman air yang cukup untuk merendam kendaraan mereka. Di titik-titik tersebut juga sering terlihat pengendara roda dua mengalami mati mesin. Mereka terpaksa mendorong motor dan melakukan upaya sebisanya untuk menyalakan kembali mesin yang sudah kemasukan air.

Pengalaman tak menyenangkan itu pernah dialami salah seorang warga Panam bernama Tari (30). Saat dirinya melintas di bawah flyover Jalan Sudirman-Imam Munandar, motor yang dibawanya terendam hampir setengah. Ia pun panik dan kebingungan menghadapi situasi tersebut. Sebab tak menyangka bahwa banjirnya bisa separah itu.

“Cukup trauma dengan pengalaman itu. Apalagi kondisinya malam hari pulak. Pulang kerja. Selain saya, ada puluhan motor lain yang juga mogok dan rusak,” kenangnya.

Akibatnya, motornya pun terpaksa harus dibawa ke bengkel karena piston chamber-nya dimasuki air. Kini, setiap hujan turun, ia mengaku cukup trauma untuk melewati titik-titik yang rawan banjir. Namun, mau tak mau ia harus tetap melewatinya mengingat tempat kerjanya berada di wilayah tersebut.

Ia berharap, banjir yang telah merugikan warga tersebut bisa diatasi sesegera mungkin oleh pemerintah. Solusi pasti sangat dinanti.

‘’Harus nunggu apa lagi? Korban jiwa dan materi sudah banyak karena banjir. Ayolah pemerintah, cepat selesaikan masalah ini. Biar kami bisa tenang walaupun hujan datang,” harapnya.(muh)

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru

 

Hujan deras yang belakangan mengguyur Kota Pekanbaru membuat sebagian warga ketar-ketir. Tidur pun jadi tak nyenyak dan khawatir. Memikirkan nasib rumah mereka yang akan dibenam oleh banjir. Bahkan ada perumahan langganan banjir yang sudah ditinggalkan penghuninya. Dari 100 KK, 70 KK di antaranya sudah mengungsi. Hanya tersisa 30 KK saja.

RIAUPOS.CO – Setiap hujan turun, hati Ilham selalu resah dan gelisah. Namun, ia hanya bisa pasrah. Karena bagaimana pun, ia tak bisa membendung tingginya air yang masuk ke dalam rumahnya. Bertempat tinggal di Jalan Cengkeh, Perumahan Pesona Harapan Indah, Mande Villa, dalam sebulan, rumah Ilham dan warga sekitar bisa beberapa kali direndam banjir.

“Kalau hujan deras, pasti perumahan banjir. Satu atau dua jam saja hujan deras, perumahan pasti banjir karena air sungai meluap,” ujarnya kepada Riau Pos.

Kedalaman air banjirnya juga cukup untuk menenggelamkan perabotan dan barang berharga miliknya. Kepada Riau Pos, ia menggambarkan bahwa kedalaman air sekira selutut orang dewasa atau sekitar setengah meter. Tak terhitung pula jumlah kerugian yang telah ia alami semenjak rutin diterpa banjir dari tahun 2018 hingga saat ini.  

‘’Terakhir banjir bulan puasa. Selama sebulan, dua kali kebanjiran setinggi lutut. Kalau kerugian banyak. Misalnya mesin cuci dan kulkas. Banyak lagi kerugian yang lainya,” terangnya lagi.

Bukan hanya itu, banjir yang menggenang biasanya tidak surut dalam hitungan jam. Melainkan berhari-hari kemudian. Kalau surut kadang mau sampai 3 hari baru surut. Warga pun banyak yang kabur.

Baca Juga:  Hari Ini, Technical Meeting di Puswil

Ilham mengaku, dari 100 KK yang menempati area tersebut, kini hanya tersisa sekitar 30-an KK saja. Penghuni lain katanya merasa tak tahan dengan hidup dengan bayang-bayang banjir yang bisa datang kapan saja. Namun, Ilham dan warga lain yang bertahan tak bisa berbuat banyak.

“Karena gak ada pilihan lain untuk pindah. Kalau pindah pasti kan harus keluarin uang lagi,” ujarnya.

Dari awal tinggal di sana, Ilham mengaku tak tahu bahwa daerah tersebut rawan banjir. Pihak perumahan tak memberi clue tentang itu.

‘’Katanya bebas banjir. Bebas banjirnya masuk ke perumahan,” kelakarnya.

Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru belum melakukan upaya konkret untuk mengatasi persoalan banjir di wilayah mereka, utamanya di Kota Pekanbaru.

“Kalau dari pemerintah ada sedikit (upayanya, red). Tapi tetap masih banjir. Kalau tindakan langsung dari developernya nggak ada dan nggak pernah datang,” sambungnya lagi.

Adapun upaya yang pernah dilakukan Pemko di wilayah tersebut hanya sekadar melakukan pengerukan sungai saja.

‘’Setelah itu nggak ada lagi tindakannya,” terangnya.

Ia menilai, seharusnya pemerintah dan developer bisa bertanggung jawab atas kerugian yang mereka alami karena banjir.

“Bukannya diam. Solusinya perumahan harus pindah lokasi karena rawan banjir,” tegasnya.

Sebenarnya kondisi ini terjadi di beberapa titik lain. Bahkan di tengah kota. Di antaranya di bawah flyover di Jalan Sudirman -Imam Munandar, Soekarno-Hatta, Tobek Godang, HR Soebrantas dan wilayah-wilayah lain yang dekat dengan sungai serta minim drainase.

Baca Juga:  Polisi Amankan Dua Butir Peluru Ditemukan di Motor Pelaku Bom Bunuh Diri

Tiap kali hujan, tak jarang puluhan kendaraan yang melintas mengalami kesulitan. Karena kedalaman air yang cukup untuk merendam kendaraan mereka. Di titik-titik tersebut juga sering terlihat pengendara roda dua mengalami mati mesin. Mereka terpaksa mendorong motor dan melakukan upaya sebisanya untuk menyalakan kembali mesin yang sudah kemasukan air.

Pengalaman tak menyenangkan itu pernah dialami salah seorang warga Panam bernama Tari (30). Saat dirinya melintas di bawah flyover Jalan Sudirman-Imam Munandar, motor yang dibawanya terendam hampir setengah. Ia pun panik dan kebingungan menghadapi situasi tersebut. Sebab tak menyangka bahwa banjirnya bisa separah itu.

“Cukup trauma dengan pengalaman itu. Apalagi kondisinya malam hari pulak. Pulang kerja. Selain saya, ada puluhan motor lain yang juga mogok dan rusak,” kenangnya.

Akibatnya, motornya pun terpaksa harus dibawa ke bengkel karena piston chamber-nya dimasuki air. Kini, setiap hujan turun, ia mengaku cukup trauma untuk melewati titik-titik yang rawan banjir. Namun, mau tak mau ia harus tetap melewatinya mengingat tempat kerjanya berada di wilayah tersebut.

Ia berharap, banjir yang telah merugikan warga tersebut bisa diatasi sesegera mungkin oleh pemerintah. Solusi pasti sangat dinanti.

‘’Harus nunggu apa lagi? Korban jiwa dan materi sudah banyak karena banjir. Ayolah pemerintah, cepat selesaikan masalah ini. Biar kami bisa tenang walaupun hujan datang,” harapnya.(muh)

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari