Jumat, 11 April 2025

Menko Airlangga Perkuat dan Perluas Kerja Sama RI-Belanda

DAVOS (RIAUPOS.CO) – Perdagangan bilateral Indonesia dan Belanda selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada 2020, nilai perdagangan bilateral tercatat mencapai 3,92 miliar dolar AS, di mana ekspor Indonesia mencapai 3,11 miliar dolar AS dan impor senilai 804,3 juta dolar AS.

Di sela-sela agenda World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos-Swiss, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Rabu (25/5) lalu. Pertemuan ini digelar untuk membahas hubungan kerja sama ekonomi kedua negara dan situasi global saat ini.

Menyoal perdagangan bilateral, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama antara lain minyak kelapa sawit 14 persen, produk kimia 12 persen, kopra dan produk turunannya 6 persen, minyak nabati atau hewani dan produk turunannya 6 persen, minyak bumi 5 persen. Kemudian cokelat, mentega, lemak dan minyak 3 persen, timah 3 persen, produk alas kaki 2 persen, serta asam dan produk turunannya 2 persen.

Baca Juga:  Ratusan Biker Ikuti Suzuki Saturday Night Riding Pekanbaru

Pada rentang 2016-2021, Belanda menjadi investor terbesar ke-5 dari total 157 negara yang berinvestasi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar 9,68 miliar dolar AS atau 5,43 persen dari total realisasi investasi asing. Investasi terbesar Belanda di Indonesia berada pada sektor listrik, gas, dan air 34 persen. Selanjutnya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi 19,2 persen, serta sektor pertambangan 16,7 persen.

Dalam kaitannya dengan investasi, Menko Airlangga juga menyampaikan reformasi regulasi terkait investasi di Indonesia. Selain itu juga disampaikan beberapa perhatian khusus terhadap dampak perekonomian akibat situasi geopolitik yang terjadi, dan juga beberapa isu penting bagi kedua negara seperti peningkatan akses pasar produk Indonesia dan kerja sama Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Belanda memiliki MoU on Cooperation in Sustainable Production of Palm Oil (2019) dan Technical Arrangement (2020). Implementation Plan NI-SCOPS juga telah disepakati pada 24 April 2020. Menko Airlangga juga mendorong peluang kerja sama di bidang semikonduktor, serta pengembangan investasi perusahaan Belanda di Indonesia, seperti Unilever pada sektor oleochemical di KEK Sei Mangkei, Philips pada sektor kesehatan, dan Frisian Flag untuk pembangunan pabrik Susu di Cikarang.

Baca Juga:  Toyota Siapkan Mobil 4Active

Di tingkat global, Menko Airlangga menyampaikan harapan untuk kehadiran PM Belanda di KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Dalam diskusi, PM Rutte menyampaikan harapannya agar proses investasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan Belanda akan semakin mudah dengan adanya reformasi struktural yang dapat meringkas waktu proses perizinan di Indonesia. Belanda juga membuka diri apabila Indonesia memberikan kesempatan berinvestasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi, termasuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda melalui beasiswa Nuffic-Neso. Di samping itu, Belanda juga menyediakan sistem pembelajaran daring menggunakan teknologi terkini.(adv)

Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Jakarta

DAVOS (RIAUPOS.CO) – Perdagangan bilateral Indonesia dan Belanda selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada 2020, nilai perdagangan bilateral tercatat mencapai 3,92 miliar dolar AS, di mana ekspor Indonesia mencapai 3,11 miliar dolar AS dan impor senilai 804,3 juta dolar AS.

Di sela-sela agenda World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos-Swiss, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Rabu (25/5) lalu. Pertemuan ini digelar untuk membahas hubungan kerja sama ekonomi kedua negara dan situasi global saat ini.

Menyoal perdagangan bilateral, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama antara lain minyak kelapa sawit 14 persen, produk kimia 12 persen, kopra dan produk turunannya 6 persen, minyak nabati atau hewani dan produk turunannya 6 persen, minyak bumi 5 persen. Kemudian cokelat, mentega, lemak dan minyak 3 persen, timah 3 persen, produk alas kaki 2 persen, serta asam dan produk turunannya 2 persen.

Baca Juga:  Mitra Taspen dan Asabri, Bank Bukopin Salurkan THR ASN

Pada rentang 2016-2021, Belanda menjadi investor terbesar ke-5 dari total 157 negara yang berinvestasi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar 9,68 miliar dolar AS atau 5,43 persen dari total realisasi investasi asing. Investasi terbesar Belanda di Indonesia berada pada sektor listrik, gas, dan air 34 persen. Selanjutnya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi 19,2 persen, serta sektor pertambangan 16,7 persen.

Dalam kaitannya dengan investasi, Menko Airlangga juga menyampaikan reformasi regulasi terkait investasi di Indonesia. Selain itu juga disampaikan beberapa perhatian khusus terhadap dampak perekonomian akibat situasi geopolitik yang terjadi, dan juga beberapa isu penting bagi kedua negara seperti peningkatan akses pasar produk Indonesia dan kerja sama Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Belanda memiliki MoU on Cooperation in Sustainable Production of Palm Oil (2019) dan Technical Arrangement (2020). Implementation Plan NI-SCOPS juga telah disepakati pada 24 April 2020. Menko Airlangga juga mendorong peluang kerja sama di bidang semikonduktor, serta pengembangan investasi perusahaan Belanda di Indonesia, seperti Unilever pada sektor oleochemical di KEK Sei Mangkei, Philips pada sektor kesehatan, dan Frisian Flag untuk pembangunan pabrik Susu di Cikarang.

Baca Juga:  Akibat Corona, Batam Rugi 1 Juta Dolar Amerika

Di tingkat global, Menko Airlangga menyampaikan harapan untuk kehadiran PM Belanda di KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Dalam diskusi, PM Rutte menyampaikan harapannya agar proses investasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan Belanda akan semakin mudah dengan adanya reformasi struktural yang dapat meringkas waktu proses perizinan di Indonesia. Belanda juga membuka diri apabila Indonesia memberikan kesempatan berinvestasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi, termasuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda melalui beasiswa Nuffic-Neso. Di samping itu, Belanda juga menyediakan sistem pembelajaran daring menggunakan teknologi terkini.(adv)

Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Menko Airlangga Perkuat dan Perluas Kerja Sama RI-Belanda

DAVOS (RIAUPOS.CO) – Perdagangan bilateral Indonesia dan Belanda selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada 2020, nilai perdagangan bilateral tercatat mencapai 3,92 miliar dolar AS, di mana ekspor Indonesia mencapai 3,11 miliar dolar AS dan impor senilai 804,3 juta dolar AS.

Di sela-sela agenda World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos-Swiss, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Rabu (25/5) lalu. Pertemuan ini digelar untuk membahas hubungan kerja sama ekonomi kedua negara dan situasi global saat ini.

Menyoal perdagangan bilateral, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama antara lain minyak kelapa sawit 14 persen, produk kimia 12 persen, kopra dan produk turunannya 6 persen, minyak nabati atau hewani dan produk turunannya 6 persen, minyak bumi 5 persen. Kemudian cokelat, mentega, lemak dan minyak 3 persen, timah 3 persen, produk alas kaki 2 persen, serta asam dan produk turunannya 2 persen.

Baca Juga:  Akibat Corona, Batam Rugi 1 Juta Dolar Amerika

Pada rentang 2016-2021, Belanda menjadi investor terbesar ke-5 dari total 157 negara yang berinvestasi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar 9,68 miliar dolar AS atau 5,43 persen dari total realisasi investasi asing. Investasi terbesar Belanda di Indonesia berada pada sektor listrik, gas, dan air 34 persen. Selanjutnya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi 19,2 persen, serta sektor pertambangan 16,7 persen.

Dalam kaitannya dengan investasi, Menko Airlangga juga menyampaikan reformasi regulasi terkait investasi di Indonesia. Selain itu juga disampaikan beberapa perhatian khusus terhadap dampak perekonomian akibat situasi geopolitik yang terjadi, dan juga beberapa isu penting bagi kedua negara seperti peningkatan akses pasar produk Indonesia dan kerja sama Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Belanda memiliki MoU on Cooperation in Sustainable Production of Palm Oil (2019) dan Technical Arrangement (2020). Implementation Plan NI-SCOPS juga telah disepakati pada 24 April 2020. Menko Airlangga juga mendorong peluang kerja sama di bidang semikonduktor, serta pengembangan investasi perusahaan Belanda di Indonesia, seperti Unilever pada sektor oleochemical di KEK Sei Mangkei, Philips pada sektor kesehatan, dan Frisian Flag untuk pembangunan pabrik Susu di Cikarang.

Baca Juga:  Resi Gudang Makin Diminati Pemilik Komoditas

Di tingkat global, Menko Airlangga menyampaikan harapan untuk kehadiran PM Belanda di KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Dalam diskusi, PM Rutte menyampaikan harapannya agar proses investasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan Belanda akan semakin mudah dengan adanya reformasi struktural yang dapat meringkas waktu proses perizinan di Indonesia. Belanda juga membuka diri apabila Indonesia memberikan kesempatan berinvestasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi, termasuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda melalui beasiswa Nuffic-Neso. Di samping itu, Belanda juga menyediakan sistem pembelajaran daring menggunakan teknologi terkini.(adv)

Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Jakarta

DAVOS (RIAUPOS.CO) – Perdagangan bilateral Indonesia dan Belanda selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada 2020, nilai perdagangan bilateral tercatat mencapai 3,92 miliar dolar AS, di mana ekspor Indonesia mencapai 3,11 miliar dolar AS dan impor senilai 804,3 juta dolar AS.

Di sela-sela agenda World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos-Swiss, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Rabu (25/5) lalu. Pertemuan ini digelar untuk membahas hubungan kerja sama ekonomi kedua negara dan situasi global saat ini.

Menyoal perdagangan bilateral, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama antara lain minyak kelapa sawit 14 persen, produk kimia 12 persen, kopra dan produk turunannya 6 persen, minyak nabati atau hewani dan produk turunannya 6 persen, minyak bumi 5 persen. Kemudian cokelat, mentega, lemak dan minyak 3 persen, timah 3 persen, produk alas kaki 2 persen, serta asam dan produk turunannya 2 persen.

Baca Juga:  Garuda Segera Disuntik PMN Rp7,5 Triliun

Pada rentang 2016-2021, Belanda menjadi investor terbesar ke-5 dari total 157 negara yang berinvestasi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar 9,68 miliar dolar AS atau 5,43 persen dari total realisasi investasi asing. Investasi terbesar Belanda di Indonesia berada pada sektor listrik, gas, dan air 34 persen. Selanjutnya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi 19,2 persen, serta sektor pertambangan 16,7 persen.

Dalam kaitannya dengan investasi, Menko Airlangga juga menyampaikan reformasi regulasi terkait investasi di Indonesia. Selain itu juga disampaikan beberapa perhatian khusus terhadap dampak perekonomian akibat situasi geopolitik yang terjadi, dan juga beberapa isu penting bagi kedua negara seperti peningkatan akses pasar produk Indonesia dan kerja sama Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Belanda memiliki MoU on Cooperation in Sustainable Production of Palm Oil (2019) dan Technical Arrangement (2020). Implementation Plan NI-SCOPS juga telah disepakati pada 24 April 2020. Menko Airlangga juga mendorong peluang kerja sama di bidang semikonduktor, serta pengembangan investasi perusahaan Belanda di Indonesia, seperti Unilever pada sektor oleochemical di KEK Sei Mangkei, Philips pada sektor kesehatan, dan Frisian Flag untuk pembangunan pabrik Susu di Cikarang.

Baca Juga:  Cara Smartfren Hadapi Libur Panjang Natal dan Tahun Baru

Di tingkat global, Menko Airlangga menyampaikan harapan untuk kehadiran PM Belanda di KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Dalam diskusi, PM Rutte menyampaikan harapannya agar proses investasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan Belanda akan semakin mudah dengan adanya reformasi struktural yang dapat meringkas waktu proses perizinan di Indonesia. Belanda juga membuka diri apabila Indonesia memberikan kesempatan berinvestasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi, termasuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda melalui beasiswa Nuffic-Neso. Di samping itu, Belanda juga menyediakan sistem pembelajaran daring menggunakan teknologi terkini.(adv)

Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari