NEW YORK (RIAUPOS.CO) – Payton Gendron terlibat dalam penembakan brutal di supermarket Buffalo, New York, pada Sabtu (14/5/2022) lalu. Hampir semua korbannya adalah warga kulit hitam. Payton disebut sudah melakukan kejahatan rasisme.
FBI mewawancarai orang tua Payton Gendron. Kedua orang tuanya ternyata berpendidikan tinggi. Mereka adalah Paul Gendron dan Pamela Gendron. Keduanya merupakan insinyur sipil di Departemen Perhubungan negara bagian.
Berdasar latar belakang orang tuanya, apa yang dilakukan Payton sulit dimengerti. Dia melakukan penembakan brutal dan sengaja menyiarkan live di media sosial dengan kamera di tubuhnya. Payton memang sudah merencanakan aksinya untuk membantai komunitas yang didominasi warga kulit hitam.
Tetangga orang tua Payton, Terry Place, mengatakan keluarganya hanya berinteraksi secara sporadis dengan orang tua penembak dan hanya mengenal Payton sebagai tukang koran. Pamela Gendron diketahui sering berjalan-jalan pagi di sepanjang jalan dalam beberapa tahun terakhir.
Payton diketahui telah berulang kali mempelajari situs-situs yang mendukung ideologi supremasi kulit putih dan teori konspirasi berbasis ras. Ia juga pernah mengancam akan menembak teman sekelasnya saat acara kelulusannya.
Pada Juni 2021, pejabat di Susquehanna Valley High School meminta bantuan Kepolisian Negara Bagian New York untuk menyelidiki Payton, 18, dari Conklin, NY, setelah dia mengancam akan menembak sesama siswa. Setahun kemudian, dalam serangan yang dimotivasi oleh kebenciannya terhadap orang kulit hitam di supermarket Top Market di Buffalo, Payton menembak 13 orang, 10 di antaranya tewas.
Aaron Salter, seorang pensiunan polisi yang menjadi penjaga keamanan toko, dan Ruth Whitfield, 86, adalah dua korban yang sejauh ini diidentifikasi. Payton dirujuk untuk dilakukan konseling kesehatan mental terlebih dahulu setelah polisi menyelidiki insiden tersebut. Dia terkadang bertingkah aneh dan menurut teman sekelasnya Payton menganut pandangan politik ekstremis.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman
NEW YORK (RIAUPOS.CO) – Payton Gendron terlibat dalam penembakan brutal di supermarket Buffalo, New York, pada Sabtu (14/5/2022) lalu. Hampir semua korbannya adalah warga kulit hitam. Payton disebut sudah melakukan kejahatan rasisme.
FBI mewawancarai orang tua Payton Gendron. Kedua orang tuanya ternyata berpendidikan tinggi. Mereka adalah Paul Gendron dan Pamela Gendron. Keduanya merupakan insinyur sipil di Departemen Perhubungan negara bagian.
- Advertisement -
Berdasar latar belakang orang tuanya, apa yang dilakukan Payton sulit dimengerti. Dia melakukan penembakan brutal dan sengaja menyiarkan live di media sosial dengan kamera di tubuhnya. Payton memang sudah merencanakan aksinya untuk membantai komunitas yang didominasi warga kulit hitam.
Tetangga orang tua Payton, Terry Place, mengatakan keluarganya hanya berinteraksi secara sporadis dengan orang tua penembak dan hanya mengenal Payton sebagai tukang koran. Pamela Gendron diketahui sering berjalan-jalan pagi di sepanjang jalan dalam beberapa tahun terakhir.
- Advertisement -
Payton diketahui telah berulang kali mempelajari situs-situs yang mendukung ideologi supremasi kulit putih dan teori konspirasi berbasis ras. Ia juga pernah mengancam akan menembak teman sekelasnya saat acara kelulusannya.
Pada Juni 2021, pejabat di Susquehanna Valley High School meminta bantuan Kepolisian Negara Bagian New York untuk menyelidiki Payton, 18, dari Conklin, NY, setelah dia mengancam akan menembak sesama siswa. Setahun kemudian, dalam serangan yang dimotivasi oleh kebenciannya terhadap orang kulit hitam di supermarket Top Market di Buffalo, Payton menembak 13 orang, 10 di antaranya tewas.
Aaron Salter, seorang pensiunan polisi yang menjadi penjaga keamanan toko, dan Ruth Whitfield, 86, adalah dua korban yang sejauh ini diidentifikasi. Payton dirujuk untuk dilakukan konseling kesehatan mental terlebih dahulu setelah polisi menyelidiki insiden tersebut. Dia terkadang bertingkah aneh dan menurut teman sekelasnya Payton menganut pandangan politik ekstremis.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman