JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo meminta Rusia dan Ukraina melakukan gencatan senjata. Menurut Jokowi, persoalan apa pun bisa diselesaikan bila semua pihak saling bicara dan mendengarkan.
Jokowi berpendapat sanksi ekonomi yang dijatuhkan sejumlah negara kepada Rusia bukan opsi tepat. Dia menilai rakyat tetap menjadi korban.
"Penting bagi semua negara untuk mendorong mengurangi ketegangan, deeskalasi –mengintensifkan negosiasi. Ini sangat penting. Negosiasi, gencatan senjata, lalu menghentikan perang," kata Jokowi di Subang, dilansir Nikkei Asia, Rabu (9/3/2022).
Dia meyakini dialog adalah cara terbaik menyelesaikan masalah ini. Jokowi ingin semua pihak menghormati kedaulatan wilayah negara masing-masing.
Jokowi juga menjawab desakan dari negara-negara Barat untuk mempertimbangkan kembali keikutsertaan Rusia pada G20. Dia menegaskan G20 berfokus pada kerja sama politik antarnegara, bukan jadi panggung politik.
Mantan Wali Kota Solo itu enggan mengkritik langkah Rusia menginvasi Ukraina. Menurutnya, Indonesia telah puluhan tahun menganut prinsip nonaliansi dalam hubungan internasional.
"Ukraina dan Rusia adalah sahabat-sahabat Indonesia," tutur Jokowi.
Sebelumnya, Rusia menginvasi Ukraina. Invasi dilakukan usai Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kedaulatan Republik Luhansk (LPR) dan Republik Donetsk (DPR) sebagai negara independen.
Invasi telah dilakukan sejak 24 Februari 2022, tetapi Rusia belum kunjung menaklukkan Ukraina. Kini Rusia mulai menyerukan gencatan senjata.
"Dari pukul 10.00 MSK (14.00 WIB, red) pada 9 Maret 2022, Rusia mendeklarasikan 'rezim hening' dan siap menyediakan koridor kemanusiaan," ucap seorang pejabat Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir AFP.
Sumber: AFP/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun