Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pakar Lingkungan Hidup: Save Sungai Rokan

BAGANSIAPIAPI (RIAUPOS.CO) – "Save Sungai Rokan" itulah yang diserukan Pakar Lingkungan Hidup Riau, DR Elviriadi menyikapi kondisi sungai terbentang di wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir tersebut, pada saat diskusi via zoom bertajuk "Sungai Rokan Riwayatmu Kini.." yang digelar PWI Rohil, Selasa (9/11/2021). 

Mengapa demikian?, lanjut Elviriadi tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi sungai Rokan perlu segera direhabilitasi atau restorasi. Perlu dibuat langkah pemulihan lingkungan. 

Ia mengungkapkan telah beberapa kali melakukan survey, kajian sungai Rokan dan diketahui pada saat ini terjadi deforestasi atau pengundulan hutan sehingga mengakibatkan kawasan tangkapan air (Cathcment Area) yang mempengaruhi debit air menjadi hilang.

"Selain itu terjadi pengundulan hutan alam di kiri-kanan sungai baik di hulu ataupun hilir, baik di WIlayah Rohul maupun Rohil yang mengakibatkan sejumlah fauna, flora berkurang," katanya. 

Dengan kondisi itu aliran air cenderung cepat atau deras, yang akan menghantam tebing-tebing di sepanjang bantaran sungai. Hal ini lah yang menurutnya jamak terjadi di Rohul atau Rohil dimana ada sebagian tempat yang dulunya merupakan lahan, lokasi rumah warga telah hilang karena pengaruh abrasi.

Baca Juga:  Datuk Penghulu Bagan Jawa Dilantik

Namun sebeliknya,realitas itu membuat di daerah aliran hilir cenderung menjadi estuari, daerah yang kaya dengan nutrisi makanan, sebab tak tersimpan dengan baik di daerah hulu. Ini mempengaruhi keberadaan habitat buaya yang banyak di daerah hilir sungai Rokan. 

"Selain deforestasi, ancaman lain adanya pembangunan PKS yang ada kurang mematuhi aturan tentang tempat pembuangan limbah, padahal menurut aturan ada delapan tempat standar, pada beberapa kasus di Rohul ada tim dari DLH yang mengecek ternyata terjadi sedimentasi, dimana lumpur mengendap, dangkal sehingga tempat penampungan limbah melimpah ke kebun warga dan gilirannya masuk ke parit, terhubung ke sungai sehingga terjadi kasus ikan mati di aliran sungai," katanya.

Ancaman limbah yang nyata terangnya harus disikapi dengan adanya tindakan yang signifikan dari pihak terkait. Elviriadi juga menyinggung soal habitat buaya di Rohil dimana pada saat ini diperkirakan terjadi perkembang biakan buaya yang berkembang cepat di daerah hilir sungai Rokan. Hal itu rawan mengakibatkan terjadinya serangan terhadap manusia terutama nelayan yang beraktifitas di sungai Rokan. 

"Menurut saya sungai Rokan itu kondisinya sudah emergency, andai manusia yang pandai bercakap tentu sudah teriak minta tolong. Ada ancaman limbah, kehilangan flora fauna, nelayan tak aman lagi menangkap ikan. Karena itu perlu ada langkah pemulihan, misalnya penanaman pohon di bantaran sungai," katanya. Menurut aturan sesuai dengan PP 38 katanya untuk pemulihan tebing dengan penanaman pohon, dimana paling kurang 50 meter dari bantaran harus dikosongkan dari tanaman sawit, yang diganti dengan tanaman hutan yang memiliki daya serap air bagus.

Baca Juga:  Propam Mabes Turun Investigasi

Kegiatan diskusi dimoderatori penasehat PWI Rohil Jonathan Surbakti SSos dan Ketua PWI Rohil Noprio Sandi ST MIKom. Puluhan peserta mengikuti diskusi diantaranya dari mahasiswa, umum dan kalangan wartawan. 

Ketua PWI Rohil Noprio Sandi ST MIKom menyampaikan apresiasi atas kesediaan narasumber memberikan ilmu yang berharga sesuai dengan kapasitasnya sebagai pakar lingkungan hidup yang sudah terkenal secara internasional. 

"Kami menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada pak Elviriadi semoga kegiatan ini memberikan masukan, informasi yang berharga bagi kita semua dan semoga kedepan kegiatan seperti ini juga dapat digelar berkelanjutan," katanya. (fad)

Laporan: Zulfadhli (Bagansiapiapi)

Editor: E Sulaiman

BAGANSIAPIAPI (RIAUPOS.CO) – "Save Sungai Rokan" itulah yang diserukan Pakar Lingkungan Hidup Riau, DR Elviriadi menyikapi kondisi sungai terbentang di wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir tersebut, pada saat diskusi via zoom bertajuk "Sungai Rokan Riwayatmu Kini.." yang digelar PWI Rohil, Selasa (9/11/2021). 

Mengapa demikian?, lanjut Elviriadi tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi sungai Rokan perlu segera direhabilitasi atau restorasi. Perlu dibuat langkah pemulihan lingkungan. 

- Advertisement -

Ia mengungkapkan telah beberapa kali melakukan survey, kajian sungai Rokan dan diketahui pada saat ini terjadi deforestasi atau pengundulan hutan sehingga mengakibatkan kawasan tangkapan air (Cathcment Area) yang mempengaruhi debit air menjadi hilang.

"Selain itu terjadi pengundulan hutan alam di kiri-kanan sungai baik di hulu ataupun hilir, baik di WIlayah Rohul maupun Rohil yang mengakibatkan sejumlah fauna, flora berkurang," katanya. 

- Advertisement -

Dengan kondisi itu aliran air cenderung cepat atau deras, yang akan menghantam tebing-tebing di sepanjang bantaran sungai. Hal ini lah yang menurutnya jamak terjadi di Rohul atau Rohil dimana ada sebagian tempat yang dulunya merupakan lahan, lokasi rumah warga telah hilang karena pengaruh abrasi.

Baca Juga:  Sudah 16.500 Pengungsi Eksodus ke Jayapura

Namun sebeliknya,realitas itu membuat di daerah aliran hilir cenderung menjadi estuari, daerah yang kaya dengan nutrisi makanan, sebab tak tersimpan dengan baik di daerah hulu. Ini mempengaruhi keberadaan habitat buaya yang banyak di daerah hilir sungai Rokan. 

"Selain deforestasi, ancaman lain adanya pembangunan PKS yang ada kurang mematuhi aturan tentang tempat pembuangan limbah, padahal menurut aturan ada delapan tempat standar, pada beberapa kasus di Rohul ada tim dari DLH yang mengecek ternyata terjadi sedimentasi, dimana lumpur mengendap, dangkal sehingga tempat penampungan limbah melimpah ke kebun warga dan gilirannya masuk ke parit, terhubung ke sungai sehingga terjadi kasus ikan mati di aliran sungai," katanya.

Ancaman limbah yang nyata terangnya harus disikapi dengan adanya tindakan yang signifikan dari pihak terkait. Elviriadi juga menyinggung soal habitat buaya di Rohil dimana pada saat ini diperkirakan terjadi perkembang biakan buaya yang berkembang cepat di daerah hilir sungai Rokan. Hal itu rawan mengakibatkan terjadinya serangan terhadap manusia terutama nelayan yang beraktifitas di sungai Rokan. 

"Menurut saya sungai Rokan itu kondisinya sudah emergency, andai manusia yang pandai bercakap tentu sudah teriak minta tolong. Ada ancaman limbah, kehilangan flora fauna, nelayan tak aman lagi menangkap ikan. Karena itu perlu ada langkah pemulihan, misalnya penanaman pohon di bantaran sungai," katanya. Menurut aturan sesuai dengan PP 38 katanya untuk pemulihan tebing dengan penanaman pohon, dimana paling kurang 50 meter dari bantaran harus dikosongkan dari tanaman sawit, yang diganti dengan tanaman hutan yang memiliki daya serap air bagus.

Baca Juga:  RS Awal Bros Luncurkan Layanan Rehabilitasi Pascainfeksi Covid-19

Kegiatan diskusi dimoderatori penasehat PWI Rohil Jonathan Surbakti SSos dan Ketua PWI Rohil Noprio Sandi ST MIKom. Puluhan peserta mengikuti diskusi diantaranya dari mahasiswa, umum dan kalangan wartawan. 

Ketua PWI Rohil Noprio Sandi ST MIKom menyampaikan apresiasi atas kesediaan narasumber memberikan ilmu yang berharga sesuai dengan kapasitasnya sebagai pakar lingkungan hidup yang sudah terkenal secara internasional. 

"Kami menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada pak Elviriadi semoga kegiatan ini memberikan masukan, informasi yang berharga bagi kita semua dan semoga kedepan kegiatan seperti ini juga dapat digelar berkelanjutan," katanya. (fad)

Laporan: Zulfadhli (Bagansiapiapi)

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari