JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Penyakit Trigeminal Neuralgia sangat berbahaya. Menurut dokter spesial bedah saraf dr Mustaqim Prasetya, penyakit ini bahkan mendorong efek psikologis pada pasien untuk bunuh diri karena nyeri yang luar biasa.
Trigeminal Neuralgia yakni kondisi nyeri wajah sebelah pada daerah yang diatur oleh saraf trigeminal. "Banyak istilah lain untuk menggambarkan seberapa menderitanya para pasien yang mengalami sakit ini,".
"Ada yang mengatakan dengan istilah the suicide disease, yaitu sakit yang luar biasa sehingga saking putus asanya beberapa pasien terlintas pikiran-pikiran negatif untuk mengakhiri hidupnya. Pengalaman kami juga ada beberapa pasien yang sudah sempat melakukan percobaan bunuh diri," ujar dokter dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) ini dalam webinar yang digelar Klinik Utama dr Indrajana pada Rabu (13/10).
Menurut Mustaqim, nyeri bisa terjadi di antara hidung dan bibir, bibir atas dan bawah, dagu, pipi, gusi, dan dahi. Kualitas nyeri yang dialami pasien cukup beragam, mulai dari seperti tertusuk, tajam, tersengat listrik, keram, tegang, rasa terbakar.
Kondisi tersebut juga menyebabkan pasien kesulitan bicara. Bahkan, seorang pasien dokter Mustaqim mengatakan ketika rambutnya jatuh ke pipi juga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
"Banyak orang yang tidak mengerti dengan kondisinya, karena biasanya penderita trigeminal neuralgia secara fisik terlihat seperti sehat kecuali pada saat serangan. Bahkan, banyak orang yang mengatakan apa yang dirasakan pasien itu berlebih-lebihan," katanya.
Serangan nyeri umumnya berlangsung secara sering dalam waktu singkat (paroksismal), tiba-tiba, intens, dan sangat singkat (kurang dari 1 detik hingga 2 menit). Jumlah serangan juga bervariasi, dari beberapa kali per hari hingga ratusan per hari.
Trigeminal neuralgia terjadi karena adanya sindrom neurovascular compression atau kondisi saat pembuluh darah menempel pada pangkal saraf trigeminal. Denyut pembuluh darah dapat menekan saraf sehingga menimbulkan nyeri.
Ada dua jenis trigeminal neuralgia. Pertama yang primer, yakni tekanan pembuluh darah pada saraf trigeminal atau disebut sindrom kompresi neurovaskular. Kedua trigeminal sekunder yang bukan disebabkan kompresi pembuluh darah namun terdapat hal-hal lain yang memicunya, seperti tumor, kelainan pembuluh darah bawaan, perlengketan pascaperadangan di kepala, kasus pasca stroke sumbatan, dan kelainan autoimun. Dia menegaskan tidak ada penyebab tunggal trigeminal neuralgia.
Beberapa penelitian menunjukkan pembuluh darah pada dasarnya sudah menempel dengan saraf tetapi tidak menyebabkan nyeri wajah pada kebanyakan orang.
"Tidak ada faktor tunggal yang bisa disimpulkan, tetapi ada beberapa faktor yang saling mendukung terjadinya kelainan ini," katanya.
Mustaqim menyebutkan tipikal personality seperti sangat sensitif, mudah khawatir, dan banyak pikiran, bahkan kondisi hipertensi dapat memicu penderita merasakan nyeri yang hebat karena secara otonom tekanan darah mudah meningkat. Dia mengatakan angka kejadian trigeminal neuralgia meningkat pada usia 40 tahun ke atas.
Seiring bertambahnya usia, dinding pembuluh darah mengalami pengerasan atau kekakuan sehingga tekanan tidak lagi elastis dan muncullah masalah kerusakan pada selaput saraf. "Tetapi ada juga yang masih muda. Saya pernah bertemu dengan pasien usia 18 tahun dan 20 tahunan."
"Masalahnya bukan neurovascular, tetapi hal yang sekunder misalnya penebalan tulang tengkorak bawaan atau autoimun," pungkas dokter Mustaqim.
Sumber: Jpnn.com
Editor: Rinaldi