Jumat, 22 November 2024

Seribu Jurus Balek Kampong

- Advertisement -

Larangan balek kampong alias mudik sempat maju mundur di Riau. Tapi ketika kasus Covid-19 makin tak terkendali, larangan itu pun dikeluarkan. Tapi sejumlah pemudik punya seribu jurus untuk mengakali larangan itu. Dari mudik lebih dini, hingga mencari jalan alternatif alias "jalan tikus"dilakukan. Semua demi dapat berjumpa dengan keluarga di kampung halaman. 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Embun masih membingkai pagi di Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru, Jumat (24/4). Selama ini, setiap musim mudik Idulfitri tiba, aktivitas di pelabuhan ini meningkat drastis. 

- Advertisement -

Bermacam aktivitas masyarakat ada. Penjaja koran ada, penjaja makanan dan beragam minuman ada, penjaja mainan anak-anak ada, dan tentunya aktivitas masyarakat yang sibuk mencari tiket agar dapat naik ke kapal maupun aktivitas para loper yang akan mengangkat tas dan bawaan penumpang lainnya.

Namun, hingga pukul 09.00 WIB, suasana pelabuhan masih tampak sepi. Padahal sudah masuk jadwal keberangkatan kapal-kapal yang akan melayari berbagai ceruk kampung di Riau dengan tujuan akhir ke Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti.

Hanya satu atau dua orang saja yang datang. Kendaraan roda empat memang terlihat banyak parkir, namun itu bukan kendaraan masyarakat yang mengantar penumpang, tetapi milik sejumlah pegawai yang bertugas di posko pengamanan Pelabuhan Sungai Duku. Tak lama berselang, sejumlah petugas dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) putih melakukan penyemprotan cairan disinfektan. Semua sudut pelabuhan tak luput dari jangkauan mereka. Bahkan satu unit oplet yang kebetulan sedang parkir juga disemprot disinfektan. Tak hanya bagian luar oplet, bagian dalamnya juga disemprot.

- Advertisement -

"Abang mau ke mana?"tanya salah seorang pemuda, ketika Riau Pos berdiri dan melihat tempat penjualan tiket Naga Line dan Meranti Expres.

"Mau melihat aktivitas masyarakat menjelang Idulfitri Bang. Biasanya jam segini aktivitas masyarakat di pelabuhan ini sudah ramai, sekarang kok sepi,"tanya Riau Pos.

Pemuda yang mengaku bernama Fah tersebut sedikit tersenyum ke Riau Pos. Dengan penuh keakraban dia menjelaskan ke Riau Pos, aktivitas pelabuhan kalau pagi memang sepi, karena kapal-kapal hanya diperbolehkan berangkat pada siang hari saja, sementara pagi keberangkatan kapal-kapal ditiadakan.

"Abang pagi betul datangnya. Tapi kalaupun datang siang, memang aktivitas masyarakat lebih ramai dari sekarang, tapi tidaklah seramai dahulu, sebelum Covid-19 menghantui kita. Lagi pula kapal-kapal tujuan Bengkalis sudah setop dan tidak berangkat lagi. Masyarakat sudah naik travel. Selain cepat sampai, ongkos juga lebih murah,"ujarnya.

Fah sesekali menyapa masyarakat yang datang. Karena jarak berdiri dia dengan tempat penjualan berjarak sekitar dua meter lebih dan setiap masyarakat yang datang hendak bertanya tiket, mereka harus terlebih dahulu melewati di mana Fah dan Riau Pos berdiri.

"Mau ke mana Kak,"sapa Fah pada seorang perempuan yang mengenakan jilbab warna oranye. 

"Mau tanya tiket ke Selatpanjang,"ujarnya. 

"Untuk berangkat kapan Kak?"ujar Fah lagi. 

"Siang ini,"tambah wanita itu lagi.

"Alahmak, tiket hari ini sudah habis. Tapi cobalah Kakak tanya ke tempat penjualan tiket tu lagi. Yang jelas tadi kata orang tu sudah habis,"ujar Fah.

Perempuan itu pun bergegas ke konter penjualan tiket. Kepada Riau Pos, Fah mengatakan kapal-kapal dengan tujuan Selatpanjang sudah penuh semuanya. Apalagi untuk tiket untuk tanggal 6 Mei ke atas, sudah penuh. Kapal tak banyak yang berangkat sekarang. Biasanya keberangkatan pagi siang. Sekarang hanya siang saja yang berangkat. Itu pun yang berangkat hanya satu kapal saja. Hari ini misalnya kapal Naga Line yang berangkat, besok mereka tidak berangkat lagi.

"Kapal lain pulak yang diberangkatkan. Macam bergiliranlah Bang,"ujarnya.

Apalagi, tambahnya jumlah penumpang juga dibatasi. Sebelum tanggal 6 Mei, jumlah penumpang hanya diperkenankan 75 orang saja. Tanggal 6 Mei mendatang, kabarnya hanya 50 orang penumpang saja yang diperkenankan berangkat.

"Mengapa begitu? Kapasitas kapal kan lebih dari 100 orang,"tanya Riau Pos. 

"Gegara corona semuanya Bang,"ujarnya pendek.

Tapi, kalau masyarakat hendak mudik ke Selatpanjang atau daerah lainnya mudah saja. Sekarang travel banyak. Tinggal kontak dan akan dijemput. 

"Kalau kapal di Pelabuhan Buton banyak, tak usah risau sampai di Tanjung Buton takut tak dapat kapal,"ujarnya lagi.

Informasinya, sebelum tanggal 6 Mei, naik travel tak masalah. Tapi kalau lewat tanggal 6 Mei ke atas, kabarnya seluruh armada transportasi dan masyarakat yang hendak balik kampung tidak diperkenankan lagi. Bahkan kalau nekat juga akan disuruh putar balik.

"Tak masalah tu Bang, tak kan semua titik dijaga, banyak jalan lain yang bisa dilewati. Sopir-sopir travel sudah paham di mana titik-titik yang dijaga petugas dan mana yang tidak dijaga. Selain itu banyak jalan tikus yang bisa dilewati. Jalan-jalan itu tentu yang tahu hanya sopir travel saja. Kalau masyarakat awam agak sukar untuk melewati pemeriksaan petugas dan mencari jalan-jalan tikus itu,"ujarnya.

Baca Juga:  Steve Emmanuel Dihukum 9 Tahun Penjara dan Denda Rp1 M

"Kok Abang tahu,"tanya Riau Pos. 

"Tahulah Bang, saya juga sopir travel. Kadang-kadang tinggal beri beberapa rupiah saja. Bisalah kami lewat pemeriksaan petugas,"katanya dengan penuh keyakinan. 

Setelah berbual panjang lebar dengan Fah, Riau Pos menuju ke konter penjualan tiket untuk memastikan kebenaran informasi yang disampaikan Fah, terutama penjualan tiket di atas tanggal 6 Mei.

Dari petugas penjualan tiket, Riau Pos memperoleh keterangan sama seperti yang disampaikan Fah sebelumnya. Penuh untuk sekarang. Hanya untuk tanggal 6 Mei ke atas belum bisa diambil karena kemungkinan harganya akan menyesuaikan. 

"Terlebih jumlah penumpang yang akan diangkut dibatasi hanya 50 orang saja,"ujar salah seorang petugas penjualan tiket Naga Line yang enggan disebutkan namanya.

Tradisi, Tak Mungkin Tak Mudik

Balek kampong alias mudik sudah jadi tradisi yang sulit dibendung. Maka berbagai jalan pun akan ditempuh calon pemudik agar dapat melaksanakan tradisi ini.

"Ini tradisi Bang, tak mungkin tak balek kampung (mudik, red). Sudahlah tahun lalu kami tak balek kampung tak mungkin pula tahun ini kami tak balek lagi. Soal ada penjagaan dan akan dirazia biar ajalah Bang. Banyak cara bisa dilakukan untuk sampai ke kampung halaman,"ujar seorang calon pemudik, Mai saat ditemui Riau Pos di lain kesempatan.

Ditanya apakah dia akan tetap mudik walaupun ada larangan pemerintah untuk mudik, dia mengatakan tetap balik kampung. Dia menyebut, pemerintah ini macam plin-plan. Sekejap boleh sekejap tak boleh. 

"Entah ape kesah pemerintah ni Bang. Cubalah Abang baca koran, pengumuman pemerintah melalui Gubernur awalnya boleh mudik, lalu selang beberapa hari berikutnya tak boleh pula. Tapi kemudian ralat lagi boleh mudik,"ujarnya.

Bagaimana dia menyiasati bisa mudik agar bisa melewati pemeriksaan petugas dan penyekatan jalan? Mai mengatakan banyak cara. Salah satu untuk amannya mudik sebelum tanggal 6 Mei.  "Kalau anak isteri sudah balik kampung dah Bang. Awak tengok kondisi apakah sebelum tanggal 6 Mei atau di atas itu. Yang penting keluarga sudah sampai di kampung,"ujarnya.

Kalau di atas tanggal 6 Mei dia mudik, Mai mengaku akan mudik dengan menggunakan roda dua. Dengan menggunakan roda dua, dia bisa lebih leluasa. Artinya, kalau ada penyekatan jalan oleh petugas dia bisa mencari alternatif jalan lain untuk menghindari petugas.

"Tapi kan nanti di Pelabuhan Tanjung Buton akan dilarang juga?"tanya Riau Pos. 

Mai dengan wajah tersenyum mengatakan dirinya tak masuk ke Pelabuhan Tanjung Buton, tetapi melewati jalur lain untuk sampai kampung halamannya.

"Kalau mau ke Selatpanjang kan tak hanya satu jalur Bang. Banyak jalan lain yang bisa dilewati. Makanya saya menggunakan sepeda motor,"ujarnya.

Selang sehari berikutnya, Riau Pos menerima pesan singkat dari Mai. "Awak dah sampai Selatpanjang Bang. Awak mudik lebih awal, lebih aman dan nyaman. Selain itu dapat juga awak berpuasa bersama emak dan bapak di kampung…ha ha ha ha,"ujarnya di pesan singkat itu.

"Kebetulan, ada keluarga yang balek kampung dengan kendaraan roda empat Bang. Jadi awak menumpang sama keluarga tu. Alhamdulillah sekarang sudah sampai di Selatpanjang. Abang tak balek kampung?"tanyanya ke Riau Pos. Riau Pos hanya mengirim pesan singkat emoji gambar wajah orang tersenyum.

Dalam pesan singkat itu, Mai juga menyebut, lumayan juga ramai penumpang kapal yang dia naiki bersama keluarganya.

"Lumayanlah Bang, saya naik Kapal Dumai Line, tapi yang naik ke Selatpanjang tak sampai 100 orang Bang. Mungkin penumpang lain menuju ke Tanjung Balai Karimun, Batam atau Tanjung Pinang, Bang,"ujarnya.

Menjawab apa alasannya mudik lebih awal, Mai mengatakan, tak jelas pemerintah. Tidak konsisten. Sekejap boleh mudik, sekejap tak boleh. Daripada nanti  diumumkan tak boleh mudik, lebih baik mudik lebih awal sebelum ada pengumuman pemerintah mudik dilarang.

Hindari Petugas, Berangkat usai Subuh

Sementara itu, Jep warga Bengkalis masih ragu-ragu untuk mudik ke kampung halamannya. Kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat mudik menjadi penyebabnya. Mudik di awal waktu sebelum tanggal 6 Mei tak mungkin dilakukannya karena masih banyak pekerjaan kantor yang harus dia selesaikan.

"Mengelabah (berkecamuk, red) hati ni Bang. Biasanya kalau lebaran saya dan keluarga pasti balik kampung, namun kebijakan pemerintah yang melarang mudik dan akan melakukan penyekatan terhadap pemudik membuat saya sedikit ragu-ragu untuk mudik tahun ini,"ujarnya.

Namun, lanjutnya, dia dan keluarga sudah sepakat akan mencoba mudik tanggal 5 Mei pagi atau setelah Salat Subuh. Biasanya kan kalau subuh penjagaan belum ketat betul.

"Sama tahun lalubetul katanya tak boleh balek kampung, namun orang-orang tetap balek kampung. Makanya saya akan coba tetap balek kampung. Mudah-mudahan tak ada aral di jalan,"ujarnya.

Libur Mendadak dan Pulangkan Santri Lebih Cepat

Di masa pandemi Covid-19, Pesantren Assalam Naga Beralih, Air Tiris, Kabupaten Kampar tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Namun selama proses belajar dan mengajar, para orang tua santri dilarang menjenguk anaknya secara langsung, sehingga bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya hanya diperbolehkan sampai ke pagar pintu masuk.

Baca Juga:  Salah Orang

Namun pada Ramadan ke-16 atau pada Rabu (28/4) secara mendadak pihak pondok meminta agar orang tua santri menjemput anak-anak mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing dan proses belajar dan mengejar akan dimulai kembali pada 23 Mei 2021.

‘’Kami sempat terkejut, karena pemberitahuan kepulangan santri ini mendadak. Kami mendapat pemberitahuan dari pimpinan pondok melalui pesan WA pada tengah malam, dan paginya langsung menjemput anak kami ke pondok,’’ ujar Tono, orang tua salah satu santri di Pondok Pesantren, Assalam Kampar.

Namun ia mengaku bersyukur, karena anak-anak diperbolehkan pulang ke rumah lebih awal. Pihak orang tua juga khawatir jika santri dipulangkan satu pekan menjelang hari raya Idulfitri. Karena ada larangan mudik oleh pemerintah dan kalau itu terjadi maka bisa-bisa anak-anak berlebaran di pondok.

 Tono menyebutkan, selama masa pandemi Covid-19, proses belajar di Ponpes Assalam memang tetap berlanjut secara tatap muka dan pihak wali murid sangat bersyukur dengan adanya kebijakan pondok. Karena kalau pembelajarannya dilakukan secara daring, tentu sangat menyulitkan orang tua dan santri.

‘’Kami mendukung kebijakan pondok yang membolehkan anak-anak kami belajar secara tatap muka. Dan alhamdulillah dua pekan menjelang hari raya, anak-anak kami sudah boleh pulang,’’ ujar Tono.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Assalam, Air Tiris, Kampar Dr H Muhammad Amin SAg MA juga menyebutkan, kepulangan santri memang dipercepat. Karena mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang melarang mudik Idulfitri tahun ini. Tentunya ini agar santri dan orang tua tidak mengalami kendala saat kembali ke kampungnya masing-masing.

‘’Alhamdulillah proses belajar mengajar selama pandemi ini berjalan lancar. Kami mengharapkan para santri tetap belajar dan meningkatkan ibadah Ramadan selama di rumahnya masing-masing,’’ harapnya.

Amin menyebutkan, terkait masa libur santri sudah disampaikan ke masing-masing orang tua santri. Di antaranya libur akhir Ramadan dan Idulfitri dimulai Rabu, 28 April sampai 23 Mei 2021. Sebelum kepulangan, seluruh santri diharuskan mengambil surat izin pulang dan surat rincian kewajiban santri.

Ia juga mengharapkan, kepada seluruh orang tua wali santri diharapkan agar tetap memperhatikan protokol kesehatan sebelum memasuki pondok. Pihaknya juga sangat mengharapkan kerja sama seluruh orang tua wali santri untuk mengawasi pelaksanaan ibadah puasa dan tarawih santri selama di rumah. Sedangkan kata Amin lagi, ada informasi tambahan buat santri, di antaranya bagi santri yang akan tamat, pihaknya akan menggelar tasyakuran kelas 3 MTs dan perpisahan kelas 6 MA yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021. Sedangkan untuk ujian semester genap Tahun Ajaran 2020/ 2021 kelas 1, 2, 4 dan 5, dimulai tanggal 1 Juni 2021. Pembagian raport tanggal 17 Juni  dan libur semester genap mulai tanggal 17 Juni sampai 18 Juli 2021.

Bersyukur Bisa Pulang

Sedangkan sejumlah santri yang mondok di luar Riau, khususnya di pulau Jawa pada tahun ini juga diperbolehkan pulang. Misalnya santri di Pondok Modern Gontor Jawa Timur. Para santri yang berasal dari Provinsi Riau, sejak Selasa (27/4) sudah kembali ke daerahnya masing-masing dengan menggunakan pesawat terbang dari Jogjakarta.

Memang selama musim Covid-19, seluruh santri tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Kalau anaknya sudah kelas 6 MA tahun ini diperbolehkan pulang ke kampung halamannya masing-masing.

"Alhamdulillah anak saya bersama 80 santri rombongan dari Riau sudah sampai di Pekanbaru dan langsung pulang ke kampungnya masing-masing,’’ ujar orang tua santri, Ajis yang saat itu menjemput anaknya di Bandara SSK Pekanbaru.

Ajis menyebutkan, dari keterangan anaknya bernama Karim bersama 80 orang santri lainnya, memang selama Covid-19 mereka tidak diliburkan. Karena saat ini semua santri kelas 6 sudah lulus dan tinggal melakukan pengabdian. Makanya mereka libur dan setelah itu kembali lagi ke pondok untuk mengikuti tugas pengabdian ke masing-masing pondok yang sudah ditetapkan.

‘’Anak saya, Karim dapat pondok alumni di Bandung untuk bertugas mengabdi dan setelah lebaran baru masuk ke Bandung. Alhamdulillah dari 80 orang sehat semua dan selamat sampai ke Pekanbaru. Langsung nyebar ke daerah masing-masing,’’ ujarnya.

Ajis menyebutkan, rombongan santri dari ini dari Jawa Timur berkumpul di Bandara Jogjakarta dan di sanalah mereka sama-sama naik pesawat untuk kembali ke Riau. Tentunya merupakan hal yang sangat membanggakan bagi orang tua santri melihat anak-anaknya bisa pulang sebelum pemberlakuan larangan mudik oleh pemerintah.

‘’Kami bersyukur tahun ini anak kami diperbolehkan pulang ke kampung halamannya, karena selama ini tidak boleh pulang dan bahkan tidak boleh dijenguk selama pandemi Covid-19 ini,’’ ujarnya.

 

Larangan balek kampong alias mudik sempat maju mundur di Riau. Tapi ketika kasus Covid-19 makin tak terkendali, larangan itu pun dikeluarkan. Tapi sejumlah pemudik punya seribu jurus untuk mengakali larangan itu. Dari mudik lebih dini, hingga mencari jalan alternatif alias "jalan tikus"dilakukan. Semua demi dapat berjumpa dengan keluarga di kampung halaman. 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Embun masih membingkai pagi di Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru, Jumat (24/4). Selama ini, setiap musim mudik Idulfitri tiba, aktivitas di pelabuhan ini meningkat drastis. 

- Advertisement -

Bermacam aktivitas masyarakat ada. Penjaja koran ada, penjaja makanan dan beragam minuman ada, penjaja mainan anak-anak ada, dan tentunya aktivitas masyarakat yang sibuk mencari tiket agar dapat naik ke kapal maupun aktivitas para loper yang akan mengangkat tas dan bawaan penumpang lainnya.

Namun, hingga pukul 09.00 WIB, suasana pelabuhan masih tampak sepi. Padahal sudah masuk jadwal keberangkatan kapal-kapal yang akan melayari berbagai ceruk kampung di Riau dengan tujuan akhir ke Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti.

- Advertisement -

Hanya satu atau dua orang saja yang datang. Kendaraan roda empat memang terlihat banyak parkir, namun itu bukan kendaraan masyarakat yang mengantar penumpang, tetapi milik sejumlah pegawai yang bertugas di posko pengamanan Pelabuhan Sungai Duku. Tak lama berselang, sejumlah petugas dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) putih melakukan penyemprotan cairan disinfektan. Semua sudut pelabuhan tak luput dari jangkauan mereka. Bahkan satu unit oplet yang kebetulan sedang parkir juga disemprot disinfektan. Tak hanya bagian luar oplet, bagian dalamnya juga disemprot.

"Abang mau ke mana?"tanya salah seorang pemuda, ketika Riau Pos berdiri dan melihat tempat penjualan tiket Naga Line dan Meranti Expres.

"Mau melihat aktivitas masyarakat menjelang Idulfitri Bang. Biasanya jam segini aktivitas masyarakat di pelabuhan ini sudah ramai, sekarang kok sepi,"tanya Riau Pos.

Pemuda yang mengaku bernama Fah tersebut sedikit tersenyum ke Riau Pos. Dengan penuh keakraban dia menjelaskan ke Riau Pos, aktivitas pelabuhan kalau pagi memang sepi, karena kapal-kapal hanya diperbolehkan berangkat pada siang hari saja, sementara pagi keberangkatan kapal-kapal ditiadakan.

"Abang pagi betul datangnya. Tapi kalaupun datang siang, memang aktivitas masyarakat lebih ramai dari sekarang, tapi tidaklah seramai dahulu, sebelum Covid-19 menghantui kita. Lagi pula kapal-kapal tujuan Bengkalis sudah setop dan tidak berangkat lagi. Masyarakat sudah naik travel. Selain cepat sampai, ongkos juga lebih murah,"ujarnya.

Fah sesekali menyapa masyarakat yang datang. Karena jarak berdiri dia dengan tempat penjualan berjarak sekitar dua meter lebih dan setiap masyarakat yang datang hendak bertanya tiket, mereka harus terlebih dahulu melewati di mana Fah dan Riau Pos berdiri.

"Mau ke mana Kak,"sapa Fah pada seorang perempuan yang mengenakan jilbab warna oranye. 

"Mau tanya tiket ke Selatpanjang,"ujarnya. 

"Untuk berangkat kapan Kak?"ujar Fah lagi. 

"Siang ini,"tambah wanita itu lagi.

"Alahmak, tiket hari ini sudah habis. Tapi cobalah Kakak tanya ke tempat penjualan tiket tu lagi. Yang jelas tadi kata orang tu sudah habis,"ujar Fah.

Perempuan itu pun bergegas ke konter penjualan tiket. Kepada Riau Pos, Fah mengatakan kapal-kapal dengan tujuan Selatpanjang sudah penuh semuanya. Apalagi untuk tiket untuk tanggal 6 Mei ke atas, sudah penuh. Kapal tak banyak yang berangkat sekarang. Biasanya keberangkatan pagi siang. Sekarang hanya siang saja yang berangkat. Itu pun yang berangkat hanya satu kapal saja. Hari ini misalnya kapal Naga Line yang berangkat, besok mereka tidak berangkat lagi.

"Kapal lain pulak yang diberangkatkan. Macam bergiliranlah Bang,"ujarnya.

Apalagi, tambahnya jumlah penumpang juga dibatasi. Sebelum tanggal 6 Mei, jumlah penumpang hanya diperkenankan 75 orang saja. Tanggal 6 Mei mendatang, kabarnya hanya 50 orang penumpang saja yang diperkenankan berangkat.

"Mengapa begitu? Kapasitas kapal kan lebih dari 100 orang,"tanya Riau Pos. 

"Gegara corona semuanya Bang,"ujarnya pendek.

Tapi, kalau masyarakat hendak mudik ke Selatpanjang atau daerah lainnya mudah saja. Sekarang travel banyak. Tinggal kontak dan akan dijemput. 

"Kalau kapal di Pelabuhan Buton banyak, tak usah risau sampai di Tanjung Buton takut tak dapat kapal,"ujarnya lagi.

Informasinya, sebelum tanggal 6 Mei, naik travel tak masalah. Tapi kalau lewat tanggal 6 Mei ke atas, kabarnya seluruh armada transportasi dan masyarakat yang hendak balik kampung tidak diperkenankan lagi. Bahkan kalau nekat juga akan disuruh putar balik.

"Tak masalah tu Bang, tak kan semua titik dijaga, banyak jalan lain yang bisa dilewati. Sopir-sopir travel sudah paham di mana titik-titik yang dijaga petugas dan mana yang tidak dijaga. Selain itu banyak jalan tikus yang bisa dilewati. Jalan-jalan itu tentu yang tahu hanya sopir travel saja. Kalau masyarakat awam agak sukar untuk melewati pemeriksaan petugas dan mencari jalan-jalan tikus itu,"ujarnya.

Baca Juga:  Pemulihan Ekonomi lewat Investasi dan Wisata

"Kok Abang tahu,"tanya Riau Pos. 

"Tahulah Bang, saya juga sopir travel. Kadang-kadang tinggal beri beberapa rupiah saja. Bisalah kami lewat pemeriksaan petugas,"katanya dengan penuh keyakinan. 

Setelah berbual panjang lebar dengan Fah, Riau Pos menuju ke konter penjualan tiket untuk memastikan kebenaran informasi yang disampaikan Fah, terutama penjualan tiket di atas tanggal 6 Mei.

Dari petugas penjualan tiket, Riau Pos memperoleh keterangan sama seperti yang disampaikan Fah sebelumnya. Penuh untuk sekarang. Hanya untuk tanggal 6 Mei ke atas belum bisa diambil karena kemungkinan harganya akan menyesuaikan. 

"Terlebih jumlah penumpang yang akan diangkut dibatasi hanya 50 orang saja,"ujar salah seorang petugas penjualan tiket Naga Line yang enggan disebutkan namanya.

Tradisi, Tak Mungkin Tak Mudik

Balek kampong alias mudik sudah jadi tradisi yang sulit dibendung. Maka berbagai jalan pun akan ditempuh calon pemudik agar dapat melaksanakan tradisi ini.

"Ini tradisi Bang, tak mungkin tak balek kampung (mudik, red). Sudahlah tahun lalu kami tak balek kampung tak mungkin pula tahun ini kami tak balek lagi. Soal ada penjagaan dan akan dirazia biar ajalah Bang. Banyak cara bisa dilakukan untuk sampai ke kampung halaman,"ujar seorang calon pemudik, Mai saat ditemui Riau Pos di lain kesempatan.

Ditanya apakah dia akan tetap mudik walaupun ada larangan pemerintah untuk mudik, dia mengatakan tetap balik kampung. Dia menyebut, pemerintah ini macam plin-plan. Sekejap boleh sekejap tak boleh. 

"Entah ape kesah pemerintah ni Bang. Cubalah Abang baca koran, pengumuman pemerintah melalui Gubernur awalnya boleh mudik, lalu selang beberapa hari berikutnya tak boleh pula. Tapi kemudian ralat lagi boleh mudik,"ujarnya.

Bagaimana dia menyiasati bisa mudik agar bisa melewati pemeriksaan petugas dan penyekatan jalan? Mai mengatakan banyak cara. Salah satu untuk amannya mudik sebelum tanggal 6 Mei.  "Kalau anak isteri sudah balik kampung dah Bang. Awak tengok kondisi apakah sebelum tanggal 6 Mei atau di atas itu. Yang penting keluarga sudah sampai di kampung,"ujarnya.

Kalau di atas tanggal 6 Mei dia mudik, Mai mengaku akan mudik dengan menggunakan roda dua. Dengan menggunakan roda dua, dia bisa lebih leluasa. Artinya, kalau ada penyekatan jalan oleh petugas dia bisa mencari alternatif jalan lain untuk menghindari petugas.

"Tapi kan nanti di Pelabuhan Tanjung Buton akan dilarang juga?"tanya Riau Pos. 

Mai dengan wajah tersenyum mengatakan dirinya tak masuk ke Pelabuhan Tanjung Buton, tetapi melewati jalur lain untuk sampai kampung halamannya.

"Kalau mau ke Selatpanjang kan tak hanya satu jalur Bang. Banyak jalan lain yang bisa dilewati. Makanya saya menggunakan sepeda motor,"ujarnya.

Selang sehari berikutnya, Riau Pos menerima pesan singkat dari Mai. "Awak dah sampai Selatpanjang Bang. Awak mudik lebih awal, lebih aman dan nyaman. Selain itu dapat juga awak berpuasa bersama emak dan bapak di kampung…ha ha ha ha,"ujarnya di pesan singkat itu.

"Kebetulan, ada keluarga yang balek kampung dengan kendaraan roda empat Bang. Jadi awak menumpang sama keluarga tu. Alhamdulillah sekarang sudah sampai di Selatpanjang. Abang tak balek kampung?"tanyanya ke Riau Pos. Riau Pos hanya mengirim pesan singkat emoji gambar wajah orang tersenyum.

Dalam pesan singkat itu, Mai juga menyebut, lumayan juga ramai penumpang kapal yang dia naiki bersama keluarganya.

"Lumayanlah Bang, saya naik Kapal Dumai Line, tapi yang naik ke Selatpanjang tak sampai 100 orang Bang. Mungkin penumpang lain menuju ke Tanjung Balai Karimun, Batam atau Tanjung Pinang, Bang,"ujarnya.

Menjawab apa alasannya mudik lebih awal, Mai mengatakan, tak jelas pemerintah. Tidak konsisten. Sekejap boleh mudik, sekejap tak boleh. Daripada nanti  diumumkan tak boleh mudik, lebih baik mudik lebih awal sebelum ada pengumuman pemerintah mudik dilarang.

Hindari Petugas, Berangkat usai Subuh

Sementara itu, Jep warga Bengkalis masih ragu-ragu untuk mudik ke kampung halamannya. Kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat mudik menjadi penyebabnya. Mudik di awal waktu sebelum tanggal 6 Mei tak mungkin dilakukannya karena masih banyak pekerjaan kantor yang harus dia selesaikan.

"Mengelabah (berkecamuk, red) hati ni Bang. Biasanya kalau lebaran saya dan keluarga pasti balik kampung, namun kebijakan pemerintah yang melarang mudik dan akan melakukan penyekatan terhadap pemudik membuat saya sedikit ragu-ragu untuk mudik tahun ini,"ujarnya.

Namun, lanjutnya, dia dan keluarga sudah sepakat akan mencoba mudik tanggal 5 Mei pagi atau setelah Salat Subuh. Biasanya kan kalau subuh penjagaan belum ketat betul.

"Sama tahun lalubetul katanya tak boleh balek kampung, namun orang-orang tetap balek kampung. Makanya saya akan coba tetap balek kampung. Mudah-mudahan tak ada aral di jalan,"ujarnya.

Libur Mendadak dan Pulangkan Santri Lebih Cepat

Di masa pandemi Covid-19, Pesantren Assalam Naga Beralih, Air Tiris, Kabupaten Kampar tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Namun selama proses belajar dan mengajar, para orang tua santri dilarang menjenguk anaknya secara langsung, sehingga bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya hanya diperbolehkan sampai ke pagar pintu masuk.

Baca Juga:  Steve Emmanuel Dihukum 9 Tahun Penjara dan Denda Rp1 M

Namun pada Ramadan ke-16 atau pada Rabu (28/4) secara mendadak pihak pondok meminta agar orang tua santri menjemput anak-anak mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing dan proses belajar dan mengejar akan dimulai kembali pada 23 Mei 2021.

‘’Kami sempat terkejut, karena pemberitahuan kepulangan santri ini mendadak. Kami mendapat pemberitahuan dari pimpinan pondok melalui pesan WA pada tengah malam, dan paginya langsung menjemput anak kami ke pondok,’’ ujar Tono, orang tua salah satu santri di Pondok Pesantren, Assalam Kampar.

Namun ia mengaku bersyukur, karena anak-anak diperbolehkan pulang ke rumah lebih awal. Pihak orang tua juga khawatir jika santri dipulangkan satu pekan menjelang hari raya Idulfitri. Karena ada larangan mudik oleh pemerintah dan kalau itu terjadi maka bisa-bisa anak-anak berlebaran di pondok.

 Tono menyebutkan, selama masa pandemi Covid-19, proses belajar di Ponpes Assalam memang tetap berlanjut secara tatap muka dan pihak wali murid sangat bersyukur dengan adanya kebijakan pondok. Karena kalau pembelajarannya dilakukan secara daring, tentu sangat menyulitkan orang tua dan santri.

‘’Kami mendukung kebijakan pondok yang membolehkan anak-anak kami belajar secara tatap muka. Dan alhamdulillah dua pekan menjelang hari raya, anak-anak kami sudah boleh pulang,’’ ujar Tono.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Assalam, Air Tiris, Kampar Dr H Muhammad Amin SAg MA juga menyebutkan, kepulangan santri memang dipercepat. Karena mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang melarang mudik Idulfitri tahun ini. Tentunya ini agar santri dan orang tua tidak mengalami kendala saat kembali ke kampungnya masing-masing.

‘’Alhamdulillah proses belajar mengajar selama pandemi ini berjalan lancar. Kami mengharapkan para santri tetap belajar dan meningkatkan ibadah Ramadan selama di rumahnya masing-masing,’’ harapnya.

Amin menyebutkan, terkait masa libur santri sudah disampaikan ke masing-masing orang tua santri. Di antaranya libur akhir Ramadan dan Idulfitri dimulai Rabu, 28 April sampai 23 Mei 2021. Sebelum kepulangan, seluruh santri diharuskan mengambil surat izin pulang dan surat rincian kewajiban santri.

Ia juga mengharapkan, kepada seluruh orang tua wali santri diharapkan agar tetap memperhatikan protokol kesehatan sebelum memasuki pondok. Pihaknya juga sangat mengharapkan kerja sama seluruh orang tua wali santri untuk mengawasi pelaksanaan ibadah puasa dan tarawih santri selama di rumah. Sedangkan kata Amin lagi, ada informasi tambahan buat santri, di antaranya bagi santri yang akan tamat, pihaknya akan menggelar tasyakuran kelas 3 MTs dan perpisahan kelas 6 MA yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021. Sedangkan untuk ujian semester genap Tahun Ajaran 2020/ 2021 kelas 1, 2, 4 dan 5, dimulai tanggal 1 Juni 2021. Pembagian raport tanggal 17 Juni  dan libur semester genap mulai tanggal 17 Juni sampai 18 Juli 2021.

Bersyukur Bisa Pulang

Sedangkan sejumlah santri yang mondok di luar Riau, khususnya di pulau Jawa pada tahun ini juga diperbolehkan pulang. Misalnya santri di Pondok Modern Gontor Jawa Timur. Para santri yang berasal dari Provinsi Riau, sejak Selasa (27/4) sudah kembali ke daerahnya masing-masing dengan menggunakan pesawat terbang dari Jogjakarta.

Memang selama musim Covid-19, seluruh santri tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Kalau anaknya sudah kelas 6 MA tahun ini diperbolehkan pulang ke kampung halamannya masing-masing.

"Alhamdulillah anak saya bersama 80 santri rombongan dari Riau sudah sampai di Pekanbaru dan langsung pulang ke kampungnya masing-masing,’’ ujar orang tua santri, Ajis yang saat itu menjemput anaknya di Bandara SSK Pekanbaru.

Ajis menyebutkan, dari keterangan anaknya bernama Karim bersama 80 orang santri lainnya, memang selama Covid-19 mereka tidak diliburkan. Karena saat ini semua santri kelas 6 sudah lulus dan tinggal melakukan pengabdian. Makanya mereka libur dan setelah itu kembali lagi ke pondok untuk mengikuti tugas pengabdian ke masing-masing pondok yang sudah ditetapkan.

‘’Anak saya, Karim dapat pondok alumni di Bandung untuk bertugas mengabdi dan setelah lebaran baru masuk ke Bandung. Alhamdulillah dari 80 orang sehat semua dan selamat sampai ke Pekanbaru. Langsung nyebar ke daerah masing-masing,’’ ujarnya.

Ajis menyebutkan, rombongan santri dari ini dari Jawa Timur berkumpul di Bandara Jogjakarta dan di sanalah mereka sama-sama naik pesawat untuk kembali ke Riau. Tentunya merupakan hal yang sangat membanggakan bagi orang tua santri melihat anak-anaknya bisa pulang sebelum pemberlakuan larangan mudik oleh pemerintah.

‘’Kami bersyukur tahun ini anak kami diperbolehkan pulang ke kampung halamannya, karena selama ini tidak boleh pulang dan bahkan tidak boleh dijenguk selama pandemi Covid-19 ini,’’ ujarnya.

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari