Jumat, 20 September 2024

Tubuh Tertimbun, Tetap Pegangi Baju Adik

Serangan Rusia dan rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad Rabu (24/7) menjadi perjalanan akhir kehidupan Riham. Bocah 5 tahun itu meninggal saat menyelamatkan adiknya.

Laporan SITI AISYAH, Suriah

"BERTAHANLAH, jangan jatuh sayang," teriak Amjad Al Abdullah penuh kengerian. Dia sedang berdiri di reruntuhan rumahnya di Ariha, Idlib, Suriah, Rabu (24/7). Sekitar 7 meter di depannya, dua putrinya sedang bertaruh nyawa.

Riham yang berusia 5 tahun berusaha mendekati adiknya, Tuqa. Balita 7 bulan itu ada di ujung puing-puing gedung lima lantai yang baru dibombardir Rusia. Di dekatnya ada besi-besi yang menjadi penghalang mereka berdua. Tangan mungil Riham baru saja menggapai Tuqa ketika bagian atas gedung runtuh dan menimpa mereka berdua.

- Advertisement -

Abdullah hanya bisa berteriak ngeri sembari memegangi kepalanya. Dia tak ingin memercayai apa yang dilihatnya. Separuh tubuh Riham tertimbun reruntuhan gedung. Tapi, bocah itu masih sadar. Tangannya menggenggam erat kaus Tuqa. Adik kesayangannya itu kini bergelantungan.

Baca Juga:  Bupati Serahkan Dana Hibah Masjid

Jika Riham melepas pegangannya, Tuqa akan langsung terjun bebas ke bawah. Riham seakan tahu nasib apa yang menunggu adiknya jika pegangannya terlepas. Dengan sisa-sisa tenaga tersisa, gadis kecil itu bertahan sampai tim penyelamat sampai di tempatnya.

- Advertisement -

Perjuangannya menyelamatkan sang adik direkam jurnalis SY-24 Bashar Al Sheikh. "Setelah (bangunan, red) runtuh dari lantai 5 akibat keretakan gedung, saya mematikan kamera dan pergi membantu menyelamatkan mereka," terang Al Sheikh seperti dikutip BBC.

Riham dan Tuqa dapat dievakuasi. Mereka dibawa ke klinik terdekat sebelum dilarikan ke rumah sakit. Sayang, Tuhan memiliki kehendak lain. Riham tak bertahan. Dia meninggal saat tiba di rumah sakit karena luka-luka yang diderita. Tuqa masih dalam kondisi kritis dan berada di ICU.

Abdullah sangat berharap Tuqa bisa selamat. Jika tidak, dia bakal sebatang kara. Istrinya, Asmaa Naqouhl, dan putrinya yang lain meninggal dalam serangan yang sama. Mereka tewas di lokasi kejadian. Abdullah juga tak lagi punya tempat tinggal. Sejak serangan itu, Kota Ariha luluh lantak.

Baca Juga:  DPRD Gelar Sidang Paripurna Hari Jadi Kabupaten Rohil

Aktivis Suriah menyatakan bahwa setidaknya 10 orang meninggal dalam serangan yang terjadi di Provinsi Idlib, Aleppo, dan Hama itu. Idlib seharusnya menjadi area bebas serangan. Sebab, dalam kesepakatan gencatan senjata antara Rusia dan Turki, Idlib dijadikan tempat untuk menampung para pengungsi.

Lebih dari 3 juta orang tinggal di Idlib. Turki adalah pendukung oposisi Suriah, sebaliknya Rusia mendukung rezim Bashar Al Assad. Sayang, Rusia dan Assad mengingkari kesepakatan itu. Mereka terus saja membombardir kantong-kantong oposisi.

Dalam sepuluh hari terakhir, 103 orang meninggal. Sebanyak 26 di antaranya adalah anak-anak. Assad, sepertinya, sengaja menyasar penduduk sipil. Sebab, sebagian besar serangan terjadi di sekolah, rumah sakit, pasar, dan toko kue.  "Melihat pola serangannya, itu tidak mungkin terjadi karena ketidaksengajaan," ujar Kepala Badan HAM PBB Michelle Bachelet seperti ditulis Al Jazeera.(*/c10/dos/jpg/das)

Editor: Eko Faizin

Serangan Rusia dan rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad Rabu (24/7) menjadi perjalanan akhir kehidupan Riham. Bocah 5 tahun itu meninggal saat menyelamatkan adiknya.

Laporan SITI AISYAH, Suriah

"BERTAHANLAH, jangan jatuh sayang," teriak Amjad Al Abdullah penuh kengerian. Dia sedang berdiri di reruntuhan rumahnya di Ariha, Idlib, Suriah, Rabu (24/7). Sekitar 7 meter di depannya, dua putrinya sedang bertaruh nyawa.

Riham yang berusia 5 tahun berusaha mendekati adiknya, Tuqa. Balita 7 bulan itu ada di ujung puing-puing gedung lima lantai yang baru dibombardir Rusia. Di dekatnya ada besi-besi yang menjadi penghalang mereka berdua. Tangan mungil Riham baru saja menggapai Tuqa ketika bagian atas gedung runtuh dan menimpa mereka berdua.

Abdullah hanya bisa berteriak ngeri sembari memegangi kepalanya. Dia tak ingin memercayai apa yang dilihatnya. Separuh tubuh Riham tertimbun reruntuhan gedung. Tapi, bocah itu masih sadar. Tangannya menggenggam erat kaus Tuqa. Adik kesayangannya itu kini bergelantungan.

Baca Juga:  Bupati Serahkan Dana Hibah Masjid

Jika Riham melepas pegangannya, Tuqa akan langsung terjun bebas ke bawah. Riham seakan tahu nasib apa yang menunggu adiknya jika pegangannya terlepas. Dengan sisa-sisa tenaga tersisa, gadis kecil itu bertahan sampai tim penyelamat sampai di tempatnya.

Perjuangannya menyelamatkan sang adik direkam jurnalis SY-24 Bashar Al Sheikh. "Setelah (bangunan, red) runtuh dari lantai 5 akibat keretakan gedung, saya mematikan kamera dan pergi membantu menyelamatkan mereka," terang Al Sheikh seperti dikutip BBC.

Riham dan Tuqa dapat dievakuasi. Mereka dibawa ke klinik terdekat sebelum dilarikan ke rumah sakit. Sayang, Tuhan memiliki kehendak lain. Riham tak bertahan. Dia meninggal saat tiba di rumah sakit karena luka-luka yang diderita. Tuqa masih dalam kondisi kritis dan berada di ICU.

Abdullah sangat berharap Tuqa bisa selamat. Jika tidak, dia bakal sebatang kara. Istrinya, Asmaa Naqouhl, dan putrinya yang lain meninggal dalam serangan yang sama. Mereka tewas di lokasi kejadian. Abdullah juga tak lagi punya tempat tinggal. Sejak serangan itu, Kota Ariha luluh lantak.

Baca Juga:  Peneliti Ungkap Virus Corona Dibuat Manusia

Aktivis Suriah menyatakan bahwa setidaknya 10 orang meninggal dalam serangan yang terjadi di Provinsi Idlib, Aleppo, dan Hama itu. Idlib seharusnya menjadi area bebas serangan. Sebab, dalam kesepakatan gencatan senjata antara Rusia dan Turki, Idlib dijadikan tempat untuk menampung para pengungsi.

Lebih dari 3 juta orang tinggal di Idlib. Turki adalah pendukung oposisi Suriah, sebaliknya Rusia mendukung rezim Bashar Al Assad. Sayang, Rusia dan Assad mengingkari kesepakatan itu. Mereka terus saja membombardir kantong-kantong oposisi.

Dalam sepuluh hari terakhir, 103 orang meninggal. Sebanyak 26 di antaranya adalah anak-anak. Assad, sepertinya, sengaja menyasar penduduk sipil. Sebab, sebagian besar serangan terjadi di sekolah, rumah sakit, pasar, dan toko kue.  "Melihat pola serangannya, itu tidak mungkin terjadi karena ketidaksengajaan," ujar Kepala Badan HAM PBB Michelle Bachelet seperti ditulis Al Jazeera.(*/c10/dos/jpg/das)

Editor: Eko Faizin

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari