KUALA KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru kembali mendata 11 hot spot atau titik panas di Kabupaten Pelalawan, Kamis (11/3). Dari belasan titik panas tersebut, beberapa titik di antaranya berada pada level tinggi yang telah berubah menjadi titik api atau fire spot yang tersebar di Kecamatan Kuala Kampar. Alhasil, puluhan personel gabungan, khususnya dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan dikerahkan ke lapangan untuk berjibaku memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ini.
"Ya, saat ini tim gabungan TNI/Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar serta tim upika Kecamatan Kuala Kampar masih tengah berjibaku memadamkan api, dampak karhutla di Kuala Kampar. Hal ini diketahui setelah ditemukannya 11 hot spot yang terpantau satelit dan sebagian besar telah berubah menjadi titik api," terang Plt Kepala BPBD Pelalawan Drs H Abu Bakar FE MAp kepada Riau Pos, Kamis (11/3) via selulernya.
Diungkapkan Kepala Satpol PP dan Damkar Pelalawan ini, adapun sejumlah titik api tersebut tersebar di tiga desa. Yakni Desa Teluk Bakau, Desa Sungai Solok dan Desa Sokoi.
"Untuk titik api di Teluk Bakau setidaknya diperkirakan ada sekitar 2 hektare lahan semak belukar dan kebun kelapa milik warga, telah terbakar. Saat ini tim gabungan masih terus bekerja keras untuk melakukan upaya pemadaman api dengan melakukan penyekatan dan isolasi, agar kebakaran tidak meluas. Serta melakukan proses pendinginan di sebagain besar lahan terbakar yang telah berhasil dipadamkan," bebernya.
Selain itu, sambung Abu Bakar, titik api juga ditemukan di Desa Sungai Solok. Di lokasi ini diperkirakan sekitar setengah hektare lahan semak belukar terbakar yang telah berhasil dipadamkan tim gabungan. Sedangkan proses pendinginan masih terus dilakukan agar api tidak kembali muncul.
"Begitu juga pemadaman dan pendinginan titik api yang telah membakar satu hektare lahan gambut di Desa Sokoi," paparnya.
Dikatakan mantan Sekwan DPRD Pelalawan ini, pihaknya memiliki sejumlah kendala untuk melakukan upaya percepatan pemadaman api di lokasi melalui jalur darat. Seperti medan yang sulit dilalui alat transportasi hingga sumber titik air parit atau kanal yang sebagian besar telah mulai mengering.
"Tapi, kendala ini tidak menyurutkan kami untuk melakukan upaya pemadaman api. Karena kami memiliki prinsip, pantang pulang sebelum api padam," ujarnya seraya menyebutkan Pemkab Pelalawan telah menetapkan status siaga darurat karhutla pada 7 Februari lalu hingga 31 Oktober mendatang.
Menurut mantan Sekretaris Dinas Pendidikan Pelalawan ini, karhutla di Negeri Amanah ini saat musim kemarau tiba, akibat masih banyak lahan tidur yang tidak terkelola dengan baik. Baik lahan semak belukar yang masuk dalam kawasan hutan, hingga lahan milik masyarakat yang tidak lagi bertuan.
"Jadi, harapan kami, pemerintah pusat dapat memberikan kewenangan bagi daerah untuk memanfaatkan lahan tidur yang tidak terkelola ini. Khususnya lahan gambut dalam kawasan hutan di areal konsesi perusahaan. Dengan demikian, maka potensi karhutla ini dapat diantisipasi saat musim panas tiba," tutupnya.(amn)